Di kehidupan sehari-hari pasti kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki attitude atau sikap berbeda-beda dari kita. Termasuk juga di lingkungan kerja. Attitude merupakan hasil dari pengalaman seseorang atau didikan yang ditanamkan.
Maka dari itu, tidak heran jika setiap orang pasti memiliki sikap yang berbeda-beda. Agar Anda semakin paham dengan maksud dari attitude secara menyeluruh, mari simak artikel LinovHR berikut ini!
Apa itu Attitude?
Attitude adalah perilaku, sikap, atau tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain yang disertai dengan kecenderungan dirinya untuk bertindak sesuai dengan sikap yang dimilikinya tadi.
Selain itu, attitude nuga bisa diartikan sebagai sikap yang muncul pada aspek afektif seseorang yang menentukan dirinya, karena adanya kerelaan dan kemauan untuk bertindak yang kemudian akan menentukan seseorang untuk melakukan suatu hal sesuai dengan sikap dan karakter yang dimilikinya.
Mengutip dari Verywellmind, dalam psikologi, attitude merupakan sikap yang mengacu pada rangkaian emosi, keyakinan, dan perilaku terhadap objek, orang, atau juga peristiwa.
Mengingat attitude berhubungan dengan sikap dan perilaku seseorang terhadap orang lain, maka sangat penting untuk memiliki attitude yang baik dalam karir Anda.
Tingkat Attitude dalam Penerapannya
Setiap orang akan menunjukkan attitude-nya. Namun, perlu Anda ketahui bahwa ada tingkatkan yang berbeda-beda. Hal ini dikenal oleh para ahli dengan istilah taksonomi.
Salah satu ahli yang melakukan studi terhadap tingkat attitude ini adalah David R Krathwohl, ia membagi 5 tingkatan attitude. Berikut adalah tingkatannya.
1. Penerimaan (Receiving/Attending)
Tingkat pertama ini, seseorang mengenal dan bersedia menerima serta memerhatikan berbagai stimulus. Tapi, sikap tersebut masih pasif, hanya sekadar mendengarkan atau memerhatikan saja.
2. Tanggapan (Responding)
Di tingkat ini, sudah mulai ada keinginan untuk melakukan sesuatu. Ini muncul sebagai reaksi atas suatu gagasan, benda, atau sistem nilai yang telah diterima. Di tahap ini juga sudah ada partisipasi.
3. Penghargaan (Valuing)
Di tingkatan ini, seseorang telah memberikan nilai pada gagasan, benda, sampai dengan cara berpikir. Nilai ini ditunjukkan melalui perasaan, keyakinan, atau tanggapan. Nilai ini bisa positif atau negatif.
4. Organisasi (Organization)
Tingkat keempat ini, seseorang mulai mengorganisir nilai-nilai yang mereka terima atau ketahui dalam suatu sistem nilai dan saling terhubung. Mereka mulai memilih mana nilai yang lebih prioritas.
5. Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai
Terakhir, seseorang akan memperlihatkan perilaku yang konsisten dengan sistem nilai yang telah mereka yakini. P
erilaku tersebut tidak terbentuk dengan begitu saja tapi dari pengalaman yang berhubungan dengan pengorganisasian dan integrasi nilai-nali dari luar ke dalam sistem nilai pribadi kita.
Baca Juga: Cara Menghadapi Karyawan dengan Bad Attitude
Karakteristik Attitude
Bukan hanya memiliki tingkatan, attitude juga punya karakteristik. Seorang psikolog bernama Muzafer Sherif dalam hasil studinya menyebutkan setidaknya terdapat 5 karakteristik attitude. Berikut adalah uraian karakteristiknya.
1. Bukan Hal yang Dibawa Sejak Lahir
Attitude adalah faktor dari hereditas, begitulah menurut Sherif. Maksudnya, sikap bukanlah hal yang dibawa sejak lahir.
Attitude merupakan suatu yang terbentuk melalui proses pembelajaran yang diterima seiring dengan berkembanganya hidup serta hubungan manusia dengan onjem yang memunculkan sikapnya.
2. Dapat Berubah-ubah
Karena bukan bawaan lahir, attitude bukanlah suatu hal yang kaku tapi cair dan bisa berubah-ubah. Ini tergantung syarat-syarat yang mendukung perubahan tersebut. Perubahannya sendiri dapat dipelajari.
3. Tidak Berdiri Sendiri
Attitude ada jika ada objek yang menyebabkan munculnya suatu sikap. Ini menyebabkan attitude tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya objek. Baik objek dan attitude merupakan kedua hal yang saling terhubung dan perubahan sikap selalu dipengaruhi oleh objek.
4. Pengaruh Sosial
Munculnya attitude tidak hanya dipengaruhi oleh suatu objek. Attitude juga sering kali muncul karena adanya kumpulan objek yang memungkinkan attitude terjadi secara masif.
Sebagai contoh, misalkan si A menjadi seorang yang pemberani bukan hanya karena ada objek yang membuatnya berani, tapi karena orang-orang di sekitarnya dan yang sebangsa dengan A juga punya sikap pemberani.
5. Adanya Motivasi
Attitude juga muncul karena adanya dorongan motivasi serta emosi atau perasaan pada seseorang. Sisi motivasi inilah yang menjadi pembeda antara attitude dengan kecakapan dan pengetahuan.
Ketiganya dimiliki seseorang melalui proses belajar, tapi sikap pasti memiliki motivasi berupa emosi.
Fungsi Attitude dalam Kehidupan Sehari-hari
Attitude adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia memiliki fungsi penting, yaitu sebagai berikut ini.
1. Fungsi Instrumental
Fungsi pertama ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Seseorang akan melihat sejauh mana objek sikap dapat ia gunakan sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan.
Bila objek sikap dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan, maka orang tersebut akan bersifat positif terhadap objek tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila objek sikap tersebut menghambat tercapainya tujuan, maka orang tersebut akan bersikap negatif.
2. Fungsi Pertahanan Ego
Fungsi pertahanan ego di sini adalah sikap yang diambil seseorang untuk mempertahankan egonya. Attitude ini diambil seseorang ketika mereka merasa keadaan diri atau egonya terancam.
3. Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap yang kita miliki merupakan jalan bagi kita untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam diri kita. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan kepuasan karena dapat mengekspresikan diri.
Ketika kita mengambil sikap tertentu, hal ini akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada diri kita.
4. Fungsi Pengetahuan
Setiap individu memiliki dorongan untuk mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini artinya saat seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, ini menunjukkan pengetahuan seseorang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.
Faktor-Faktor Pembentukan Attitude
Sikap atau attitude memainkan peran krusial dalam membentuk respons individu terhadap lingkungannya.
Dinamika pembentukan sikap sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, menciptakan keunikan dalam pola pikir dan perilaku setiap individu.
Beberapa faktor kunci yang memainkan peran signifikan dalam membentuk attitude antara lain:
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi, baik yang bersifat positif maupun negatif, membentuk landasan penting dalam membentuk sikap.
Sifat mendalam dari pengalaman ini menghasilkan jejak yang mendalam dalam pandangan hidup seseorang.
Contohnya, keberhasilan atau kegagalan dalam suatu usaha dapat menciptakan sikap optimisme atau pesimisme terhadap usaha serupa di masa depan.
2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Peran figur otoritatif seperti orang tua, teman dekat, atau tokoh masyarakat memiliki dampak kuat dalam membentuk sikap seseorang.
Keterlibatan emosional dan norma-norma sosial yang dipegang oleh individu di sekitarnya dapat menciptakan landasan nilai dan pandangan dunia yang memengaruhi sikap terhadap berbagai aspek kehidupan.
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan, sebagai kumpulan nilai, norma, dan keyakinan, memberikan landasan bagi pembentukan sikap.
Kehidupan dalam suatu kebudayaan memengaruhi bagaimana seseorang menilai dan merespons nilai-nilai dan tuntutan lingkungannya.
Hal ini menciptakan kerangka pandang yang memandu sikap individu dalam menghadapi berbagai situasi.
4. Media Massa
Media massa menjadi salah satu sumber informasi utama, memiliki peran sentral dalam membentuk sikap.
Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa dapat membentuk persepsi dan pandangan seseorang terhadap isu-isu sosial, politik, dan budaya.
Pengaruh ini dapat menciptakan opini dan sikap yang tahan lama terhadap berbagai masalah.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama memberikan landasan moral dalam pembentukan sikap.
Pendidikan menyediakan pemahaman tentang nilai-nilai etika dan moralitas, sementara ajaran agama memberikan kerangka spiritual yang memengaruhi sikap terhadap kehidupan, kewajiban moral, dan tanggung jawab sosial.
6. Faktor Emosional
Faktor emosional, terutama dalam menghadapi frustasi atau perubahan, dapat menciptakan sikap yang bersifat reaktif.
Meskipun sikap semacam ini mungkin bersifat sementara, mereka mencerminkan cara individu menyalurkan emosi dan melibatkan mekanisme pertahanan ego.
Pemahaman terhadap aspek emosional dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang sifat sikap yang muncul pada suatu waktu.
Perbedaan Macam-Macam Attitude
Terdapat dua macam apa yang disebut dengan attitude, yaitu attitude sosial dan attitude individual, masing-masing memiliki ciri dan peran yang berbeda.
Attitude sosial mencakup kesadaran individu yang memandu perbuatan konkret, yang secara berulang-ulang diarahkan pada objek-objek sosial.
Sementara itu, attitude individual adalah sikap yang khusus dimiliki oleh setiap individu, mencakup kesukaan atau ketidaksukaan pribadi terhadap objek, orang, atau hewan tertentu.
Perbedaan antara attitude sosial dan attitude individual dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Individualitas
Sikap individual merupakan milik individu secara eksklusif, seperti contohnya ketertarikan terhadap jenis binatang tertentu.
Sementara itu, attitude sosial cenderung terkait dengan objek-objek yang bukan merupakan perhatian sosial umum.
2. Objek dan Karakteristik
Attitude individual berkaitan dengan objek-objek yang mencerminkan preferensi personal dan bukan perhatian sosial. Sifat-sifat ini membentuk karakteristik individu.
Di sisi lain, sikap sosial menciptakan tingkah laku khas dan berulang-ulang terhadap objek sosial, menjadi pendorong bagi individu untuk bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat.
Selain itu, pembentukan atau perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal:
a. Faktor Internal
Faktor ini terletak dalam pribadi individu. Daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh dari luar ditentukan oleh faktor internal.
Hal ini mencakup aspek-aspek seperti nilai-nilai pribadi, keyakinan, dan motivasi yang membentuk bagaimana individu merespons stimulus dari lingkungannya.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar pribadi individu dan mencakup interaksi sosial di luar kelompok individu.
Interaksi dengan budaya, norma sosial, dan informasi yang disampaikan melalui media massa seperti surat kabar, televisi, radio, dan majalah merupakan contoh dari faktor eksternal yang dapat memengaruhi pembentukan atau perubahan sikap.
Dengan demikian, perubahan sikap dapat dipahami sebagai hasil interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal.
Komponen Pembentuk Attitude
Dalam proses pembentukan attitude, terdapat tiga komponen utama yang saling terkait, yaitu komponen kognitif, afektif, dan perilaku.
Kombinasi dari ketiga komponen ini membentuk suatu sikap yang kompleks dan memainkan peran penting dalam membentuk respons individu terhadap lingkungan sekitarnya.
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif mencakup aspek kognitif atau pengetahuan tentang suatu objek atau topik tertentu. Ini melibatkan keyakinan, pengetahuan, dan evaluasi rasional terhadap objek tersebut.
Sebagai contoh, jika seseorang memiliki keyakinan bahwa olahraga penting untuk kesehatan, ini merupakan komponen kognitif dari sikap terhadap olahraga.
Komponen ini memberikan dasar pengetahuan yang membentuk cara individu memahami dan menilai suatu objek atau topik.
2. Komponen Afektif
Komponen afektif berkaitan dengan aspek emosional. Ini mencakup perasaan, sikap, dan reaksi emosional terhadap objek atau topik tersebut.
Sebagai contoh, seseorang mungkin merasakan kebahagiaan atau kecemasan terkait dengan olahraga, menciptakan dimensi emosional dari sikap mereka terhadap aktivitas tersebut.
Komponen ini memberikan dimensi perasaan dan emosional yang memperkaya pengalaman individu terhadap suatu objek atau topik.
3. Komponen Perilaku
Komponen perilaku merupakan dimensi tindakan atau perilaku yang terkait dengan objek atau topik tersebut. Sikap tercermin dalam tindakan atau perilaku nyata individu terhadap objek tersebut.
Sebagai contoh, sikap positif terhadap olahraga dapat tercermin dalam partisipasi aktif dalam kegiatan olahraga.
Komponen ini menunjukkan bagaimana sikap seseorang memengaruhi cara individu berinteraksi atau bertindak terhadap objek atau topik yang menjadi fokus sikapnya.
Dengan memahami ketiga komponen ini, Anda dapat mengeksplorasi dan merinci dinamika kompleks dari sikap seseorang terhadap suatu hal.
Bad Attitude dan Good Attitude
Bad attitude mencakup sikap negatif atau tidak mendukung terhadap suatu objek, orang, atau situasi.
Individu dengan sikap buruk cenderung menunjukkan ketidaksetujuan, ketidakpuasan, atau keengganan terhadap hal tertentu.
Sikap buruk dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman buruk, ketidaksepakatan dengan nilai atau norma sosial, atau sikap defensif terhadap perubahan.
Sikap buruk dapat merugikan hubungan interpersonal dan pengaruh individu terhadap lingkungannya.
Good attitude, sebaliknya, mencerminkan sikap positif dan mendukung terhadap objek, orang, atau situasi.
Individu dengan sikap baik menunjukkan sifat-sifat seperti optimisme, keberanian, dan empati.
Sikap baik dapat menjadi katalisator untuk kerjasama yang sukses, hubungan yang sehat, dan pengembangan pribadi yang positif.
Sikap baik juga dapat memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar dan menginspirasi orang lain untuk mengadopsi pandangan yang positif pula.
Berikut beberapa contoh bad dan good attitude dalam dunia kerja, antara lain:
Contoh Attitude Buruk
Berikut ini beberapa contoh dari sikap buruk yang perlu Anda hindari:
1. Menyepelekan Waktu
Sikap buruk terhadap waktu mencakup perilaku seperti sering terlambat atau tidak menghargai tenggat waktu.
Individu dengan sikap ini cenderung merugikan efisiensi dan dapat menciptakan ketidaknyamanan bagi orang lain.
2. Memanfaatkan Fasilitas Kantor Tanpa Izin
Memanfaatkan fasilitas kantor tanpa izin, seperti mencetak dokumen pribadi atau menggunakan peralatan tanpa persetujuan, mencerminkan sikap yang tidak menghargai aset perusahaan.
3. Tidak Belajar Dari Kesalahan
Sikap buruk ini terlihat ketika seseorang tidak mau mengakui atau belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.
Tidak menerima tanggung jawab dapat menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk pertumbuhan.
4. Menunda-Nunda Pekerjaan
Menunda-nunda pekerjaan atau proyek secara terus-menerus menciptakan sikap buruk terhadap tanggung jawab. Hal ini dapat merugikan produktivitas tim dan hasil akhir pekerjaan.
Contoh Attitude Baik
Ada beberapa contoh dari sikap baik yang perlu Anda lakukan serta jaga, antara lain:
1. Menghargai Waktu
Sikap baik terhadap waktu mencakup kecenderungan untuk tiba tepat waktu, menghargai tenggat waktu, dan menghormati waktu orang lain. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan berdampak positif.
2. Profesional
Sikap profesional tercermin dalam perilaku yang mengutamakan etika kerja, integritas, dan komitmen terhadap standar kerja yang tinggi. Profesionalisme menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
3. Optimis
Sikap optimis melibatkan pandangan positif terhadap tantangan dan peluang. Individu dengan sikap ini cenderung mencari solusi, menginspirasi rekan kerja, dan berkontribusi positif pada lingkungan kerja.
4. Menjaga Komunikasi dan Hubungan Baik
Sikap baik terhadap komunikasi dan hubungan mencakup kemampuan untuk mendengarkan, memberikan umpan balik dengan sopan, dan membangun kolaborasi yang positif di tempat kerja.
5. Sopan dan Ramah
Sikap sopan dan ramah menciptakan atmosfer kerja yang menyenangkan. Bersikap sopan terhadap rekan kerja dan pelanggan menciptakan hubungan yang positif dan membangun reputasi yang baik.
Cara Menerapkan Attitude yang Baik
Menanamkan sikap yang baik merupakan langkah penting, terutama dalam dunia kerja, karena sikap yang baik dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan karier.
Adapun beberapa langkah praktis untuk menerapkan sikap yang baik, terutama dalam lingkungan kerja, antara lain:
1. Terbuka terhadap Kritik dan Saran
Sikap yang baik dapat dimulai dengan bersedia menerima kritik dan saran dari orang lain.
Hal ini menciptakan kesempatan untuk belajar dan berkembang, menunjukkan bahwa kita terbuka terhadap perbaikan.
2. Menjaga Keteraturan dan Kepatuhan Waktu
Menjaga keteraturan dan tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau memenuhi janji adalah langkah penting.
Sikap ini mencerminkan penghargaan terhadap waktu, baik waktu pribadi maupun waktu rekan kerja.
3. Saling Menghormati dan Menghargai
Sikap yang baik melibatkan saling menghormati dan menghargai satu sama lain di lingkungan kerja.
Memberikan penghargaan terhadap perbedaan dan memberikan dukungan positif menciptakan hubungan yang sehat.
4. Bertanggung Jawab dan Komitmen
Menerapkan sikap yang baik berarti bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan berkomitmen terhadap tugas yang diemban.
Sikap ini menciptakan kepercayaan dan memperkuat integritas pribadi.
5. Menjaga Kesopanan dan Santun
Sikap sopan dan santun dalam interaksi dengan rekan kerja dan orang lain di sekitar menciptakan lingkungan kerja yang positif. Sopan santun membantu membangun suasana kerja yang harmonis.
6. Hindari Gosip dan Pembicaraan Negatif
Menerapkan sikap baik juga berarti menjauhi pembicaraan negatif dan gosip. Fokus pada hal-hal positif membantu menciptakan energi positif di lingkungan kerja dan meningkatkan produktivitas.
Dengan mengintegrasikan langkah-langkah ini dalam perilaku sehari-hari, seseorang dapat secara konsisten menerapkan sikap yang baik, menciptakan dampak positif di tempat kerja, dan meraih kesuksesan dalam karier.
Keuntungan Mempunyai Attitude yang Baik
Menerapkan sikap yang baik membawa sejumlah keuntungan positif yang memengaruhi tidak hanya hubungan interpersonal, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan.
Dalam kehidupan sehari-hari, adopsi sikap yang baik tidak hanya menciptakan atmosfer positif di sekitar, tetapi juga membentuk fondasi keunggulan personal.
Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat dirasakan ketika sikap yang baik diterapkan:
- Peningkatan kualitas diri
- Peningkatan produktivitas
- Meningkatkan rasa percaya diri
- Komitmen yang tinggi
- Kesejahteraan emosional
- Terhindar dari konflik
Melalui penerapan sikap yang baik, seseorang dapat merasakan perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan.
Keuntungan-keuntungan ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan mempromosikan kesejahteraan secara keseluruhan.
Pentingnya Attitude dalam Karir
Mengapa attitude penting di dalam dunia kerja? Telah dikatakan pada paragraf sebelumnya bahwa attitude menjadi bagian yang penting dan menentukan dalam karir seseorang.
Artinya, attitude yang Anda miliki juga akan berpengaruh pada kehidupan orang-orang di sekitar Anda, lingkungan kerja, dan profesi pekerjaan Anda.
Attitude juga sangat erat kaitannya dengan hati nurani seseorang yang kemudian diwujudkan dalam sikap atau perilaku seseorang dalam lingkungan kerjanya. Berikut adalah beberapa peran penting attitude dalam karir Anda.
1. Attitude Mengalahkan Hard Skill
Berbicara mengenai hard skill, Anda pasti paham bahwa itu adalah ilmu yang dengan mudah Anda pelajari di bangku sekolah hingga bangku kuliah. Akan tetapi, ketika Anda berbicara tentang attitude, ini akan sangat sulit untuk Anda ubah.
Mengapa demikian?
Karena attitude, meskipun bukan bawaan dari lahir, namun sikap dan karakter seseorang sangat sulit untuk diubah, apalagi jika perubahan yang Anda inginkan itu adalah perubahan yang signifikan.
Itu sebabnya, seseorang dengan attitude yang baik di kantor, akan sangat disenangi oleh rekan kerjanya. Terlebih, ia akan dapat beradaptasi dengan mudah terhadap lingkungan kerjanya.
Inilah kemudian yang menjadi salah satu dasar penilaian rekruter ketika merekrut seorang karyawan untuk perusahaannya.
Mereka akan lebih suka mencari karyawan dengan attitude baik seperti berpikiran terbuka, rendah hati, dan berkepribadian baik agar karyawan tersebut selalu siap dalam menghadapi pekerjaannya dan bersedia ditempatkan di mana saja demi kepentingan perusahaan.
2. Attitude Memungkinkan Memiliki Karyawan yang Kompak dan Solid
Attitude secara tidak langsung juga merupakan bagian dari sikap untuk saling menghormati dan menghargai orang lain sehingga memungkinkan antara satu tim dengan tim lain memiliki sikap kompak dan solid yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan secara optimal.
Kekompakan tadi tidak lain adalah karena setiap perusahaan menuntut karyawannya memiliki attitude yang baik terutama dalam berkomunikasi dengan rekan kerja maupun dengan atasan mereka saat menyampaikan masukan atau keluhan terkait kesulitan yang dialaminya dalam pekerjaan antar divisi dalam perusahaan.
3. Attitude Mengatasi Berbagai Masalah
Dalam lingkungan kerja Anda, sikap respek antar sesama rekan kerja tentu saja sangat penting, bukan? Itu sebabnya, dengan attitude Anda yang baik akan mampu menciptakan suasana baru di lingkungan kerja Anda yang lebih nyaman dan tenang.
Bukan hanya hubungan Anda dengan rekan kerja sama, akan tetapi hubungan dengan atasan Anda pun akan terjalin dengan baik. Inilah yang menyebabkan sesulit apapun masalah yang dihadapi divisi Anda, akan dapat teratasi dengan mudah.
Namun, agar ketiga peran di atas dapat terwujud dengan maksimal, ada baiknya Anda ketahui 7 contoh attitud yang buruk di kantor sehingga Anda bisa menghindarinya.
Contoh Attitude yang Buruk di Dalam Kantor
Berikut adalah 7 contoh attitude yang buruk di dalam kantor yang berhasil kami rangkum dari berbagai sumber.
1. Menyepelekan Waktu Kerja
Memang, ada sebagian perusahaan yang tidak mempermasalahkan kedatangan Anda ke tempat kerja yang sering terlambat. Atau, saat Anda telat dan tidak bisa mengikuti meeting pagi.
Akan tetapi, Anda perlu ingat, justru attitude buruk ini jika dilakukan secara terus-menerus akan tertanam dalam memori rekan kerja bahkan atasan Anda.
Yang perlu diingat adalah, ketika keterlambatan Anda yang secara terus-menerus tadi mengganggu kinerja orang lain dan perusahaan, maka bukan tidak mungkin, Anda akan menerima Surat Peringatan yang bisa berujung pada PHK.
Baca Juga: Manajemen Waktu Anda Bermasalah Saat Bekerja? Lakukan 8 Hal ini!
2. Selalu Mengeluh
Tahukah Anda, ketika Anda mengeluh secara terus-menerus di tempat kerja, ada 2 efek negatif yang akan Anda hadapi? Ya, parahnya, efek negatif ini akan sangat merugikan Anda.
Pertama, Anda akan dicap sebagai karyawan tanpa passion karena sering mengeluh tanpa sebuah tindakan yang nyata. Kedua, saat Anda mengeluhkan pekerjaan Anda terhadap rekan kerja Anda, ini akan menciptakan sebuah ruang negatif bagi perusahaan Anda.
Langkah terbaik adalah dengan merenungkan secara mendalam, apakah Anda benar-benar sudah tidak tahan bekerja di perusahaan tersebut?
Jika jawabannya iya, maka segeralah cari pekerjaan baru di perusahaan lainnya, dan bila perlu, segera ajukan surat pengunduran diri Anda kepada bagian HRD perusahaan tersebut.
3. Membawa Masalah pribadi Masuk dalam Pekerjaan Anda
Biasanya, seorang wanita lebih sering melakukan attitude buruk yang satu ini daripada seorang laki-laki.
Bayangkan, ketika seorang wanita membawa masalah pribadi atau masalah keluarganya di lingkungan kantor, ia tidak akan bisa lagi membedakan antara pikiran dan emosinya ketika bekerja.
Inilah yang kemudian berpotensi mengeluarkan sebuah aura negatif terhadap rekan kerja yang lain. Efek terburuk adalah akhir pekerjaan Anda yang tidak maksimal bahkan cenderung terbengkalai.
4. Melakukan Kesalahan yang Sama Berkali-kali
Ketika Anda melakukan kesalahan lebih dari dua kali untuk pekerjaan yang sama di kantor, Anda bisa mendapatkan citra buruk seperti tidak fokus, tidak detail, dan ceroboh dalam pekerjaan Anda.
Parahnya, bisa jadi atasan Anda tidak lagi memberikan tanggung jawab dan kepercayaan kepada Anda. Tidak mau ini terjadi, bukan? Jalan satu-satunya, ubah attitude buruk Anda!
5. Memanfaatkan Aset Milik Perusahaan untuk Kepentingan Pribadi
Korupsi yang terjadi di kantor bukan hanya masalah uang. Meminjam fasilitas milik perusahaan tanpa izin juga sebenarnya sebuah pelanggaran yang hampir sama dengan korupsi.
Sebagai contoh, meminjam mobil, laptop, printer, atau alat tulis kantor tanpa izin. Beberapa contoh tadi bisa jadi masalah besar jika atasan Anda tahu atau ada rekan kerja Anda yang melaporkannya.
Maka, ada baiknya jika memang Anda dalam keadaan darurat harus memakai fasilitas kantor, mintalah izin kepada atasan Anda. Dan masalah yang Anda hadapi saat itu pun akan segera selesai.
6. Menunda Pekerjaan
Ketika Anda menunda sebuah pekerjaan satu kali, mungkin tidak masalah. Akan tetapi, ketika Anda menunda pekerjaan berkali-kali, inilah yang akan membuat Anda lembur untuk menyelesaikannya.
Sementara, Anda pun akan kehilangan waktu deadline sehingga pekerjaan tidak bisa selesai tepat waktu.
Parahnya, hasil pekerjaan Anda tidak lagi maksimal seperti sebelumnya. Jika Anda teruskan attitude buruk yang satu ini, tentu saja, lama-kelamaan atasan Anda akan segera tahu, dan tidak akan memberikan tanggung jawab yang penting bagi Anda lagi.
7. Mengatakan “Tidak!”
Jangan pernah katakan “Tidak!” ketika Anda diberikan tanggung jawab terhadap sebuah tugas atau pekerjaan, terutama jika tidak dibarengi dengan alasan yang tepat.
Cobalah lebih bijak untuk menerima tantangan yang diberikan oleh atasan Anda, dan jangan langsung menolaknya.
Hal inilah yang akan menimbulkan citra buruk bahwa Anda bukan lagi orang yang multitasking, dan tidak lagi punya dedikasi terhadap pekerjaan Anda.
Nah itulah pembahasan mengenai attitude mulai dari pengertian, pentingnya untuk karir hingga contoh-contoh attitude yang buruk. Semoga pembahasan tersebut dapat memberikan wawasan untuk anda kedepannya.