Pada dasarnya tata tertib perusahaan untuk karyawan dibuat untuk meningkatkan produktivitas serta kedisiplinan. Maka dari itu, pembuatan tata tertib tersebut dibuat bersama antara perusahaan dengan perwakilan karyawan.
Namun pada prakteknya, saat ini masih banyak tata tertib yang tidak dibuat secara efektif dan justru berpotensi menurunkan produktivitas karyawan. Apa saja contoh tata tertib perusahaan tersebut? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan artikel LinovHR di bawah ini.
Aturan tentang Larangan Kerja Secara Remote
Aturan perusahaan yang melarang karyawannya untuk bekerja secara jarak jauh menjadi faktor utama yang dapat menurunkan kinerja. Di tengah pandemi seperti sekarang ini, tentu saja sebagian besar masyarakat membatasi aktivitas di luar rumah seperti halnya bekerja. Namun saat ini masih banyak perusahaan yang menerapkan sistem kerja WFO tanpa memberikan jatah WFH kepada karyawan.
Padahal sistem kerja secara remote atau jarak jauh ini dikatakan lebih efektif dan efisien bagi karyawan. Karena mereka bisa merasakan aman dan nyaman melakukan pekerjaan walau hanya di rumah saja.
Baca Juga : Remote Performance Review untuk Mengelola Kinerja Saat Pandemi
Aturan Waktu Kerja yang Kurang Fleksibel
Aturan tentang waktu kerja harusnya dibuat untuk mengefektifkan pekerjaan dalam satu hari. Tetapi waktu kerja yang tidak fleksibel seperti mengharuskan datang pukul 8 pagi dan pulang jam 6 sore dirasa sangat memberatkan karyawan, terlebih lagi mereka harus selalu datang ke kantor.
Pasalnya, Indonesia sendiri melalui UU Ketenagakerjaan memiliki jumlah waktu yang diperbolehkan perusahaan untuk melakukan pekerjaan. Pemberlakukan waktu kerja yang kurang efektif dan berlebih hanya akan menambah beban karyawan dan menurunkan semangatnya dalam bekerja.
Sebagai saran, Anda bisa membuat aturan waktu kerja 8 jam sehari dan memberikan rentang waktu bagi karyawan untuk memulai pekerjaanya. Jadi, mereka bisa mengatur dan mempersiapkan dirinya secara mandiri tanpa terpaku pada aturan waktu masuk.
Kehadiran di Kantor Sebagai Faktor Utama Kedisiplinan
Dalam satu periode kerja, pastinya karyawan memiliki jatah cuti yang bisa mereka pergunakan untuk beberapa keperluan yang bersifat urgensi atau hanya sekedar untuk beristirahat sejenak.
Namun untuk menilai suatu kedisiplinan karyawan dapat diambil dari banyak faktor, bukan hanya dari kehadiran di kantor saja. Kedisiplinan karyawan bisa dilihat dari seberapa besar tingkat keterlibatan karyawan dengan perusahaan atau ketepatan dalam pengumpulan tugas.
Apalagi dengan maraknya perusahaan startup yang menerapkan sistem kerja dari rumah atau work from home. Sebenarnya, jika dilakukan dengan tepat, bekerja dari rumah justru bisa membuat karyawan jadi produktif dibandingkan harus tiap hari datang ke kantor.ย
Jadi, faktor kehadiran saja belum cukup untuk menilai apakah karyawan disiplin atau tidak.ย
Baca Juga: Klaim Reimburse Dinas, Bagaimana Cara Kelolanya?
ย
Tidak Memberikan Dana Perjalanan Kerja Karyawan
Karyawan yang akan atau sedang melakukan dinas kerja ke luar kota atau bahkan ke luar negeri memiliki hak untuk mendapatkan dana atau tunjangan perjalanan. Tunjangan tersebut diberikan dengan tujuan untuk menggantikan uang perjalanan karyawan yang digunakan untuk menjalankan bisnis perusahaan.
Bila perusahaan tidak memberikan atau menggantikan dana tersebut, tentu saja akan memberatkan pihak karyawan yang telah membantu perusahaan untuk urusan bisnis ke beberapa wilayah. Padahal kepergian karyawan tersebut merupakan demi kepentingan bisnis perusahaan, bukan kepentingan pribadi.ย
Pembatasan Waktu ke Kamar Mandi
Contoh tata tertib perusahaan yang malah menurunkan kinerja adalah pergi ke kamar kecil atau ke kamar mandi menjadi hal yang sangat biasa dilakukan. Tapi tahukah Anda terdapat perusahaan yang memiliki aturan waktu untuk pergi ke kamar mandi.
Contoh tata tertib perusahaan tersebut dirasa kurang efektif karena waktu yang diperlukan seseorang untuk ke kamar mandi pastinya berbeda-beda. Dengan pembatasan waktu tersebut, karyawan menjadi sangat kaku dan tidak bisa bebas untuk menggunakan waktunya sebaik mungkin.
Perusahaan seharusnya membuat aturan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Karena aturan perusahaan harus dibuat dengan tujuan untuk melindungi, mensejahterakan, dan meningkatkan semangat dan produktivitas. Melainkan hanya dapat menambah beban kepada karyawan.ย
Beberapa aturan di atas dapat menjadi panduan tersendiri bagi tim HRD agar mampu melakukan pengelolaan karyawan lebih optimal tanpa mengabaikan aspek kebahagiaan karyawan. Semoga artikel ini dapat membantu HRD lebih bijak dalam membuat aturan perusahaan.