Gelombang layoff masih menimpa beberapa perusahaan selama Q3 tahun ini atau, per September 2023.
Maraknya tindakan layoff yang dilakukan beberapa perusahaan mungkin terjadi dikarenakan beberapa perusahaan kurang menerapkan sistem yang orientasi jangka panjang.Â
Perusahaan melakukan tindakan over-hire atau terlalu banyak merekrut karyawan ketika mereka sedang melakukan ekspansi dan seketika memberhentikan karyawan saat perusahaan berada dalam masa krisis.
Faktanya, fenomena layoff ini tidak hanya terjadi pada beberapa negara berkembang, bahkan negara-negara maju yang notabene memiliki kedaulatan ekonomi penuh serta unggul dalam teknologi juga terdampak.Â
Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa isu layoff sudah bukan hanya menjadi masalah beberapa negara, melainkan merupakan isu global yang sepatutnya kita cari solusi dan selesaikan bersama.
Layoff tentu saja memberikan efek buruk tidak hanya bagi para karyawan itu sendiri, namun juga bagi perusahaan yang melakukan tindakan pemberhentian karyawan.Â
Bagi karyawan, tak jarang mereka merasa insecure dan stres yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan hidup mereka.Â
Sedangkan bagi perusahaan, bisa saja mereka kehilangan moral dan komitmen karyawannya akibat terdapat kekhawatiran akan adanya pemutusan kerja terhadap mereka.Â
Beban kerja karyawan juga bisa semakin bertambah. Terlebih lagi perusahaan terancam kehilangan sumber daya untuk mensupport capaian KPI dan business goal yang sudah mereka rencanakan.
Hasil riset tersebut kami bagikan menjadi 3 pilar utama, yaitu:
- Data tech global company yang melakukan layoff selama kurun waktu Q3 2023,
- Perusahaan Indonesia yang melakukan layoff selama kurun waktu Q3, 2023
- Jumlah total karyawan yang terdampak layoff selama kurun waktu Q3, 2023
Data-data tersebut merupakan hasil riset yang tim LinovHR lakukan dengan mengumpulkan informasi yang terdapat pada media lokal maupun internasional.
Data yang kami dapatkan kemudian kami olah dan kami sajikan dalam infografis seperti diatas.
Tech Company Global yang Melakukan Layoff Kurun Waktu Q3 2023
Berdasarkan data dari layoffs.fyi, total layoff secara global yang sedang berjalan selama kuartal ke3 (Q3) untuk tahun 2023 hingga saat ini adalah 224.503.
Termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan raksasa maupun start-up yang baru berkembang. Beberapa perusahaan teknologi global yang menjadi sorotan karena melakukan layoff terhadap karyawannya adalah seperti pada gambar berikut.Â
1. Amazon
Catatan sejarah terjadi pada Amazon, perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan berbasis online yang terbesar di dunia. ​​
18.000 karyawan yang akan diberhentikan oleh raksasa teknologi ini pada bulan Januari. Disusul bulan Maret Amazon melakukan pengurangan 9.000 pekerja sehingga total karyawan terdampak sebesar 27.000.
2. Google
Dimulai pada Januari 2023, Google mengonfirmasi akan memberhentikan ratusan karyawan bagian recruiter and hiring staff, dikarenakan Silicon Valley terus melanjutkan efisiensi pemangkasan biaya.
Pemangkasan terbaru ini dilakukan adalah setelah induk perusahaan Google yaitu Alphabet, melakukan layoff kepada 12.000 pekerja Januari lalu. Angka ini sekitar 6 persen dari jumlah karyawannya.Â
3. Microsoft
Microsoft menghadapi lanskap ekonomi yang bergeser dan melakukan penyesuaian terhadap tenaga kerja yang dipompa setelah masa-masa awal pandemi.Â
Masing-masing perusahaan ini menambahkan puluhan ribu karyawan, dan dengan ketidakpastian ekonomi saat ini, mereka akhirnya memutuskan untuk mengurangi jumlah karyawan sebagai alasan untuk memangkas biaya.Â
Berdasarkan data dari Statista, Microsoft memiliki lebih dari 220.000 karyawan pada akhir tahun lalu. Jumlah tersebut naik dari 163.000 pada tahun 2020 dan 181.000 pada tahun 2021.
Dengan ini berarti perusahaan telah menambah lebih dari 57.000 karyawan dalam periode dua tahun sebelum memangkas 10.000 karyawan pada Januari 2023.
4. Salesforce
Badai PHK di industri teknologi juga berimbas pada Salesforce. Diketahui bahwa Salesforce Inc berencana untuk melakukan pemangkasan sekitar 10 persen dari jumlah karyawan mereka dan bahkan menutup beberapa kantor.Â
Keputusan ini diambil setelah mereka merekrut karyawan dengan masif selama pandemi, yang mengakibatkan peningkatan besar dalam jumlah tenaga kerja.
Sayangnya, mereka dihantam perlambatan ekonomi yang berujung pada PHK massal di internal perusahaan.
Pada akhir kuartal ketiga tahun 2022, jumlah karyawan di Salesforce hampir mencapai 80.000 orang.
Ini meningkat dari sekitar 70.000 karyawan pada tahun sebelumnya, yang berarti perusahaan telah menambahkan sekitar 10.000 karyawan dalam satu tahun.
5. Disney
Pada bulan Februari, CEO Disney Bob Iger mengatakan kepada para pemegang saham bahwa perusahaan berencana untuk memberhentikan 7.000 karyawan sebagai bagian dari restrukturisasi yang signifikan.
Disney+ kehilangan 2,4 juta pelanggan global pada kuartal pertama 2023. Namun, mereka berhasil mendapatkan 200.000 pelanggan di AS dan Kanada.
Hulu dan ESPN+, di sisi lain, masing-masing menambahkan 800.000 dan 600.000 pelanggan.
6. Meta
Meta melakukan PHK terbaru pada Mei 2023, yang diperkirakan berdampak pada sekitar 6.000 orang.
Pemangkasan ini merupakan bagian dari apa yang disebut “year of efficiency” perusahaan. Meta melakukan restrukturisasi perusahaan secara besar-besaran untuk menghemat uang dan meratakan struktur organisasi.
Pendiri dan CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengumumkan dalam sebuah posting blog pada bulan Maret bahwa ia akan memangkas 10.000 pekerjaan dalam dua putaran PHK pada akhir April dan akhir Mei.Â
Meskipun Meta telah memangkas 11.000 pekerjaan pada bulan November 2022. PHK bulan Mei ditargetkan untuk tim bisnis, sementara PHK pada bulan April berdampak pada tim teknologi.Â
Meta juga menghentikan perekrutan untuk sekitar 5.000 posisi yang terbuka. Secara keseluruhan, sekitar 21.000 orang telah kehilangan pekerjaan mereka di Meta.
Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook ini memiliki awalnya memiliki sekitar 87.000 karyawan.
7. Indeed
Ironisnya, di sebuah perusahaan yang membantu orang untuk menemukan pekerjaan, kini 2.200 karyawannya harus memulai pencarian kerja sendiri.Â
Bulan Maret tahun ini, CEO Chris Hyams memaparkan keputusan tersebut dengan menjelaskan bahwa pasar kerja diperkirakan akan terus menurun.Â
Tak dipungkiri dengan mengizinkan perusahaan mensponsori daftar lowongan kerja yang menunjukkan daftar tersebut kepada lebih banyak pencari kerja memang menghasilkan uang.Â
Namun, Hyams mengatakan bahwa pada kuartal terakhir, volume pekerjaan yang disponsori turun 33% dari tahun ke tahun, dan total lowongan pekerjaan turun 3,5 persen.
8. Shopify
Platform layanan e-commerce web builder Shopify juga turut mengumumkan bahwa mereka melakukan pemangkasan tenaga kerja sebanyak 20 persen di bulan Mei tahun ini.Â
Namun menariknya, keputusan ini diambil ketika perusahaan mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan di kuartal I tahun 2023.
CEO Shopify, Tobi Lütke, secara resmi mengumumkan keputusan ini melalui sebuah memo yang diunggah di situs perusahaan kepada para karyawan.Â
Meskipun demikian, dia tidak memberikan detail mengenai unit atau bagian mana yang akan terkena dampak dari pemangkasan tenaga kerja ini.Â
Per Desember 2022, ​​Shopify memiliki sekitar 11.600 karyawan dan kontraktor.
Pemangkasan tenaga kerja yang diumumkan ini menandai putaran kedua dari pemutusan hubungan kerja, yang sebelumnya memberhentikan 10 persen karyawan.
Ini merupakan buntut dari kesalahan perhitungan yang diakui sang CEO terkait seberapa lama ledakan permintaan akan ecommerce yang dipicu pandemik akan bertahan.
9. Yahoo
Dikutip dari Techrunch, dalam sebuah wawancara dengan Axios, CEO Yahoo Jim Lanzone mengatakan bahwa PHK ini bukanlah akibat dari masalah ekonomi, melainkan perubahan yang disengaja untuk memperkuat unit periklanan Yahoo for Business yang tidak menguntungkan.
Secara keseluruhan, Yahoo menguntungkan, dengan pendapatan tahunan sekitar 8 miliar dolar AS.
Yahoo memberhentikan 20 persen stafnya, yang berdampak pada 1.600 karyawan di bisnis teknologi iklannya.
10. Zoom
Dalam 24 bulan pertama pandemi, Zoom meningkatkan jumlah stafnya tiga kali lipat untuk mengelola peningkatan permintaan yang tiba-tiba.
Zoom mengalami lima kuartal berturut-turut dengan pertumbuhan tiga digit dari tahun ke tahun.Â
Setelah pandemi mulai mereda, pertumbuhan tersebut secara alami melambat, tetapi Zoom tetap berada di jalur yang stabil.Â
Menurut CEO Zoom, Eric Yuan, ketidakpastian ekonomi global, dan dampaknya terhadap pelanggan zoom, membuat timnya perlu melihat lebih dalam lagi ke internal perusahaan sehingga penting untuk mengatur ulang atau restrukturisasi agar dapat menghadapi perubahan lingkungan ekonomi.Â
Zoom mengambil keputusan untuk memangkas 15 persen stafnya, atau sekitar 1.300 orang.
Perusahaan Indonesia yang melakukan layoff kurun waktu Q3 2023
Sepanjang kuartal III tahun 2023, sejumlah perusahaan dan startup di Indonesia juga turut terdampak badai PHK massal.
Buntut dari fenomena ini, lebih dari 2500 karyawan terdampak akibatnya. Dilansir berbagai sumber, berikut ini rangkumannya.
1. Goto
Tepat dua tahun setelah melakukan merger pada 2021 lalu, GoTo mengumumkan bahwa mereka melakukan PHK yang akan berdampak pada sekitar 600 posisi, menurut pengumuman internal.
Pada bulan Februari, GoTo meluncurkan rencana restrukturisasi besar-besaran di seluruh tim eksekutif dan dewan komisarisnya, yang menjadikan mantan CEO Tokopedia William Tanuwijaya sebagai co-chairman grup.
Perusahaan memutuskan untuk memangkas beberapa bagian tertentu dari Mitra Tokopedia untuk membantu mempercepat pertumbuhan perusahaan.
2. Lamudi
Lamudi melakukan PHK di bulan Juli tahun ini, yang bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan efisiensi demi keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Sebelumnya, perusahaan teknologi properti terbesar di Indonesia ini mengakuisisi bisnis properti OLX Indonesia di tahun 2021 lalu yang tercatat sama-sama melayani lebih dari 22 juta pengunjung dan memperoleh 1,35 juta listing properti setiap bulan.
3. Moladin
Moladin, sebuah marketplace mobil bekas yang berbasis di Indonesia juga turut masuk ke dalam daftar. Perusahaan ini telah memberhentikan 11 persen dari jumlah karyawannya atau sekitar 360 karyawan terdampak.
Didirikan pada tahun 2017, Moladin awalnya menjual sepeda motor bekas dan baru. Namun, perusahaan ini beralih ke industri mobil bekas pada tahun 2021, yang membuat volume transaksinya meningkat lebih dari 20 kali lipat dalam beberapa bulan.
Dalam waktu kurang dari empat bulan pada tahun lalu, perusahaan ini berhasil mengumpulkan dana sebesar 137 juta dolar AS berkat pendanaan dari beberapa investor seperti East Ventures, Sequoia Capital, dan Northstar Group.Â
Bahkan laporan dari RevoU menunjukkan bahwa Moladin memiliki pertumbuhan jumlah karyawan tertinggi di antara perusahaan teknologi lokal, mencapai 567% dari Mei 2021 hingga Mei 2022.
4. OLX
Di bulan November tahun lalu, Prosus melaporkan bahwa OLX Autos mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 84% dan bahkan mencapai pencapaian signifikan sebesar 1 miliar dolar AS di periode setengah pertama tahun keuangan 2022.Â
Meskipun begitu, bisnis otomotif ini masih belum mencapai keuntungan. Diperkirakan setidaknya 300 dari total 1.000 karyawan yang bekerja di OLX Indonesia terkena dampak PHK yang dilakukan sebagai akibatnya.Â
Selain sebagai respons dari perubahan ekonomi makro, ini juga dilakukan karena perusahaan ini dikabarkan akan mengubah fokus bisnisnya dari model business to consumer (B2C) menjadi consumer to business (C2B) dan business to business (B2B).
5. Shopee
Shopee, raksasa e-commerce, telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 200 karyawannya di Indonesia, dengan sebagian besar dari mereka berasal dari tim layanan pelanggan, demikian dilaporkan oleh Tech in Asia.
Dalam pernyataannya, seorang juru bicara menyatakan bahwa keputusan ini diambil untuk meningkatkan efisiensi operasional Shopee Indonesia.Â
Sayangnya, berita ini datang setelah Shopee mencatatkan kuartal pertama yang menguntungkan pada Q4 2022, dengan EBITDA yang disesuaikan mencapai 196,1 juta dolar AS.Â
Saat ini, Shopee masih menduduki peringkat nomor satu di Indonesia dalam hal jumlah pengguna aktif bulanan di Apple Store dan Google Play, menurut Data.ai.
6. Bukalapak
Dimulai sejak bulan Agustus tahun ini, kabar PHK yang beredar di lingkungan internal Bukalapak menjadi berita yang kurang menggembirakan bagi para karyawan menjelang perayaan HUT RI ke-78.
Pemangkasan ini dilakukan kepada kurang dari 5 persen dari total karyawan. Hingga akhir tahun 2022, Bukalapak memiliki sekitar 2.900 karyawan.Â
Dengan demikian, perkiraan awal menunjukkan bahwa setidaknya sekitar 160 orang terkena dampak dari PHK massal ini.Â
Diungkapkan Teddy Nuryanto Oetomo, Direktur/Corporate Secretary Bukalapak melalui keterangan resminya, keputusan sulit ini dilakukan demi mengoptimalkan operasional bisnisnya.
7. Carz24
Setelah setahun mengalami penetrasi ke negara-negara di Asia Tenggara, pasar mobil bekas Cars24 dikabarkan menghentikan operasinya di Indonesia. Hal ini mengakibatkan pemutusan hubungan kerja dengan hampir 100 karyawan.
Alasannya, perusahaan startup asal India ingin mengalihkan fokusnya pada pasar-pasar utama seperti India dan Australia.
Terakhir, perusahaan ini berhasil memperoleh pendanaan sebesar 450 juta dolar AS oleh DST Global, Falcon Edge, dan SoftBank Vision Fund pada September 2021.Â
Hingga saat ini, unicorn otomotif ini telah mengantongi hampir 1,3 miliar dolar AS dari berbagai investor, termasuk di antaranya Alibaba, Tencent, Moore Strategic Ventures, dan Exor Seeds.Â
8. Akseleran
Buntut dari batalnya perencanaan Akseleran untuk melantai di IPO pada Juli lalu, perusahaan fintech ini melakukan PHK kepada sekitar 60 karyawannya.
Ini merupakan restrukturisasi internal pertama sejak beroperasi pada tahun 2017 dan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi bisnis dan kinerja keuangan perusahaan.
Dilaporkan, kenaikan pendapatan perusahaan berjalan melandai sejak tahun 2021, di mana sebelumnya pendapatan naik 117 persen pada 2021 dan naik hanya 80 persen pada tahun selanjutnya.Â
Bersamaan dengan itu, perusahaan memutuskan untuk fokus mengelola biaya dengan efisien.
9. Fazz
Tampaknya, tsunami startup juga menghadang perusahaan fintech yang digadang-gadang akan menjadi calon unicorn, yakni Fazz.
Dalam rangka reorganisasi bisnis, sekitar 40 karyawan diperkirakan terkena dampak PHK seperti dilaporkan oleh Ecommurz.Â
Tak hanya itu, upaya pemotongan gaji sukarela di tingkat co-founder dan eksekutif senior dilakukan demi meningkatkan efisiensi operasional.
Sebelumnya pada September 2022, perusahaan ini mendapat suntikan dana senilai 100 juta dolar AS dalam ronde pendanaan yang dipimpin Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company.
Dalam laporan yang sama, Fazz mengungkapkan rencana penambahan jumlah pegawai di sejumlah negara, seperti Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan, dari semua 800 orang menjadi 1400 orang.
10. Modalku
Grup Modalku melakukan penyusutan dalam operasinya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawan.
Ini memengaruhi 38 individu dari total 214 karyawan yang bekerja di Indonesia, yang setara juga 17,7 persen.
Modalku mengklaim telah menyalurkan lebih dari 3,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp49 triliun dalam bentuk pendanaan, dengan total transaksi untuk UMKM mencapai 5 juta di seluruh wilayah operasional bisnis mereka, termasuk Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
11. Zenius
Meningkatnya permintaan terhadap pendidikan daring berhasil mendorong pertumbuhan pesat pada Zenius sejak pandemik, perusahaan edtech ini terpantau melakukan rekrutmen dalam skala besar.
Bahkan menurut data dari RevoU, Zenius menduduki peringkat kedelapan dalam hal penambahan karyawan, dengan jumlah yang meningkat dari 606 menjadi 1.205 karyawan dalam periode Mei 2021 hingga 2022.
Namun sayangnya, perusahaan memutuskan untuk merumahkan karyawan sebagai respons atas perubahan ekonomi yang menciptakan tantangan terhadap perusahaan.
Manajemen Zenius tidak merinci seberapa banyak karyawan yang terdampak PHK. Namun dari kabar yang beredar, ini memengaruhi 36 dari 120 orang pegawai.Â
Tercatat, ini bukan badai PHK yang pertama. Sebelumnya mulai tahun 2022, Zenius telah melakukan dua kali pemutusan hubungan kerja (PHK).Â
Tahap pertama dilakukan pada bulan Mei, di mana sekitar 200 karyawan dirumahkan. Selanjutnya terjadi pada awal Agustus, dilaporkan bahwa sekitar 600 karyawan dari berbagai divisi juga dirumahkan.
12. Noice
Setelah serangkaian evaluasi dan tinjauan menyeluruh, Noice, perusahaan audio lokal mengambil langkah untuk merampingkan tim mereka. Keputusan ini dikabarkan mempengaruhi sekitar 25 karyawan di perusahaan.
Dalam lima tahun beroperasi, perusahaan ini telah mendapatkan berbagai pendanaan dari tahap awal hingga seri A, dengan dukungan dari berbagai investor.Â
Saat ini, total pengguna Noice tercatat mencapai dua juta, dengan lebih dari 40.000 total episode, podcast, dan lebih dari 500 konten kreator yang tersebar di berbagai daerah.
13. Daily Social
Didirikan pada tahun 2008, Dailysocial sebagai perusahaan media startup berhasil menerima pendanaan dari perusahaan media Singapura, E27, pada bulan Juni 2013.
Menurut kabar dari Tech in Asia, jumlah karyawan DailySocial hampir mencapai 40 orang.
Dengan mengacu pada informasi ini, PHK yang dilakukan oleh DailySocial diperkirakan berdampak pada sekitar 47 persen dari total karyawan mereka.Â
Situasi ekonomi dan kondisi bisnis teknologi yang tengah menurun menjadi faktor utama yang mendorong perusahaan media teknologi ini untuk melakukan PHK terhadap karyawannya.
14. Edenfarm
Pertumbuhan ekonomi yang melambat dan perubahan model bisnis mendorong PHK kepada 300 karyawan Edenfarm, perusahaan startup food chain B2B yang berbasis di Indonesia
Perusahaan ini sebelumnya telah mendapatkan pendanaan tahap awal sebesar 13,5 juta dolar AS dalam putaran pendanaan pra-seri B yang dipimpin oleh Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dengan dukungan dan partisipasi dari berbagai venture capital.
Dilaporkan, perusahaan ini telah mencapai pertumbuhan hampir 60x lipat dalam 40 bulan terakhir, bahkan melampaui pemain lain yang mengalami kerugian.
Hal ini menjadikan EdenFarm unggul dan memimpin di bidang agroteknologi.Â
Sejauh ini, EdernFarm telah melayani lebih dari 50.000 pelanggan B2B dan bertujuan untuk menyederhanakan rantai pasokan pangan B2B Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani, serta pelaku bisnis makanan.
Faktor Penyebab Perusahaan Melakukan Layoff
Secara global, Menurut keterangan pers dari beberapa perusahaan yang melakukan layoff, mereka sebagian besar memiliki permasalahan yang sama.Â
Selain alasan efektifitas ataupun restrukturisasi, perusahaan juga merasa memiliki redundant employee yang sudah tidak memenuhi kualifikasi atau sudah tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan.
Sebuah jurnal penelitian dari Farzana Ashraf dari University of Liberal Arts Bangladesh menyimpulkan ada 2 alasan utama dibalik keputusan beberapa perusahaan melakukan tindakan layoff, diantaranya:
1. Future-Oriented
Perusahaan tidak memiliki future-oriented atau orientasi jangka panjang dalam melakukan perencanaan sumber daya atau Human Resource Planning (HRP).Â
Human Resource Planning (HRP) penting diterapkan terlebih pada lingkungan bisnis yang agile dan dapat berubah sewaktu-waktu.Â
Tujuannya agar dapat membantu mereka secara proaktif mengantisipasi adanya kelebihan (over hire) atau kekurangan karyawan.
2. Digitalisasi dan Teknologi
Pada era digital, teknologi merubah banyak hal termasuk didalamnya pekerjaan. Dampaknya tidak hanya pada operasional saja namun beberapa tanggung jawab akhirnya tergantikan oleh kecanggihan teknologi.Â
Tentu saja hal ini membuat mereka dieliminasi karena tidak memiliki skill spesifik ataupun ada beberapa sistem yang diperbaharui dalam dan mereka belum siap dari segi SDM-nya.
Kedua hal tersebut menandakan bahwa pentingnya sebuah HR plan dalam perusahaan untuk mengembangkan SDM yang disesuaikan dengan rancangan rencana bisnis mereka dalam suatu periode.
Selain itu juga perusahaan juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan revolusi teknologi yang akan datang.
Demikian hasil penemuan yang tim kami lakukan, semoga bermanfaat!