Ketika karyawan merasa stres, tidak dihargai, atau mengalami burnout, reaksi mereka tidak selalu berupa penurunan kinerja.
Terkadang, mereka bereaksi dengan cara yang tidak terduga: menjadi ‘terlalu baik’ dengan mengorbankan aturan perusahaan.
Fenomena ini disebut sebagai Chaotic Working, sebuah gejala dari masalah budaya kerja yang lebih dalam dan perlu segera diatasi.
Lalu, seperti apa contoh dan dampaknya? Bagaimana cara mengatasinya?
Simak artikel berikut ini!
Apa itu Chaotic Working?
Istilah chaotic working sebenarnya memiliki dua makna yang cukup berbeda di dunia kerja. Secara tradisional, istilah ini mengacu pada lingkungan kerja yang tidak teratur, penuh tekanan, dan serba tak terduga.
Namun, belakangan ini muncul definisi baru.
Kini, chaotic working adalah istilah tren di dunia kerja yang menggambarkan sikap karyawan yang merasa stres, lelah, atau tidak puas dengan tempat kerjanya.
Sebagai bentuk protes diam-diam, mereka justru bersikap terlalu baik kepada pelanggan atau rekan kerja, misalnya memberi diskon, bonus, atau layanan tambahan yang sebenarnya di luar aturan perusahaan.
Tindakan ini bukan karena mereka ingin memberikan layanan terbaik, tapi lebih sebagai cara menyalurkan rasa frustrasi terhadap kondisi kerja yang dianggap tidak adil atau terlalu berat.
Singkatnya, ini adalah bentuk protes pasif yang disamarkan lewat kebaikan.
Artikel ini akan membahas pengertian chaotic working secara modern.
Baca juga: Kenali Tanda Karyawan Butuh Time Off Work for Stress
Ciri-Ciri Chaotic Working di Tempat Kerja
Memahami ciri-ciri chaotic working adalah hal yang penting agar mencegah dampaknya menjadi lebih buruk. Terdapat beberapa ciri-ciri yang bisa diidentifikasi oleh HR, yaitu:
- Protes Terselubung: Berbeda dari quiet quitting (bekerja asal-asalan tanpa usaha lebih), chaotic working adalah cara diam-diam karyawan melawan aturan atau budaya kerja yang dianggap menekan, dengan cara yang kelihatannya positif.
- Langgar Aturan Demi Kebaikan: Karyawan memakai wewenangnya untuk memberi keuntungan tambahan ke pelanggan, misalnya memberikan diskon tanpa izin, menghapus denda, atau melonggarkan aturan—meski sebenarnya hal ini tidak dibolehkan.
- Didorong Rasa Frustrasi: Hal ini biasanya muncul karena karyawan merasa lelah, tidak dihargai, kebingungan dengan aturan kerja, atau tidak tahu ke mana harus bertanya saat butuh bantuan.
- Lingkungan Kerja Berantakan: Istilah ini juga bisa merujuk ke tempat kerja yang kacau, tidak ada aturan jelas, semua serba mendadak, dan bikin karyawan stres atau kehilangan arah.
Contoh Chaotic Working di Tempat Kerja
Terdapat beberapa contoh chaotic working yang sering ditemukan di lingkungan kerja. Berikut ini beberapa contohnya:
- Seorang kasir sering memberikan diskon ke pelanggan tanpa alasan yang jelas karena sudah tidak peduli lagi dengan aturan perusahaan.
- Petugas layanan pelanggan menghapus biaya denda atau memberi kompensasi terlalu besar sebagai bentuk protes terhadap target kerja yang dianggap terlalu berat.
- Karyawan dengan sengaja melanggar aturan kerja (SOP) demi membantu pelanggan. Tujuannya bukan karena setia pada perusahaan, tapi sebagai bentuk perlawanan terhadap aturan internal yang dirasa tidak adil atau terlalu keras.
Dampak Chaotic Working bagi Karyawan dan Perusahaan
Dampak chaotic working bagi karyawan dan perusahaan mirip dengan dampak dari toxic work culture. Pasalnya, chaotic working biasanya muncul dari lingkungan kerja yang tidak sehat dan penuh tekanan.
Berikut ini dampaknya bagi karyawan dan perusahaan:
Dampak bagi Karyawan
- Stres dan kecemasan berlebihan akibat tekanan kerja yang tidak terkelola dengan baik.
- Burnout atau kelelahan fisik dan mental yang menyebabkan menurunnya motivasi dan produktivitas kerja.
- Penurunan kepercayaan diri karena sering menghadapi kritik tanpa dukungan yang memadai.
- Gangguan kesehatan fisik, seperti susah tidur, sakit kepala, hingga gangguan pencernaan dan masalah jantung akibat stres berkepanjangan.
- Hubungan sosial terganggu karena beban kerja yang dibawa hingga ke kehidupan pribadi.
- Kehilangan minat dan partisipasi dalam pekerjaan, yang membuat karyawan hanya menyelesaikan tugas tanpa fokus pada kualitas.
Dampak bagi Perusahaan
- Penurunan produktivitas secara signifikan karena karyawan yang stres dan burnout tidak dapat bekerja optimal.
- Tingkat absensi dan pergantian karyawan yang tinggi yang mengganggu kelancaran operasional dan menambah biaya rekrutmen serta pelatihan.
- Kerusakan reputasi perusahaan, terutama jika masalah budaya kerja negatif tersebar di media sosial atau platform review kerja.
- Risiko hukum jika terjadi pelanggaran serius seperti diskriminasi atau pelecehan yang tidak ditangani dengan baik.
- Konflik internal dan menurunnya kerja sama tim akibat lingkungan kerja yang tidak harmonis dan penuh tekanan.
- Fenomena quiet quitting dan chaotic working yang menandakan karyawan tidak lagi berkomitmen penuh, sehingga berdampak pada kualitas layanan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan
Baca juga: Awas! Mental Breakdown Bisa Terjadi Pada Pekerja
Cara Mengatasi Chaotic Working di Lingkungan Kerja
HR memegang peran kunci dalam mengatasi chaotic working. Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Meningkatkan komunikasi yang transparan antara manajemen dan karyawan untuk mengurangi kesalahpahaman dan membangun kepercayaan.
- Memberikan penghargaan dan pengakuan secara adil untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan.
- Menetapkan prosedur kerja yang jelas dan memastikan semua karyawan memahami serta mematuhi aturan perusahaan.
- Mendorong budaya kerja sehat yang menyeimbangkan beban kerja dan kesejahteraan karyawan.
- Menyediakan pelatihan dan dukungan untuk mengelola stres dan konflik di tempat kerja.
Atasi Masalah Chaotic Working dengan Software HRIS LinovHR yang Transparan
Chaotic working bukanlah sekadar masalah sikap, tapi sering muncul karena kelelahan kerja (burnout), kurangnya penghargaan, atau rasa diperlakukan tidak adil
Untuk mencegahnya, perusahaan perlu mengatasi akar masalah tersebut sejak awal.
Di sinilah peran Software HRIS dari LinovHR menjadi penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan terbuka.
Berikut adalah bagaimana modul-modul spesifik dari LinovHR dapat membantu mencegah pemicu chaotic working:
- Modul Time Management: Memantau jam kerja dan lembur secara real-time agar HR bisa mengetahui siapa saja yang sudah bekerja terlalu banyak dan butuh perhatian sehingga mencegah burnout.
- Modul Performance Management: Memberikan sistem penilaian kerja yang adil dan transparan. Setiap karyawan bisa melihat targetnya, dinilai berdasarkan data, dan mendapatkan penghargaan yang sesuai.
- Survei Karyawan: Mendengar keluhan dan saran karyawan secara rutin dan anonim lewat fitur survei. Ini membantu perusahaan mendeteksi masalah lebih awal sebelum karyawan mulai “protes diam-diam”.
Dengan membangun fondasi employee experience yang kuat melalui sistem yang transparan, adil, dan peduli dari LinovHR, karyawan akan merasa lebih dihargai dan didengarkan.
Hal ini dapat secara efektif menghilangkan alasan bagi mereka untuk melakukan “protes diam-diam” dan justru mendorong keterlibatan yang positif.
Jangan tunggu sampai masalah muncul. Bangun budaya kerja yang sehat bersama LinovHR. Ajukan demo gratis sekarang!