Talenta terbaik sering kali tidak sedang aktif mencari pekerjaan. Mereka sudah merasa nyaman, berkinerja tinggi, dan mendapat apresiasi di tempat kerja saat ini.
Inilah yang disebut sebagai kandidat pasif, kelompok yang justru paling diburu untuk mengisi posisi penting di perusahaan.
Namun, menarik perhatian kandidat pasif bukan sekadar soal mengirimkan job description atau menyebut angka gaji. Dibutuhkan pendekatan yang lebih halus seperti komunikasi yang personal, relevan, dan dibangun dengan kesabaran.
Jika dijangkau dengan cara yang tepat, kandidat pasif bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi perusahaan.
Namun, apa sebenarnya itu kandidat pasif? Lalu, bagaimana cara meyakinkan mereka dalam proses rekrutmen?
Simak pengertian dan tips meyakinkan kandidat pasif di artikel berikut ini!
Apa itu Kandidat Pasif?
Kandidat pasif adalah seseorang yang sedang tidak aktif mencari pekerjaan tapi memiliki keterampilan dan kualifikasi yang membuat mereka cocok dan menarik untuk direkrut oleh perusahaan pada posisi tertentu.
Kandidat pasif sulit untuk ditemukan dan didekati karena mereka tidak melamar atau tidak sedang dalam proses perekrutan. Biasanya, mereka sedang bekerja di sebuah perusahaan tapi terbuka dengan peluang kerja baru.
Mencari kandidat pasif biasanya dilakukan tim HR dalam proses perekrutan ketika jumlah kandidat aktif sangat sedikit dan posisi yang dibuka sangat kompetitif serta membutuhkan keahlian khusus.
Meskipun kandidat pasif tidak melamar pekerjaan secara langsung, mereka tetap bisa menjadi pilihan berharga bagi HR jika didekati dengan cara yang tepat.
Perbedaan Kandidat Pasif dan Kandidat Aktif
Dalam proses rekrutmen, memahami perbedaan antara kandidat pasif dan kandidat aktif bisa membantu HR menyusun strategi yang lebih tepat sasaran. Keduanya sama-sama berpotensi menjadi talenta terbaik, tapi cara pendekatan dan tingkat kesiapannya sangat berbeda.
Berikut ini beberapa perbedaan utamanya:
Status Pekerjaan
- Pasif: Masih bekerja di perusahaan saat ini dan tidak sedang mencari pekerjaan.
- Aktif: Sedang mencari pekerjaan baru, baik karena belum bekerja atau ingin segera berpindah.
Sikap terhadap Peluang Baru
- Pasif: Tidak secara aktif melamar, tapi tetap terbuka jika ada tawaran yang menarik.
- Aktif: Proaktif mencari, melamar ke banyak lowongan, dan siap mengikuti proses seleksi.
Cara Menghubungi
- Pasif: Harus didekati lebih dulu oleh recruiter, biasanya lewat pesan personal atau pendekatan jangka panjang.
- Aktif: Lebih mudah dijangkau karena mereka sendiri yang mencari dan menghubungi perusahaan.
Upaya Rekrutmen yang Dibutuhkan
- Pasif: Butuh strategi yang lebih persuasif dan personal, serta waktu untuk membangun ketertarikan.
- Aktif: Proses rekrutmen bisa berlangsung lebih cepat karena mereka sudah siap beralih kerja.
Kesesuaian Posisi
- Pasif: Cocok untuk posisi yang spesifik, strategis, atau sulit diisi.
- Aktif: Umumnya cocok untuk posisi yang terbuka lebar dan punya banyak pelamar.
Tingkat Kompetisi Antar Perusahaan
- Pasif: Biasanya lebih rendah karena mereka belum terlibat dalam banyak proses rekrutmen.
- Aktif: Lebih tinggi, karena perusahaan lain juga sedang bersaing untuk merekrut mereka.
Baca juga: Rekrut Kandidat Pasif vs Aktif, Apa Perbedaannya?
Mengapa Kandidat Pasif Penting Bagi Perusahaan?
Kandidat pasif bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Menurut data dari LinkedIn, hanya 30% tenaga kerja global yang secara aktif mencari pekerjaan. Ini menandakan bahwa 70% sisanya adalah kandidat pasif.
Hal ini menjadi peluang emas bagi perusahaan untuk mencoba merekrut mereka. Jika hanya fokus pada kandidat aktif, bisa jadi perusahaan sedang melewatkan sebagian besar talenta hebat yang sebenarnya cocok untuk posisi yang tersedia.
Meski butuh usaha lebih, menjangkau kandidat pasif memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan seperti berikut:
- Lebih sedikit pesaing: HR tidak perlu berebut dengan perusahaan lain karena kandidat pasif belum atau sedang tidak mencari kerja. Ini membuka peluang lebih besar untuk menarik perhatian lebih dulu.
- Persiapan untuk Masa Depan: Menjangkau kandidat pasif bisa membantu perusahaan menghadirkan “cadangan” talenta dari luar sejak awal sehingga lebih siap jika suatu saat ada posisi penting yang kosong.
- Proses Rekrutmen Lebih Cepat: Biasanya, kandidat pasif telah memenuhi syarat dan kualifikasi. Hal ini membuat HR bisa melewati tahapan awal seperti menyaring CV dan langsung ke proses yang lebih penting.
- Peluang mendapatkan Talenta Terbaik: Menjangkau kandidat pasif membuat perusahaan mempunyai lebih banyak pilihan. Hal ini memungkinkan HR menargetkan orang yang benar-benar cocok dan punya pengalaman sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan.
6 Tips Merekrut Kandidat Pasif
Merekrut kandidat pasif butuh pendekatan yang lebih halus tapi strategis. Mereka mungkin tidak sedang mencari pekerjaan, tapi bukan berarti tidak terbuka untuk peluang baru. Dengan cara yang tepat, kandidat pasif bisa menjadi talenta baru bagi perusahaan Anda.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan dalam merekrut kandidat pasif:
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan dalam merekrut kandidat pasif
1. Kirim Pesan yang Personal
Mengirim pesan secara personal adalah cara yang simpel tapi efektif untuk menjalin dan menjaga hubungan baik dengan kandidat pasif. Contohnya, Anda bisa mengucapkan selamat atas ulang tahun kerja mereka lewat pesan di LinkedIn. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan Anda peduli sekaligus menjaga kesan positif di mata kandidat.
2. Selalu Berikan Nilai di Setiap Kontak
Ketika berkomunikasi dengan kandidat pasif, pastikan pesan yang disampaikan berisi informasi yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Jelaskan alasan tertarik mengajak mereka bergabung dan beri gambaran nyata tentang keuntungan yang bisa mereka dapatkan jika bekerja di perusahaan Anda. Jika memungkinkan, tambahkan juga data atau pencapaian dari tim serupa sebagai bukti pendukung.
3. Buat Lebih Singkat dan Jelas
Jangan mengirim pesan yang bertele-tele. Sampaikan maksud utama di awal pesan. Gunakan poin-poin jika perlu. Jika mempunyai video atau infografik pendek, boleh disisipkan untuk menarik perhatian. Pesan singkat lebih mudah dicerna dan kemungkinan dibalas juga lebih besar.
4. Gunakan Saluran yang Tepat
Setiap kandidat mempunyai preferensi tersendiri dalam menggunakan saluran komunikasi. Ada yang lebih sering buka email, ada juga yang lebih responsif lewat LinkedIn atau SMS. Saat pertama kali menghubungi kandidat pasif, penting untuk mencari tahu saluran komunikasi yang mereka sukai. Dengan begitu, Anda bisa menghindari kesan spam dan tidak membuang waktu lewat jalur yang jarang mereka gunakan.
5. Hormati Batas Komunikasi
Terkadang, kandidat pasif memilih untuk tidak membalas pesan jika mereka memang tidak tertarik, dibandingkan menolak secara langsung. Untuk menghemat waktu Anda dan mereka, penting untuk memantau apakah ada tanggapan atau tidak. Jika setelah beberapa waktu mereka tetap tidak merespons, sebaiknya keluarkan mereka dari daftar kontak Anda.
6. Sesuaikan Pesan Seiring Waktu
Mengirim pesan yang disesuaikan adalah cara paling efektif untuk menjangkau kandidat pasif. Semakin sering Anda berinteraksi dengan mereka, semakin mudah menyesuaikan isi dan gaya pesan berdasarkan apa yang Anda pelajari tentang mereka. Proses ini bisa dipermudah dengan menggunakan email drip campaign yang memungkinkan HR mengatur isi pesan berdasarkan respons kandidat, misalnya apakah mereka membuka atau mengeklik pesan sebelumnya.
Baca juga: Talent Sourcing: Pengertian, Manfaat dan Tantangannya
Tantangan Merekrut Kandidat Pasif
Merekrut kandidat pasif memang menjanjikan bagi perusahaan, tapi memiliki beberapa tantangan seperti:
- Prosesnya butuh waktu dan usaha lebih, mulai dari riset, pendekatan personal, hingga membangun komunikasi yang konsisten dengan kandidat.
- Hasilnya belum tentu langsung terlihat. Dalam beberapa kasus, upaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan kandidat yang berhasil direkrut.
- Jika caranya tidak tepat, misalnya terlalu agresif atau kurang sopan, justru bisa mencoreng citra perusahaan di mata kandidat dan komunitas profesional.
Intinya, pendekatan pada kandidat pasif tidak bisa dilakukan sembarangan. Perlu langkah dan strategi yang matang, empati yang kuat, dan komunikasi yang profesional agar hasilnya sepadan dengan usaha yang dilakukan.
Kelola ‘Talent Pipeline’ Kandidat Pasif Anda dengan Software HRIS LinovHR
Merekrut kandidat pasif memerlukan pendekatan jangka panjang yang mengutamakan hubungan, bukan sekadar proses cepat. Tantangannya terletak pada bagaimana menjaga komunikasi tetap konsisten tanpa ada calon potensial yang terlupakan.
Jika hanya mengandalkan catatan manual atau spreadsheet, proses ini rawan tidak tertata dan mudah terabaikan.
Software HRIS LinovHR hadir sebagai solusi untuk mengelola strategi perekrutan kandidat pasif secara profesional.
Dengan modul Applicant Tracking System, proses pencatatan dan pengelolaan kandidat menjadi jauh lebih terstruktur. Anda dapat menyimpan seluruh data kandidat pasif, termasuk profil dan catatan penting, dalam satu sistem terpusat.
Semua riwayat komunikasi juga bisa terdokumentasi dengan baik, sehingga tim rekrutmen dapat melanjutkan percakapan tanpa kebingungan.
Selain itu, Anda bisa mengatur pengingat otomatis untuk melakukan follow up, menjaga hubungan tetap terjalin meski proses rekrutmen belum dimulai.
Saat kandidat mulai menunjukkan ketertarikan, Anda tidak perlu mengulang proses dari awal karena seluruh informasi sudah tersimpan dan siap digunakan.
Dengan LinovHR, membangun dan merawat talent pipeline kini menjadi lebih mudah, strategis, dan efisien. Jangan lewatkan potensi besar dari kandidat pasif, kelola proses rekrutmen dengan lebih profesional menggunakan Software Rekrutmen LinovHR.
Ajukan demo gratis sekarang juga untuk mencobanya langsung.