Apa Itu Wage Drift atau Pergeseran Upah? Ini Penjelasannya

.

Newslater

Newsletter

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

Wage Drift atau pergeseran upah
Isi Artikel

Wage drift, fenomena pergeseran upah di luar kesepakatan formal, menciptakan dinamika baru dalam hubungan pekerja dan pengusaha. 

Meskipun memberikan fleksibilitas gaji dan penyesuaian cepat terhadap perubahan ekonomi, wage drift juga menimbulkan ketidakpastian bagi pekerja dengan keterampilan yang kurang diminati. 

Dalam artikel ini, kita akan menggali esensi dari wage drift, melihat kelebihan dan kekurangan, serta melihat dampaknya pada stabilitas pasar kerja dan strategi respons yang efektif.

 

Apa Itu Wage Drift?

Wage drift merujuk pada perbedaan antara upah dasar seorang karyawan dengan yang sebenarnya diterimanya pada akhir periode penggajian.

Istilah ini juga dapat mengacu pada perbedaan antara upah dasar seorang karyawan dengan total kompensasinya. 

Total kompensasi atau upah yang sebenarnya biasanya lebih tinggi daripada yang telah dinegosiasikan karena adanya bonus dan upah lembur. 

Dengan kata lain, wage drift adalah selisih antara upah yang dijanjikan dan upah yang benar-benar diterima oleh karyawan setelah mempertimbangkan elemen-elemen tambahan dalam kompensasi mereka.

 

Jenis Wage Drift

Terdapat dua kategori utama dalam wage drift ini. Kedua jenis ini menggambarkan keadaan yang berbeda dari penyimpangan upah yang diterima karyawan. Berikut ini penjelasannya.

 

Wage Drift Positif

Jenis ini menggambarkan situasi di mana upah aktual yang diterima oleh pekerja ternyata lebih tinggi daripada nilai yang telah dipersetujui. 

Keadaan ini sering terjadi dan umumnya diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti lembur, pemberian bonus tambahan oleh perusahaan, kinerja karyawan yang di atas ekspektasi, peningkatan beban kerja, dan kekurangan tenaga kerja karena faktor tertentu.

 

Wage Drift Negatif

Kebalikan dari jenis positif, jenis ini mengindikasikan bahwa upah aktual yang dibayarkan oleh perusahaan lebih kecil dari nilai yang telah disetujui. 

Fenomena ini jarang terjadi, sebagian besar dianggap sebagai pelanggaran terhadap peraturan pemerintah. 

Namun, penyimpangan upah negatif yang tidak melanggar peraturan dapat terjadi akibat beberapa faktor, termasuk pengurangan jam kerja karena penurunan kinerja perusahaan, adanya pembatasan jam kerja yang diberlakukan oleh pemerintah (seperti pada masa lockdown pandemi COVID-19).

Lalu, hasil kerja karyawan yang ternyata berada di bawah standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

 

Kelebihan Wage Drift

Dari perspektif karyawan, keberadaan wage drift dapat menjadi keuntungan signifikan karena mampu meningkatkan pendapatan mereka melebihi harapan awal yang hanya mengandalkan gaji UMR.

Wage drift positif memungkinkan karyawan menerima upah yang lebih tinggi, seperti bonus, insentif, atau kompensasi tambahan lainnya.

Hal ini tentu saja dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja, sekaligus memberikan dorongan positif terhadap produktivitas karyawan.

Sementara itu, dari sudut pandang perusahaan, wage drift juga memberikan sejumlah keuntungan, seperti: 

  • Memenuhi target atau permintaan konsumen dapat lebih mudah tercapai karena karyawan yang termotivasi akan cenderung bekerja lebih efisien. 
  • Perusahaan tidak perlu merekrut karyawan baru untuk menambah jam kerja, menghemat waktu dan biaya yang diperlukan dalam proses perekrutan. 
  • Dengan membayar upah tambahan kepada karyawan yang sudah ada, perusahaan dapat menjaga kestabilan tim kerja dan menghindari potensi gangguan yang mungkin terjadi akibat pergantian personel.

Memberikan insentif dan bonus melalui wage drift, perusahaan juga dapat merangsang semangat kerja dan dedikasi karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang positif, dan meningkatkan loyalitas tenaga kerja.

 

Baca Juga: Apakah Itu Back Pay?

 

Kekurangan Wage Drift

Selain memiliki dampak positif, Anda juga tidak boleh mengabaikan dampak kekurangan dari wage drift. Dampak negatifnya terlihat pada tingkat kelelahan yang mungkin dialami oleh karyawan. 

Keberadaannya dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras, sering kali melampaui batas jam kerja normal, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan dan risiko gangguan kesehatan. 

Selain itu, karyawan juga dapat menghadapi kendala waktu untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaan atau bahkan istirahat, karena terjebak dalam keharusan lembur.

Dari perspektif perusahaan, salah satu kelemahan utama adalah kesulitan dalam menentukan upah yang tepat bagi karyawan. 

Selain itu, situasi ini juga dapat menyebabkan kenaikan inflasi jika peningkatan pendapatan tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas para pekerja. 

Sejarah mencatat bahwa wage drift pernah menjadi pemicu inflasi tinggi di Inggris pada tahun 1960-an, yang pada akhirnya berdampak signifikan pada kerugian ekonomi negara tersebut. 

Oleh karena itu, implementasi sistem wage drift di sebuah perusahaan harus didasarkan pada perhitungan yang matang dan rinci, serta memperhatikan keseimbangan antara peningkatan pendapatan dan produktivitas secara hati-hati.

 

Apakah Wage Drift Bisa Dihilangkan?

Tentu saja wage drift bisa dihilangkan, caranya adalah melalui penguatan struktur kebijakan upah minimum dan upaya untuk menghindari praktik-praktik yang melanggar aturan.

Keberhasilan untuk menghilangkan ini sangat tergantung pada transparansi di tingkat operasional, di mana kerja sama dengan aliansi atau organisasi pekerja menjadi kunci.

Tanpa dukungan menyeluruh dari berbagai pihak, penanggulangan wage drift akan sulit dicapai, terutama ketika kerangka hukum yang mengaturnya sudah sangat jelas, khususnya di Indonesia.

Sebagai ilustrasi, UU Cipta Kerja yang baru disahkan pemerintah memiliki dampak besar pada dinamika upah. 

Meskipun memberikan fleksibilitas kepada investor, baik asing maupun lokal, kebijakan ini juga memberikan tekanan yang signifikan, terutama bagi karyawan. 

Dalam konteks pelanggaran upah, perusahaan yang melanggar kewajiban membayar upah lembur sesuai aturan yang ditetapkan dalam UU Cipta Kerja dapat dikenai sanksi pidana.

Hal tersebut termasuk kurungan minimal 1 bulan hingga maksimal 12 bulan, atau denda minimal Rp10 juta hingga maksimal Rp100 juta. 

 

Penyebab Terjadinya Pergeseran Upah

 

Lembur Menyebabkan Wage Drift (Pergeseran Upah)
Pergeseran upah atau wage Drift

 

Pergeseran upah bisa terjadi karena beberapa penyebab. Setidaknya terdapat tiga aktor yang menjadi penyebabnya, antara lain: 

 

1. Lembur

Penyebab pertama adalah lembur, pekerja yang bekerja melebihi jam kerja mereka akan dihitung sebagai lembur.

Mereka akan mendapatkan upah lembur yang biasa dibayar 1,5 kali lipat dari upah reguler mereka.

 

2. Bonus Perusahaan

Perusahaan dapat memberikan bonus kepada tim atau individu yang mencapai tujuan. Dalam konteks wage drift, ini bisa terjadi saat perusahaan memenuhi permintaan pelanggan dengan tenaga kerja yang terbatas.

 

3. Tanggung Jawab Tambahan

Jika seorang karyawan sedang sakit atau meninggalkan perusahaan, karyawan lain mungkin harus menanggung sebagian tanggung jawab mereka sampai peran tersebut terisi kembali.

Selama karyawan ini mengatasi tanggung jawab tambahan, perusahaan mungkin memberikan kompensasi tambahan sebagai bentuk penghargaan.

 

Contoh Studi Kasus Pergeseran Upah

Bayangkan Anda memiliki perusahaan pengiriman paket. Salah satu karyawan, bernama Budi, bertanggung jawab dalam mengemas paket dan bekerja selama 40 jam per minggu. 

Budi bekerja selama lima hari dengan upah Rp15.000 per jam. Dengan kata lain, tanpa adanya pergantian upah, Budi menerima upah sebesar Rp600.000 setiap minggunya.

Namun, suatu hari Anda menerima pesanan besar yang harus diselesaikan pada hari libur Budi. 

Kondisi memburuk karena beberapa karyawan lain yang seharusnya bekerja pada hari itu sedang sakit, sehingga Budi harus menggantikan pekerjaan mereka.

Budi bekerja selama delapan jam penuh untuk menyelesaikan pesanan ini, yang berarti dia memenuhi syarat untuk delapan jam lembur:

Rp15.000 (upah Budi) x 1,5 (perhitungan lembur) = Rp22.500 (tarif lembur Budi)

Rp22.500 x 8 (jumlah jam lembur) = Rp180.000 (kompensasi lembur Budi)

Rp180.000 + Rp600.000 (upah normal Budi) = Rp780.000

Dalam contoh ini, pergantian upah karyawan Anda adalah Rp180.000.

 

Dampak Negatif Wage Drift

Pergeseran upah merupakan hasil dari faktor-faktor tak terduga yang dapat menghambat perusahaan dalam melakukan perkiraan yang akurat terkait upah selama periode pembayaran. 

Fenomena ini dapat muncul akibat berbagai variabel yang sulit diprediksi, seperti lembur, bonus, atau tanggung jawab tambahan yang mungkin timbul secara tiba-tiba. 

Dampaknya tidak hanya terbatas pada tingkat kesulitan dalam perencanaan anggaran, tetapi juga dapat mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan karena ketidakpastian dalam pengeluaran untuk upah karyawan. 

Oleh karena itu, manajemen yang efektif dalam mengelola dan merespons pergantian upah menjadi penting untuk menjaga keseimbangan keuangan dan kelangsungan operasional perusahaan.

 

Siapa yang Dapat Memperoleh Wage Drift?

Anda kemungkinan akan terpengaruh oleh pergantian upah jika perusahaan Anda melakukan beberapa hal berikut:

  • Mempekerjakan karyawan yang dibayar per jam.
  • Menyediakan kompensasi lembur.
  • Memberikan bonus perusahaan secara menyeluruh.
  • Beroperasi dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit.
  • Menjadwalkan karyawan untuk mencapai jumlah jam kerja reguler maksimal setiap minggu.

 

Kelola Penggajian Lebih Akurat dengan Aplikasi Payroll LinovHR

Memberikan gaji yang tepat dan sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan kepada karyawan adalah suatu keharusan. Baik itu gaji pokok, sampai dengan bonus, insentif, kompensasi, serta upah lembur semua perlu dipastikan dapat dihitung dengan akurat dan diberikan sesuai dengan periode penggajian.

Namun, sering kali tim finance atau payroll mengalami salah hitung atau ada komponen yang tidak terhitung di dalam proses penggajian. Untuk menghindari kesalahan hitung gaji, andalkan Aplikasi Payroll LinovHR.

 

Banner Payroll 2

 

Aplikasi Payroll LinovHR didukung fitur unggul yang dapat membantu perhitungan gaji karyawan lebih akurat dan cepat. Di mana Aplikasi Payroll LinovHR dapat melakukan penghitungan gaji untuk 2000 karyawan hanya dalam hitungan menit.

Di dalam aplikasi ini Anda juga menyusun komponen penggajian, membuat slip gaji otomatis, sampai dengan melakukan simulasi penghitungan pajak.

Dengan mengadopsi teknologi payroll yang handal, Anda dapat mengurangi risiko kesalahan dan mempercepat proses pengelolaan gaji karyawan. 

Optimalisasi pengelolaan sumber daya manusia Anda dengan LinovHR untuk menghemat waktu dan meningkatkan akurasi penggajian. 

Segera tingkatkan efisiensi operasional perusahaan Anda dengan menggunakan Payroll LinovHR sekarang!

Tentang Penulis

Picture of Sella Melati
Sella Melati

Cuma senang menulis, yang suka nonton sama traveling
Follow them on Linkedin

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Newslater

Newsletter

Tentang Penulis

Picture of Sella Melati
Sella Melati

Cuma senang menulis, yang suka nonton sama traveling
Follow them on Linkedin

Artikel Terbaru

Telusuri informasi dan solusi HR di sini!

Subscribe newsletter LinovHR sekarang, ikuti perkembangan tren HR dan dunia kerja terkini agar jadi yang terdepan di industri

Newsletter