Diskriminasi bahkan rasisme di tempat kerja tidak selalu terlihat jelas dalam bentuk tindakan langsung. Ada pula bentuk diskriminasi yang lebih halus namun sangat merugikan, yaitu disparate impact.
Bentuk diskriminasi ini terjadi ketika kebijakan yang terlihat netral, pada kenyataannya memberikan dampak negatif kepada kelompok tertentu, khususnya kelompok minoritas.
Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu disparate impact, sejarahnya, dampaknya terhadap pekerja, dan cara-cara untuk mencegahnya di tempat kerja.
Apa Itu Disparate Impact?
Disparate impact adalah bentuk diskriminasi tidak langsung yang terjadi ketika suatu kebijakan atau praktik perusahaan yang secara eksplisit tidak diskriminatif, menghasilkan dampak negatif yang tidak proporsional terhadap kelompok tertentu.
Kebijakan yang tampak netral ini mungkin tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi, tetapi pada kenyataannya justru menciptakan ketidakadilan yang merugikan pekerja dari kelompok minoritas.
Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang mewajibkan semua pelamar kerja untuk lulus dari ujian tertulis yang tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan terkait.
Walaupun tampaknya syarat ini berlaku untuk semua pelamar, tetapi jika ujian itu secara tidak proporsional menyingkirkan pelamar dari kelompok minoritas karena kendala pendidikan atau akses yang terbatas, maka hal ini bisa disebut disparate impact.
Sejarah Disparate Impact
Konsep disparate impact pertama kali diakui secara hukum di Amerika Serikat melalui kasus hukum terkenal, Griggs v. Duke Power Co. pada tahun 1971.
Pada kasus ini, Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan bahwa praktik perusahaan yang tampaknya netral, tetapi berdampak diskriminatif terhadap kelompok ras tertentu, merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Hak Sipil 1964.
Duke Power Co. menerapkan kebijakan yang mengharuskan para pekerja untuk lulus dari tes untuk mendapatkan pekerjaan di posisi tertentu. Masalahnya, tes ini tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan yang dilakukan. Pada akhirnya, hal ini mengakibatkan banyak pekerja kulit hitam tidak lolos dan terdiskriminasi.
Mahkamah Agung lalu menyatakan bahwa, meskipun tidak ada niat diskriminatif, tetapi kebijakan tersebut tetap tidak dapat dibenarkan karena menghasilkan dampak diskriminatif.
Sejak kasus itu, disparate impact telah menjadi landasan hukum untuk mengidentifikasi dan menangani diskriminasi tidak langsung di berbagai negara, termasuk dalam konteks ketenagakerjaan, pendidikan, dan layanan publik.
Dampak Disparate Impact pada Pekerja
Disparate impact bisa berdampak sangat besar bagi pekerja yang menjadi korbannya. Kebijakan yang tampaknya netral, tetapi malah berdampak buruk kepada kelompok minoritas, bisa menyebabkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan atau promosi jabatan.
Hal ini dapat memperbesar kesenjangan ekonomi dan sosial di tempat kerja serta memperparah diskriminasi sistemik yang sudah ada. Selain dampak ekonomi, fenomena ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental para pekerja.
Pekerja yang merasa dirugikan secara tidak langsung oleh kebijakan perusahaan mungkin akan merasa tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan adil, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas dan kepuasan kerja mereka.
Rasa frustasi ini dapat menyebabkan pekerja memilih keluar dari perusahaan atau menjadi tidak produktif, yang pada akhirnya merugikan perusahaan itu sendiri.
Cara Mencegah Disparate Impact
Untuk mencegah fenomena ini di tempat kerja, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah proaktif. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
1. Melakukan Audit Kebijakan dan Prosedur
Perusahaan perlu melakukan audit secara berkala terhadap kebijakan dan prosedur internal untuk memastikan bahwa tidak ada kebijakan yang tidak adil atau secara tidak langsung merugikan kelompok tertentu. Audit ini penting untuk mengidentifikasi area di mana ketidakadilan bisa terjadi dan mengubahnya sebelum masalah muncul.
2. Mengadakan Pelatihan Kesadaran Akan Diskriminasi
Mengadakan pelatihan tentang diskriminasi dan bias, baik yang disengaja maupun tidak, adalah langkah penting untuk meningkatkan kesadaran di tempat kerja.
Dengan meningkatkan pemahaman tentang disparate impact, perusahaan dapat lebih berhati-hati dalam menyusun kebijakan yang mungkin terlihat netral, tapi sebenarnya berpotensi menimbulkan ketidakadilan.
Baca juga: Diversity Training: Arti, Jenis, Cara Buat dan Hitung ROInya
3. Melakukan Perekrutan yang Inklusif
Guna mencegah diskriminasi, perusahaan perlu memperluas upaya perekrutan mereka dengan berfokus pada keberagaman.
Dengan memberi kesempatan kepada kelompok yang mungkin kurang terwakili di tempat kerja, perusahaan dapat memastikan bahwa kebijakan mereka bersifat inklusif dan tidak membeda-bedakan calon pekerja dari latar belakang tertentu.
4. Melakukan Penilaian Dampak Kebijakan
Melakukan penilaian dampak kebijakan sebelum menerapkannya dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi potensi masalah diskriminasi lebih awal.
Jika penilaian menunjukkan bahwa kebijakan tersebut bisa berdampak negatif pada kelompok tertentu, perusahaan dapat mengubah dan menyesuaikan kebijakan tersebut sebelum akhirnya diterapkan.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan inklusif bagi semua karyawan tanpa terkecuali.
Atasi Kebijakan Diskriminatif dengan Software HRIS LinovHR
Ingin tahu bagaimana menciptakan kebijakan yang adil dan bebas dari disparate impact? LinovHR adalah solusi yang tepat untuk membantu Anda!
Dengan sistem manajemen SDM yang inovatif, LinovHR memungkinkan perusahaan untuk mengelola berbagai aspek sumber daya manusia secara efisien dan transparan, mulai dari perekrutan, pengelolaan kinerja, hingga analisis data karyawan.
Fitur-fitur canggih yang dimilikinya akan membantu Anda untuk mengidentifikasi potensi diskriminasi dalam kebijakan atau praktik SDM, sehingga memastikan bahwa perusahaan dapat mempromosikan keberagaman dan kesetaraan.
Ingin rasakan langsung manfaatnya? Kunjungi LinovHR sekarang dan temukan cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil!