Mobilitas sosial adalah sebuah konsep yang menggambarkan pergerakan individu atau kelompok dari satu posisi sosial ke posisi sosial lainnya dalam hierarki sosial.
Pergerakan atau perubahan ini nantinya bisa berdampak pada kekuasaan, status, dan kekayaan mereka.
Dalam artikel LinovHR ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek mobilitas sosial, mulai dari teori, jenius-jenis, faktor pendorong dan penghambat, serta dampak positifnya.
Pengertian Mobilitas Sosial
Berdasarkan Kun Maryati dan Juju Suryawati dalam buku “Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XIโ, mobilitas sosial adalah gerakan perpindahan atau perubahan yang dialami oleh suatu kelompok masyarakat.
Sebagai contohnya, ketika seseorang mengalami perubahan nasib pada lapisan sosial mereka. Misalnya, dari miskin ke kaya atau sebaliknya, lalu bisa juga mengalami kenaikan jabatan di pekerjaannya.
Perubahan tersebut mencerminkan adanya perubahan dalam strata sosial. Mobilisasi sosial dapat terjadi karena dorongan manusia untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik, terutama bagi mereka yang mengalami kenaikan strata.
Dengan demikian, mobilitas sosial adalah sebuah perubahan yang mendorong individu atau masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya secara positif.
Teori Mobilitas Sosial
Para ahli sosiologi seperti Martin Lipset dan Hans Zetterberg, Ralph Turner, dan Pitirim Sorokin telah mengembangkan teori-teori yang relevan dalam memahami mobilitas sosial. Berikut adalah penjelasannya:
1. Ralph Turner
Dalam teori yang dijelaskan oleh Ralph Turner, ia mengaitkan sistem pendidikan dengan upaya peningkatan mobilisasi.
Turner percaya bahwa sistem kelas terbuka, yang ditandai dengan adanya sekolah umum, membuka peluang bagi individu untuk mencapai mobilitas sosial vertikal.
Turner juga membedakan menjadi dua jenis yaitu mobilitas sponsor dan mobilitas kontes.
Mobilitas sponsor mencakup penentuan anggota masyarakat yang dapat naik ke kelas sosial atas berdasarkan kriteria tertentu.
Sementara itu, mobilitas kontes terjadi melalui persaingan terbuka di mana status sosial atas menjadi imbalan bagi individu yang berhasil.
2. Martin Lipset dan Hanz Zetterberg
Martin Lipset dan Hans Zetterberg memfokuskan teori mobilitas sosial mereka pada penyebab dan dimensi terjadinya mobilisasi dalam masyarakat.
Mereka menyatakan, bahwa hal ini terjadi karena adanya pasokan dari posisi status yang tidak terisi dan pergantian peringkat.
Mereka juga mengidentifikasi menjadi empat dimensi, yaitu ada ranking okupasi, ranking konsumsi, ranking kelas sosial, dan ranking kekuasaan.
Dimensi-dimensi ini mencakup faktor-faktor seperti pekerjaan, gaya hidup, hubungan antar individu, dan hubungan kekuasaan yang memengaruhi pergerakan.
3. Pitirim Sorokin
Teori ini berkaitan dengan kesempatan atau peluang mobilitas sosial yang tersedia bagi individu atau kelompok individu dalam masyarakat.ย
Sorokin menyatakan bahwa tidak semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan mobilitas mereka.
Dia juga membagi menjadi dua tipe, yaitu mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal.
Mobilitas horizontal terjadi antara posisi yang sejajar. Sementara itu, mobilitas vertikal melibatkan perpindahan antara posisi yang berbeda secara hierarkis.
Baca Juga: Kesenjangan Sosial: Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Jenis-jenis Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial memiliki tiga jenis utama, yakni tipe vertikal, horizontal, dan antargenerasi. Mari kita bahas masing-masing jenis mobilitas tersebut secara detail di bawah ini:
1. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah pergerakan individu dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang berbeda secara hierarkis atau posisi tidak sederajat.
Dalam โanalogiโ garis vertikal, mobilitas ini dapat diibaratkan sebagai perpindahan ke atas atau ke bawah dari titik saat ini.
Sehingga, tipe vertikal dapat terbagi menjadi dua bagian, yaitu vertikal naik atau vertikal turun.
Contohnya adalah ketika seseorang naik jabatan di pekerjaannya atau memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Pergerakan vertikal naik ini mengakibatkan terjadi perubahan dalam status sosialnya.
Mobilitas vertikal sering kali terkait dengan perubahan dalam tingkatan ekonomi dan pendidikan.
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal adalah jenis mobilitas yang terjadi ketika individu berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang sederajat.
Dalam konteks garis horizontal, perpindahan ini dapat diilustrasikan sebagai perpindahan ke kiri atau ke kanan tanpa mengubah posisi tingkat sosial.
Contoh mobilitas horizontal adalah dengan melibatkan perpindahan kewarganegaraan atau pindah lokasi penugasan tanpa perubahan jabatan.
Meskipun tidak terjadi perubahan dalam strata sosial, individu yang mengalami mobilitas ini tetap perlu beradaptasi dengan lingkungan baru.
3. Mobilitas Sosial Antergenerasi
Mobilitas sosial antargenerasi ditandai oleh peningkatan atau perubahan tingkat hidup dalam suatu garis keturunan.
Perubahan tersebut bukan hanya terbatas pada perubahan status sosial.
Mobilitas antargenerasi mengacu pada perbedaan status sosial yang dicapai oleh individu yang sudah memiliki keluarga sendiri, dibandingkan dengan status sosial orang tua mereka.
Contohnya bisa terlihat ketika anak mencapai tingkat pendidikan atau prestasi ekonomi yang lebih tinggi daripada orang tua mereka.
Mobilitas antargenerasi menyoroti perubahan status dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Faktor Penghambat dan Pendorong Mobilitas Sosialย
Setelah memahami pengertian dan jenis-jenisnya, kita tentu ingin melihat apa yang mendorong dan menghambat peningkatan mobilitas di masyarakat. Di bawah ini adalah beberapa faktor yang dapat menjadi pendorong dan penghambatnya.
Faktor Pendorong
Ada sejumlah faktor yang mendorong terjadinya mobilisasi. Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi pendorong.
1. Faktor Struktural
Faktor struktural mencakup kesempatan dan kemudahan seseorang untuk menduduki posisi tertentu.
Di Indonesia, faktor ini berperan besar dalam mendorong tingkat mobilitas. Hal ini karena banyak individu memiliki kesempatan untuk mencapai posisi atau jabatan yang lebih tinggi.
Struktur sosial yang terbuka memberikan peluang bagi perpindahan status sosial melalui pencapaian-posisi tertentu.
2. Faktor Individu
Salah satu pemicu lainnya adalah faktor individu seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan.ย
Setiap individu memiliki sifat dan ciri khas yang memengaruhi aspirasi mereka untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.
Di Indonesia, pendidikan dianggap sebagai alat untuk meningkatkan kualitas diri dan meningkatkan status sosial, memainkan peran sebagai โtangga sosialโ yang memungkinkan individu berkembang.
3. Keadaan Ekonomi
Ekonomi yang baik memberikan masyarakat akses lebih mudah ke modal, pendidikan, dan peluang yang lebih baik.
Sebaliknya, dalam kondisi ekonomi yang buruk, masyarakat mengalami keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan, menghambat mobilitas sosial.
Keadaan ini membedakan tingkat mobilisasi di tengah kondisi ekonomi yang beragam.
4. Faktor Demografi
Faktor demografi mencakup pertambahan jumlah dan kepadatan penduduk dalam suatu wilayah.
Pertumbuhan penduduk dapat menyebabkan tekanan pada lahan, berkurangnya lapangan pekerjaan, dan penurunan kualitas lingkungan.
Hal ini dapat mendorong individu untuk melakukan migrasi ke wilayah yang dianggap lebih baik.
Oleh karena itu, faktor demografi menciptakan dinamika perpindahan dan mobilisasi dalam masyarakat.
5. Faktor Politik
Terakhir, faktor politik memainkan peran dalam memicu mobilitas sosial, terutama dalam situasi politik yang stabil atau tidak stabil.
Situasi politik yang tidak stabil dapat memengaruhi keamanan suatu wilayah, mendorong individu untuk meninggalkan tempat tinggal mereka demi jaminan keamanan.
Faktor politik ini memperlihatkan bagaimana keadaan politik dapat menjadi pemicu perubahan dan mobilitas dalam masyarakat.
Baca Juga: Mengenal Era Society 5.0, Apa Bedanya Dengan Society 4.0?
Faktor Penghambat
Selain adanya faktor pendorong, terdapat juga faktor penghambat yang dapat mempengaruhi faktor.
Ketika faktor-faktor penghambat ini muncul, maka proses mobilisasi dapat terhambat dan berpotensi menimbulkan dampak-dampak tertentu bagi masyarakat.
1. Perubahan Kemiskinan
Kemiskinan menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan status mobilisasi. Hal ini karena individu yang mengalami kemiskinan sulit untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.ย
Tingkat pendidikan yang rendah seringkali menjadi penyebab kemiskinan, karena hal itu mengurangi sumber daya manusia yang berkualitas di suatu lingkungan.ย
Ketika tingkat pendidikan rendah, kesempatan untuk bersaing di pasar kerja menjadi terbatas dan menghambat peningkatan.
2. Perubahan Diskriminasi
Selain kemiskinan, faktor diskriminasi dapat menjadi penghambat karena membedakan perlakuan terhadap individu berdasarkan suku, agama, ras, atau golongan tertentu.ย
Diskriminasi menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang dan akses, yang dapat menghambat individu untuk mencapai kemajuan sosial.ย
Konflik yang timbul akibat diskriminasi juga dapat mempersulit peningkatan mobilitas.
3. Perubahan Stereotip Gender
Stereotip gender juga menghambat adanya transformasi, dengan membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal status sosial.
Pandangan bahwa laki-laki memiliki derajat yang lebih tinggi dapat menghambat perempuan untuk mencapai prestasi dan mobilitas yang sama dengan laki-laki.ย
Stereotip ini dapat menghalangi individu dari upaya untuk meningkatkan status sosial mereka, menciptakan ketidaksetaraan gender dalam strata sosial.
Dampak Positif Mobilitas Sosial
Ada beberapa hal atau dampak positif hasil yang diterima. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuat Individu Terdorong untuk Maju
Dampak positif pertama adalah mobilitas ini membuat individu menjadi terdorong untuk maju.
Dalam konteks ini, mobilitas sosial memberikan kesempatan bagi seseorang untuk meningkatkan status sosial mereka.ย
Melalui upaya meningkatkan keterampilan dan pendidikan, individu dapat mencapai kemajuan yang lebih tinggi dalam kehidupan mereka.
Hal ini tidak hanya memberikan manfaat pribadi, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
2. Adanya Perubahan Sosial yang Cepat
Percepatan perubahan sosial merupakan salah satu dampak positif jika berhasil melakukan peningkatan status mobilitas.
Dengan memberikan peluang bagi individu untuk naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi, dapat menciptakan perubahan nilai-nilai, norma, dan struktur sosial masyarakat.ย
Dengan demikian, masyarakat dapat lebih cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan mengembangkan pola pikir yang lebih progresif.
3. Peningkatan Integrasi Sosial
Mobilitas sosial juga berperan dalam meningkatkan integrasi sosial.ย
Dengan memberikan peluang mobilisasi yang sama untuk kemajuan individu dari berbagai kelompok, tentunya dapat mengurangi ketegangan sosial dan memperkuat hubungan antar individu serta kelompok.
Hal ini menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan solidaritas sosial yang lebih kuat.
4. Meningkatkan Tingkat Kesejahteraan Hidup
Dengan memberikan akses kepada individu untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, pendapatan yang lebih tinggi, dan sumber daya yang lebih baik.
Dengan adanya perubahan mobilitas, secara langsung berkontribusi pada peningkatan standar hidup individu dan masyarakat.
5. Meningkatkan Kualitas Hidup
Terakhir, juga dapat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup.
Misalnya, dengan memberikan akses kepada individu untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, layanan kesehatan yang lebih baik, dan sumber daya yang lebih baik.
Melalui cara ini, dapat menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
Contoh Positif Mobilitas Sosial
Setelah mengetahui dampak positifnya, berikut adalah beberapa contoh positif mobilitas sosial:
1. Mendorong Kemajuan
Pada masa penjajahan, terdapat keterbatasan kesempatan bagi rakyat kecil untuk mencapai posisi penting seperti camat, bupati, atau gubernur.
Namun, saat ini, banyak rakyat kecil berhasil mencapai posisi kepemimpinan di berbagai bidang, menunjukkan adanya perubahan positif dalam mobilitas sosial.
2. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial
Indonesia mengalami transisi dari masyarakat agraris ke industri, membutuhkan sumber daya manusia berkualitas untuk mempercepat perubahan.
Keberhasilan peningkatan mobilisasi di Indonesia menciptakan kedudukan terhormat, terlihat dalam perubahan gaya hidup dan mata pencaharian penduduk di masyarakat desa.
3. Meningkatkan Integrasi Sosial
Sebagai contoh, individu yang mengalami peningkatan akan beradaptasi dengan gaya hidup, nilai-nilai, dan norma baru yang dipegang oleh kelompok sosial yang baru.
Meskipun perubahan sosial dapat memicu respons yang beragam dari masyarakat lain, penerimaan pengaruh yang timbul menunjukkan terjadinya integrasi sosial yang kuat dalam masyarakat.
Dengan demikian, mobilitas sosial merupakan sebuah konsep yang mencerminkan sebuah perubahan pada lapisan sosial masyarakat.
Melalui hal ini, semua masyarakat dapat memiliki kesempatan untuk mengejar impian mereka tanpa terhalang oleh batasan-batasan yang tidak adil.