Semua perusahaan memiliki seorang atasan yang akan memimpin kinerja seluruh karyawan menuju tujuan bersama. Peranan atasan di sini pun sangat besar dalam menjadi seorang panutan.
Atasan dituntut harus memberi arahan jelas dan motivasi ketika tim atau karyawan mengalami penurunan kinerja. Siapa pun dapat duduk di sudut kantor dan mendelegasikan tugas. Namun, peran atasan lebih dari itu.
Atasan yang efektif memiliki dampak besar tidak hanya pada anggota tim yang mereka kelola, tetapi juga perusahaan mereka secara keseluruhan.
Karyawan yang bekerja di bawah pemimpin hebat cenderung lebih bahagia, produktif, dan termotivasi. Nah, bagaimana jika di perusahaan ada atasan yang buruk?
Jadilah Atasan Teladan, Bukan Otoriter!
Faktanya, Setiap orang setidaknya sekali dalam seumur hidup pernah memiliki atasan yang buruk sehingga membuat mereka bertanya-tanya tentang masa depannya dengan pekerjaan yang dijalankan.
Bukankah itu menakutkan? Apa yang dibutuhkan agar menjadi seorang pemimpin atau atasan baik dalam skala kecil hingga besar?
Beberapa orang membuat pandangan yang salah dalam memimpin dan dapat berubah menjadi atasan yang justru “meracuni” karyawan.
Tentu itu tidak bisa dibiarkan, kan? Untuk lebih jelasnya, inilah beberapa akibat dari atasan yang buruk:
- Berdampak negatif pada kesehatan mental
- Kepuasan pekerjaan yang rendah
- Merusak budaya perusahaan
- Citra perusahaan menurun
- Operasional kinerja menurun
Jenis Atasan yang Buruk
Berbahaya bukan menjadi seorang atasan yang buruk? Agar tidak terjebak, berikut adalah 4 contoh atasan yang bisa menjadi mimpi buruk bagi bawahan dan bagaimana Anda menghindari menjadi atasan buruk
1. Suka berasumsi
Satu kesalahan yang mudah tetapi buruk dilakukan oleh atasan adalah membuat asumsi dalam mengambil keputusan saat menilai kinerja bawahan.
Penjelasan dan komunikasi adalah dua hal penting yang harus dimiliki pemimpin. Atasan yang baik melakukan komunikasi di awal dan rutin, terutama ketika terjadi masalah dalam timnya maupun dalam perbedaan pendapat.
Untuk atasan yang mudah marah terutama hanya dikarenakan melencengnya suatu pekerjaan dari rencana yang telah dibuat, membuat bawahan tidak berkembang.
Ketika atasan mudah berasumsi tanpa dasar terhadap bawahan yang memiliki ide yang berbeda dalam menjalankan pekerjaannya. Kita dapat menebak asumsi pada umumnya lebih ke arah yang negatif.
Perbaikannya: Jadilah atasan yang sebisa mungkin transparan saat memberikan respon terhadap bawahannya. Jadilah atasan yang terus terang bukan berbelit-belit.
Agar tidak selalu berasumsi, atasan harus memotivasi karyawannya untuk menceritakan dan terlibat secara langsung bagaimana proses kerja dilakukan sehari hari.
Bila ternyata ditemui beberapa hambatan, ada baiknya atasan melakukan perbaikan bersama. Karyawan pun merasa termotivasi karena diperhatikan dengan baik oleh atasannya.
Baca juga: Pentingnya Transparansi Perusahaan dalam Penggajian Karyawan
2. Egois
Tidak ada hal yang dapat menghancurkan sebuah tim selain pemimpin yang suka dipuji-puji orang atas hasil pekerjaan timnya. Kenyataannya dia tidak memberikan effort sehingga orang yang benar-benar bekerja menjadi kecewa dan sakit hati.
Atasan yang baik memberikan penghargaan pada bawahan atas pekerjaannya. Hal itu akan membuat bawahan bahagia dan bekerja lebih baik lagi.
Perbaikannnya: Perbanyak komunikasi dengan tim untuk mengetahui mengenai hal-hal terkait dalam pekerjaan. Apapun jenis masukan yang berasal dari karyawan harus dipertimbangkan dengan baik.
Karena karyawan dalam sebuah divisi adalah individu yang berbenturan langsung dengan masalah atau tantangan operasional perusahaan. Hal ini sangat baik guna pengembangan perusahaan.
Atasan dapat terjun langsung ke lapangan dan memberikan dukungan terhadap bawahan serta menerima kesalahan bawahannya dengan bijak.
Baca juga: 10 Pertanyaan yang Harus Anda Tanyakan Kepada Atasan
3. Marah Tidak Terduga
Orang yang tidak beruntung mendapatkan atasan dengan tingkat emosional yang tidak stabil membuat suasana kerja seperti berada dalam set film horor, selalu menegangkan. Sebab, setiap saat ada saja yang dimarahi tanpa alasan yang jelas.
Semua bawahan yang tiba-tiba dipanggil ke ruangan hanya bisa pasrah selayaknya pin bowling, satu-satunya jalan adalah diam dan bersiap terkena benturan.
Suasana mencekam selalu meliputi ruangan tempat mereka bekerja sehingga kreatifitas dan produktifitas tidak berkembang, bisa dipastikan kalau pekerjaan akan tersendat dan tidak akan maksimal dalam pencapaian target perusahaan.
Perbaikannya: Atasan yang baik selalu bertindak dengan semestinya, yaitu bersenang-senang dan serius pada saat yang tepat.
Atasan yang lebih banyak senyum membuat ruang kerja menjadi lebih ceria dan berakibat produktifitas dan kreatifitas berkembang di dalamnya.
Jika pun seorang atasan mengalami peristiwa tidak menyenangkan atau sedang merasa emosi, ada baiknya atasan tersebut mengelola emosinya agar tidak asal-asalan melampiaskannya pada karyawan.
4. Paranoid
Memiliki bos yang sangat paranoid, saking paranoidnya atasan seperti ini akan menahan semua informasi bahkan hingga yang paling umum sekalipun hingga hal-hal yang bersifat operasional yang seharusnya diketahui oleh semua bawahannya.
Seolah-olah presiden direktur sendiri tidak mampu memaksa atasan seperti ini untuk bicara mengenai informasi yang diketahuinya.
Perbaikannya: Bersikap jujur dan terus terang dengan orang-orang yang bekerja kepadamu, bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan. Perbuatan ini akan mengarahkan bawahan untuk percaya bahwa atasannya akan selalu mendukung mereka.
Ada baiknya juga atasan dapat memantau langsung kinerja karyawan melalui Software HRD dari LinovHR. Sistem yang terintegrasi mampu menampilkan perkembangan kinerja karyawan dari waktu ke waktu.
Maka akan tumbuh kepercayaan dari atasan dan akhirnya atasan dapat mengkomunikasikan tujuan dan perkembangan perusahaan secara kontinu.
Demikianlah pembahasan mengenai jenis atasan yang buruk dan bagaimana cara agar tidak menjadi seperti mereka. Mudah untuk diikuti, kan?
Harap diingat bahwa hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan harus didukung oleh atasan yang berkualitas. Jadi, atasan harus berperan aktif untuk menjadi pemimpin yang baik bagi karyawannya!