Bahaya Overwork pada Karyawan: Memahami Dampak Buruk dan Kerugiannya bagi Perusahaan

.

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

Bahaya Overwork pada Karyawan: Memahami Dampak Buruk dan Kerugiannya bagi Perusahaan
Isi Artikel

Budaya overwork banyak dijumpai di lingkungan kerja. Bekerja lembur hingga larut malam sering kali diartikan sebagai bentuk dedikasi atau totalitas karyawan di perusahaan. 

Pada kenyataannya, terdapat dampak buruk yang dapat merugikan karyawan maupun perusahaan akibat budaya overwork.

Selain kesehatan pada karyawan, overwork juga dapat merugikan finansial perusahaan.

Lalu, seperti apa dampak buruk dan kerugian lainnya akibat budaya overwork?

Simak ulasannya pada artikel berikut.

Apa itu Overwork?

Sebelum mengetahui dampak buruknya, penting untuk memahami apa itu overwork. Overwork adalah kondisi di mana seseorang bekerja melebihi kemampuan mereka, baik secara jam kerja maupun bebannya.

Overwork dapat mengganggu keseimbangan hidup serta kesehatan fisik dan psikologis mereka.

Beberapa penyebab umum overwork pada karyawan adalah beban kerja yang tidak realistis, budaya perusahaan yang menormalkan dan memuji jam kerja panjang, rasa takut dianggap tidak produktif, dan tuntutan untuk selalu terhubung dengan kerjaan.

Seberapa Bahaya Overwork?

Overwork atau kerja berlebihan bukan sekadar kelelahan biasa yang bisa hilang dengan tidur. Ini adalah kondisi serius dan berkepanjangan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan juga perusahaan.

Dari sisi kesehatan, risikonya mencakup stroke, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, kecemasan, depresi, hingga burnout. Bahkan, di Jepang ada istilah karoshi, yaitu kematian akibat kerja berlebihan. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) juga mencatat bahwa bekerja lebih dari 55 jam per minggu meningkatkan risiko kematian secara signifikan.

Dari sisi perusahaan, kerja berlebihan justru menurunkan produktivitas. Studi dari Stanford University menunjukkan bahwa setelah seseorang bekerja lebih dari 50 jam per minggu, hasil kerjanya menurun tajam. Selain itu, overwork bisa menyebabkan lebih banyak kesalahan, keputusan buruk, dan penurunan kreativitas.

Itulah sebabnya, mengenali dan mengatasi overwork sejak dini sangat penting, bukan hanya demi karyawan, tapi juga demi kelangsungan bisnis perusahaan.

Baca juga: Fenomena Karoshi: Kematian Karyawan karena Lelah Bekerja

Tanda-tanda Karyawan Mengalami Overwork yang Perlu Diwaspadai HR

Overwork sering kali terjadi tapi luput dari kesadaran yang dampaknya akan menjadi parah. Perusahaan perlu memahami tanda-tanda overwork pada karyawan berikut ini:

  • Penurunan Kualitas dan Produktivitas Kerja: Terlalu banyak bekerja membuat produktivitas menurun. Karyawan mulai sering membuat kesalahan kecil, lupa terhadap detail penting, kesulitan untuk fokus, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas yang biasanya cepat dikerjakan.
  • Perubahan Perilaku dan Emosional: Overwork juga dapat merubah sikap karyawan menjadi lebih mudah tersinggung, sinis terhadap pekerjaan, menarik diri dari interaksi sosial di kantor, atau sebaliknya, menjadi lebih cemas dan panik. Mereka juga sering terlihat lesu, tidak bersemangat, dan kehilangan antusiasme.
  • Masalah Kesehatan Fisik yang Berulang: Stres kronis akibat overwork berdampak langsung pada tubuh. Keluhan seperti sakit kepala, masalah pencernaan, kelelahan konstan, dan peningkatan frekuensi absensi karena sakit (sick leave) bisa menjadi indikator kuat.
  • Selalu “Online” di Luar Jam Kerja: Seorang karyawan yang secara konsisten mengirim email, membalas pesan kerja, atau aktif di grup kantor pada larut malam, dini hari, atau selama akhir pekan adalah tanda bahaya bahwa batasan antara kerja dan kehidupan pribadi telah hilang.

Dampak Buruk Overwork dari Sisi Karyawan dan Perusahaan

Budaya overwork di lingkungan kerja perlu diperhatikan serius oleh perusahaan. Bukan hanya karyawan, perusahaan juga akan menerima dampak buruk dari overwork.

Berikut ini dampak buruk bagi keduanya:

Dampak bagi Karyawan

  • Kesehatan Mental: Memicu stres kronis, kecemasan (anxiety), depresi, dan kondisi burnout yang parah.
  • Kesehatan Fisik: Meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, gangguan tidur, diabetes, dan penurunan daya tahan tubuh secara umum.
  • Kehidupan Sosial: Hubungan dengan keluarga dan teman menjadi renggang karena kurangnya waktu dan energi, yang dapat menyebabkan isolasi sosial.

Dampak bagi Perusahaan

  • Peningkatan Tingkat Turnover: Karyawan terbaik yang merasa burnout bisa saja mencari lingkungan kerja yang lebih sehat. Hal ini menyebabkan perusahaan kehilangan talenta berharga.
  • Penurunan Produktivitas dan Inovasi: Karyawan yang kelelahan secara mental dan fisik tidak dapat berpikir kreatif, berinovasi, atau bekerja secara efisien.
  • Peningkatan Biaya Tersembunyi: Termasuk biaya rekrutmen ulang yang mahal, peningkatan klaim asuransi kesehatan, dan biaya akibat kesalahan kerja (human error).
  • Citra Perusahaan yang Buruk: Mendapat reputasi sebagai tempat kerja yang “toksik” atau eksploitatif akan menyulitkan proses rekrutmen talenta berkualitas di masa depan.

Baca juga: Semangat Kerja Kendor Pasca Liburan? Coba 7 Hal Ini

Peran HR dalam Mencegah Overwork di Lingkungan Kerja

HR tidak bisa bekerja sendiri, tapi bisa menjadi inisiator dan penggerak utama dalam membangun budaya kerja yang sehat. Berikut langkah-langkah strategis yang bisa diambil:

  • Tinjau Ulang Beban Kerja dan Alokasi Sumber Daya: Bekerja sama dengan para manajer untuk secara rutin mengevaluasi apakah pembagian tugas di setiap tim sudah realistis dan seimbang. Jika satu tim terus-menerus lembur, mungkin ini saatnya mempertimbangkan penambahan personil atau perbaikan proses kerja.
  • Terapkan Kebijakan Jam Kerja yang Jelas: Menetapkan batas jam kerja yang wajar dan secara aktif mendorong karyawan untuk benar-benar “putus koneksi” (disconnect) setelah jam kerja selesai. Kebijakan ini harus didukung dengan contoh dari pimpinan.
  • Beri Contoh dari Pimpinan (Lead by Example): Mendorong para manajer dan pimpinan untuk tidak mengirim email atau pesan kerja di luar jam kerja (manfaatkan fitur “jadwalkan pengiriman email”) dan untuk mengambil hak cuti mereka secara penuh. Budaya kerja yang sehat perlu dimulai dari atas.
  • Promosikan Program Kesejahteraan (Wellness Programs): Sediakan dukungan kesehatan mental (misalnya, akses ke sesi konseling), adakan seminar manajemen stres, atau fasilitasi kegiatan yang mendukung keseimbangan hidup seperti olahraga atau hobi.
  • Lakukan Survei dan Komunikasi Terbuka: Gunakan survei engagement atau pulse survey secara rutin dan anonim untuk menanyakan kepada karyawan tentang tingkat beban kerja dan stres mereka. Ciptakan lingkungan yang aman di mana mereka bisa membicarakan masalah ini tanpa takut dihakimi.
  • Latih Manajer untuk Mengenali Tanda-tanda Burnout: Bekali para manajer dengan kemampuan untuk mendeteksi gejala awal overwork pada anggota tim mereka dan ajarkan cara melakukan intervensi yang suportif dan empatik.

Cegah Overwork pada Karyawan dengan Software HRIS LinovHR

Menerapkan budaya kerja yang sehat bukan hal yang mudah. Perusahaan memerlukan data yang akurat untuk memantau beban kerja dan mendeteksi tanda-tanda overwork secara dini sebelum menjadi masalah yang lebih besar. 

Melakukan pemantauan ini secara manual untuk seluruh karyawan tentu tidak efisien dan rentan terhadap ketidakakuratan.

Software HRIS dari LinovHR bisa memberikan solusi konkret melalui modul-modulnya yang terintegrasi. Platform ini membantu perusahaan beralih dari sekadar bereaksi terhadap kasus burnout menjadi proaktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang seimbang.

Dengan Modul Time Management dari LinovHR, tim perusahaan dapat:

  • Memantau Jam Kerja Secara Akurat: Sistem absensi online secara otomatis mencatat jam masuk, jam pulang, dan total jam kerja setiap karyawan. HR dapat dengan mudah menghasilkan laporan untuk melihat siapa saja atau departemen mana yang secara konsisten bekerja melebihi jam kerja normal.
  • Menganalisis Data Lembur: Data lembur yang terekam secara sistematis membantu HR mengidentifikasi pola lembur yang tidak sehat. Data ini menjadi dasar untuk menganalisis akar masalah, baik itu karena beban kerja berlebih maupun manajemen waktu yang kurang efisien.
  • Mengelola dan Mendorong Pengambilan Cuti: Sistem ini memudahkan HR untuk memantau sisa cuti karyawan. Dengan data ini, HR dapat secara proaktif mendorong karyawan yang belum mengambil hak cutinya untuk beristirahat, sebuah langkah preventif yang sangat efektif untuk mencegah kelelahan dan burnout.

Dengan data yang objektif dan terpusat dari Software HRIS LinovHR, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat untuk menjaga kesejahteraan karyawan sekaligus produktivitas perusahaan.

Jangan tunggu sampai burnout terjadi. Ciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif dengan data yang akurat. Ajukan demo gratis Software HRIS LinovHR sekarang!

Tentang Penulis

Picture of Muhammad Fariz At Thariqi
Muhammad Fariz At Thariqi

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Tentang Penulis

Picture of Muhammad Fariz At Thariqi
Muhammad Fariz At Thariqi

Artikel Terbaru