Persediaan barang atau yang sering dikenal dengan sebutan stok barang merupakan salah satuย hal yang terpenting dalam sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan besar kecilnya persediaan atau stok barang suatu perusahaan dapat mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi dari perusahaan.
Adanya stok barang yang tersedia cukup besar, maka dapat mempengaruhi kebutuhan perusahaan untuk menjaga keberadaan dan kualitas dari persediaan tersebut, namun apabila stok barang tidak tersedia, maka akan mempengaruhi proses produksi dan penjualan dari perusahaan tersebut menjadi terganggu.
Stok barang merupakan barang-barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi oleh entitas, atau bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan dapat menentukan harga perolehan dan nilai stok barang yang disajikan di neraca.
Di proses inventory management sebuah perusahaan, ada dua metode yang umum digunakan, yakniย first in first out (FIFO) dan metode last in first out (LIFO). Biasanya setiap perusahaan akan menggunakan metode pencatatan stok barang sesuai dengan jenis usaha dari perusahaan tersebut. Pada artikel ini akan dibahas pengertian metode FIFO, contoh metode FIFO, pengertian metode LIFO, contoh metode LIFO, dan perbedaan metode FIFO dan LIFO.
Pengertian Metode FIFO dalam Stok Barang
Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung nilai stok barang, yaitu metode FIFO. FIFO adalah barang yang pertama kali masuk (dibeli) akan menjadi barang yang pertama kali keluar (dijual). Metode FIFO ini menjelaskan bahwa stok dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga stok akhir dinilai dengan nilai perolehan stok yang terakhir masuk (dibeli).
Metode FIFO merupakan metode penilaian stok barang yang sangat realistis, karena barang yang pertama kali dibeli, maka akan menjadi barang yang pertama kali dijual.
Baca juga: Mengenal Apa Itu FMCG dan Karakteristiknya
Contoh Metode FIFO
Metode FIFO merupakan metode penilaian stok barang yang sangat realistis, karena barang yang pertama kali dibeli, maka akan menjadi barang yang pertama kali dijual. Metode ini cocok digunakan untuk semua sifat produk, yang cenderung menghasilkan stok yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktivitas perusahaan yang dibeli. Berikut dibawah ini merupakan contoh metode FIFO, serta data transaksi yang digunakan.
Pengertian Metode LIFO dalam Stok Barang
Metode LIFO merupakan barang yang terakhir kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama kali keluar (dijual). Metode LIFO ini menyatakan bahwa stok barang dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu. Dengan demikian stok akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan stok yang awal (pertama) masuk atau dibeli.
Produk yang kualitasnya semakin lama disimpan semakin baik, maka cocok untuk menggunakan metode lifo ini. Namun, apabila produk dari perusahaan tersebut merupakan barang yang cepat rusak dalam kurun waktu yang lama, maka menggunakan metode LIFO bukanlah hal yang tepat
Baca Juga: Konsep Fulfillment Untuk Menyimpan Stok Barang
Contoh Metode LIFO
Metode LIFO cenderung menghasilkan nilai stok akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. Metode ini bisa realistis apabila didukung oleh kondisi fisik produk yang dijual. Metode LIFO akan menghasilkan laba tahunan menjadi lebih besar/dan pajak yang semakin besar.
Penggunaan metode LIFO akan menghasilkan nilai stok akhir yang paling kecil, harga pokok penjualan yang paling besar dan laba kotor, serta laba bersih yang paling kecil. Berikut dibawah ini merupakan contoh metode LIFO.
Perbedaan Metode FIFO dan LIFO
Perbedaan metode FIFO dan LIFO dapat dilihat dari aspek penilaian stok barang, dimana metode FIFO menjelaskan bahwa barang yang pertama kali masuk (dibeli) akan menjadi barang yang pertama kali keluar (dijual). Sedangkan metode LIFO menjelaskan bahwa barang yang terakhir kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama kali keluar (dijual).
Berdasarkan perbedaan tersebut, maka baik metode FIFO maupun metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang berbeda pada harga pokok penjualan (HPP), laba kotor (laba bersih), dan persediaan akhir. Berikut contoh laporan laba rugi sebagian untuk melihat perbedaan metode FIFO dan LIFO.
Tabel 5. Laporan Laba Rugi Sebagian
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui hal sebagai berikut:
1. Penggunaan metode FIFO
Menurut Hermawan (2008) bahwa metode FIFO menghasilkan persediaan akhir yang paling tinggi dan menghasilkan HPP yang paling rendah. Hal tersebut terjadi selama masa inflasi atau saat harga-harga meningkat. Namun tingginya laba kotor hanya bersifat sementara karena persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat.
2. Penggunaan Metode LIFO
Menurut Hermawan (2008) bahwa metode LIFO menghasilkan jumlah HPP yang paling tinggi. Demikian juga dengan jumlah laba kotor dan persediaan akhir yang paling rendah. Hal tersebut terjadi karena biaya yang digunakan untuk membeli paling akhir kurang lebih sama dengan biaya penggantiannya. Penggunaan metode LIFO pada masa inflasi akan menghasilkan penghematan pajak penghasilan.
Sehingga, dapat diketahui bahwa perbedaan metode FIFO dan LIFO secara garis besar terlihat pada persediaan atau stok barang akhirnya, dimana pada metode FIFO karena barang yang pertama kali masuk (dibeli) aka dijual, maka persediaan akhir akan meningkat.
Sedangkan pada metode LIFO karena barang yang terakhir kali masuk (dibeli) akan menjadi barang yang pertama kali dijual, maka persediaan akhir akan menurun. Hal tersebut juga akan berpengaruh pada HPP dan laba kotor dari perusahaan tersebut, yang dimana bergantung dari metode mana yang digunakan untuk menghitung nilai persediaan atau stok barang dari suatu perusahaan.
Berdasarkan artikel ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua metode untuk menghitung nilai stok barang, yaitu metode FIFO dan metode LIFO, yang digunakan sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.