Mengenal ADDIE Model untuk Pelatihan Karyawan, Seperti Apa?

.

Newslater

Newsletter

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

cover addie model
Isi Artikel

 

Dalam pengembangan pembelajaran, ADDIE model telah menjadi salah satu kerangka kerja yang paling terkenal dan diterima secara luas. 

Pasalnya, model ini telah terbukti efektif dalam merancang program pembelajaran yang berkualitas dan memenuhi tujuan pembelajaran dengan baik.

Lantas, mengapa demikian? Simak artikel LinovHR ini untuk mengenal apa itu ADDIE model dan implementasinya dalam pelatihan karyawan!

 

Apa Itu ADDIE Model?

ADDIE model adalah kerangka kerja pengembangan pembelajaran yang terdiri dari lima tahap proses, yaitu Analyze, Design, Develop, Implement, dan Evaluate.

Model pelatihan ADDIE menyediakan kerangka kerja yang ramping dan terstruktur yang membantu Anda menciptakan produk pembelajaran yang efektif, baik yang disampaikan melalui program pelatihan online atau offline, sesi pelatihan, presentasi, atau buklet informasi.

Dengan menggunakan model ini, Anda dapat merancang program pelatihan dan pembelajaran dalam organisasi atau perusahaan, memastikan bahwa kebutuhan pembelajaran teridentifikasi secara terstruktur, dan tujuan pembelajaran terpenuhi.

Model ini juga mendukung proses pembelajaran yang terintegrasi.

 

Setiap tahapan dalam ADDIE harus dilakukan secara berurutan dan dipertimbangkan dengan cermat sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, dengan refleksi dan feedback yang diterapkan untuk perbaikan berkelanjutan.

Model ini tentunya memberikan pendekatan pembelajaran terpadu yang efisien dan membantu dalam pengukuran efektivitas pembelajaran.

Hal ini karena perilaku kerja, pengetahuan, dan keterampilan didefinisikan secara jelas dalam kerangka tersebut.

 

5 Fase dalam ADDIE Model

ADDIE Model terdiri dari lima fase yang saling terkait. Inilah penjelasan tentang masing-masing fase dalam ADDIE Model:

 

Infographic - ADDIE Model
ADDIE Model

 

1. Analyze

Pada fase analisis ini Anda memahami situasi dan kebutuhan pembelajaran yang ada.

Hal ini mencakup mengidentifikasi audiens, masalah yang perlu dipecahkan, tujuan pembelajaran, dan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh audiens.

Tahap ini juga bisa dikatakan sebagai proses training need analysis yang membantu mengidentifikasi kesenjangan antara keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang sebenarnya dan yang diinginkan.

Anda juga akan menentukan alat terbaik untuk menyampaikan informasi dan menentukan waktu pengiriman.

Dalam fase ini, pertanyaan seperti “Siapa audiensnya?” dan “Mengapa pelatihan diperlukan?” menjadi sangat penting.

Hasil dari fase analisis adalah rencana kursus e-learning dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan pelatihan.

 

2. Design

Fase ini Anda menggunakan informasi dari fase analisis untuk merancang kursus secara detail. 

Hal ini mencakup menentukan tujuan pembelajaran yang spesifik, struktur konten, proses mental yang dibutuhkan peserta, pengetahuan atau keterampilan yang harus dimiliki peserta, alat bantu terbaik yang akan digunakan, video atau grafik yang akan dibuat.

Fase ini juga mencakup mendesain lamanya waktu untuk setiap pelajaran.

Di dalam model ADDIE, Anda juga disarankan untuk membuat storyboard atau blueprint, dari seluruh kursus pembelajaran. Storyboard dimaksudkan untuk membantu stakeholder memvisualisasikan ide-ide besar. 

Hasil dari fase desain adalah garis besar kursus, desain keseluruhan, dan storyboard.

 

3. Develop

Fase develop adalah saat Anda akan menggunakan storyboard dan/atau prototipe sebagai panduan untuk membuat kursus.

Pada fase desain sebelumnya, Anda sudah memutuskan ide konten pelatihan. Nah, di dalam fase develop Anda mewujudkan ide-ide konten tersebut. Anda perlu menata konten secara visual, membuat grafik, merekam video, sampai membangun kursus.

Salah satu bagian utama dari fase ini adalah pengujian. Pastikan Anda memiliki proses pengujian dan peninjauan untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi.

Setelah pengujian terhadap materi pelatihan dilakukan, langkah berikutnya adalah mengembangkan strategi komunikasi untuk mendorong audiens mau melakukan pelatihan.

Hasil dari fase Pengembangan adalah kursus eLearning yang siap digunakan.

 

4. Implement

Setelah kursus e-learning dibangun dan diuji, fase implementasi melibatkan distribusi dan pelaksanaan kursus. Penyampaian pelatihan merupakan elemen kunci dalam tahap ini.

Apakah ada panduan atau manual tambahan yang dibutuhkan peserta? Bagaimana dengan pertanyaan umum yang mungkin muncul di sepanjang prosesnya? Bagaimana protokol jika pengguna mengalami kesulitan teknis selama pelatihan?

Apakah ada kebutuhan akan program-program sampingan yang memberikan dukungan tambahan kepada para peserta selain program utama? Hal ini dapat berupa pelatihan mingguan secara tatap muka atau kelompok atau webinar untuk memperdalam pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan oleh peserta.

Apakah perlu melakukan perubahan fisik di lingkungan kerja untuk aktivitas pelatihan tertentu? Misalnya, poster, alat peraga, atau simbol tambahan yang memperkuat pesan-pesan kunci yang telah dipelajari. 

Setelah itu, Anda bisa membagikan kursus atau pelatihan kepada para peserta.

Dalam banyak kasus, kursus diunggah ke LMS, dengan opsi pengiriman yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk siapa yang terdaftar, tingkat kelulusan, dan pengumpulan umpan balik, serta pengiriman, pelacakan, dan pelaporan.

Namun hal ini akan tergantung pada apa yang Anda putuskan dalam fase desain.

 

5. Evaluate

Fase evaluasi adalah tahap akhir yang penting dalam ADDIE Model. Setelah kursus diimplementasikan, Anda mengumpulkan informasi tentang seberapa efektif kursus tersebut.

Pada tahap evaluasi, Anda dapat mengevaluasi program pembelajaran secara formal dengan menggunakan post-assessment, observasi, atau data produktivitas.

Semua sumber ini akan menyoroti apa yang telah dipelajari oleh peserta, bagaimana mereka menerapkannya, dan hasil yang dicapai. 

Hasil evaluasi membantu Anda menentukan apakah kursus perlu direvisi atau ditingkatkan.

Salah satu fitur unik dari ADDIE Model adalah kemampuan untuk menggunakan hasil evaluasi untuk memulai siklus baru dengan kembali ke fase analisis, menghasilkan iterasi yang lebih baik dari produk akhir Anda.

 

Baca Juga: Apa Itu Grow Coaching Model dalam Pelatihan Karyawan

 

Keuntungan dan Kerugian ADDIE Model 

Keuntungan dan Kerugian ADDIE Model 
Keuntungan dan Kerugian ADDIE Model

 

Walaupun sering diakui sebagai model pengembangan pembelajaran yang terkemuka, ADDIE model memiliki sejumlah keuntungan dan kerugian.

 

Keuntungan

Terdapat beberapa keuntungan yang bisa dirasakan perusahaan dengan menggunakan model ADDIE, antara lain:

 

1. Kemampuan Beradaptasi

Model ADDIE sangat mudah beradaptasi dan dapat digunakan di berbagai industri, disiplin ilmu, dan lingkungan belajar. Model ini dapat disesuaikan untuk berbagai skala proyek serta pembelajaran individu atau kelompok.

 

2. Konsistensi

Model pelatihan ini menyediakan pendekatan terstruktur untuk desain instruksional, yang dapat meningkatkan efisiensi dan konsistensi dalam kualitas pengembangan kursus.

 

3. Peluang Iterasi

ADDIE adalah model iteratif, yang artinya memungkinkan adanya umpan balik dan perubahan pada setiap tahap pengembangan untuk memastikan produk akhir memenuhi tujuan pembelajaran yang diinginkan.

 

4. Komponen Evaluasi

Terdapat komponen evaluasi pada model ADDIE yang memungkinkan perusahaan untuk mengukur efektivitas konten instruksional.

Hal ini berguna untuk mengidentifikasi area-area utama yang perlu ditingkatkan untuk iterasi selanjutnya. 

 

Kerugian

Selain beberapa keuntungan, ada juga beberapa kekurangan dari ADDIE model yang perlu menjadi perhatian Anda, yaitu:

 

1. Proses Linier

Metode ADDIE mengikuti proses linier yang mungkin tidak cukup fleksibel atau kreatif untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang kompleks.

 

2. Membutuhkan Proses yang Intensif

Menggunakan model ADDIE dapat menjadi proses yang panjang yang juga membutuhkan sumber daya yang signifikan.

Mungkin sulit bagi organisasi yang lebih kecil dengan sumber daya yang lebih sedikit untuk menerapkannya.

 

3. Kurangnya Penekanan pada Pengalaman Pengguna

Meskipun organisasi semakin berfokus pada pengalaman digital karyawan, termasuk dalam pelatihan, model ADDIE tidak memiliki fokus yang kuat pada pengalaman pengguna.

Hal ini dapat menyebabkan instruksi yang tidak menarik dan hasil pembelajaran yang buruk bagi karyawan.

 

Contoh ADDIE Model

Salah satu contoh dari ADDIE model bisa kita terapkan dalam pelatihan sales representative.

Pelatihan untuk tim penjualan ini berpusat pada meningkatkan keterampilan penjualan yang meliputi kemampuan membangun hubungan yang kuat, mencari prospek pelanggan, melakukan presentasi yang efektif, serta negosiasi.

Berikut adalah pemaparan dari contoh tersebut:

 

Fase Analisis

Pada fase ini, identifikasi kebutuhan pelatihan khusus untuk perwakilan penjualan, seperti rendahnya angka penjualan atau masalah lain yang muncul.

Selain itu, tujuan pembelajaran pelatihan harus ditentukan dengan jelas, seperti meningkatkan keterampilan komunikasi, negosiasi, kecerdasan emosional, atau pengetahuan produk. 

Identifikasi target audiens pelatihan sebagai staf penjualan adalah langkah kunci, dan evaluasi sumber daya penjualan yang ada membantu mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan atau keterampilan yang perlu diperbaiki.

 

Fase Design

Fase desain melibatkan pengembangan rencana pelatihan yang merinci metode dan materi pengajaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 

Hal ini mencakup pembuatan konten pelatihan seperti manual pelatihan, presentasi, dan materi pengajaran lainnya yang mendukung tujuan pembelajaran. 

Selain itu, fase ini juga mencakup pemilihan metode penilaian dan pengembangan alat evaluasi yang diperlukan.

Metode ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan program pelatihan, serta menetapkan jadwal dan logistik pelatihan, termasuk jumlah sesi dan durasinya.

 

Fase Develop

Pada fase ini, materi visual, video, atau multimedia dibuat sesuai dengan konten pelatihan. 

Latihan bermain peran dan elemen interaktif lainnya juga dikembangkan untuk digunakan dalam program pelatihan. 

Proses pengembangan mencakup review dan penyempurnaan konten instruksional berdasarkan umpan balik dari pemangku kepentingan. 

Uji coba konten pelatihan dilakukan, dan revisi diperlukan jika ada kekurangan atau perbaikan yang diperlukan.

 

Implement

Fase implementasi melibatkan memberikan sesi pelatihan kepada perwakilan penjualan sesuai dengan rencana yang telah dikembangkan sebelumnya.

Selama pelatihan, dukungan dan umpan balik yang diperlukan diberikan kepada peserta.

Monitoring kemajuan peserta dan penanganan masalah yang muncul selama pelatihan juga merupakan bagian dalam fase ini.

 

Fase Evaluate

Dalam fase evaluasi, umpan balik dikumpulkan dari perwakilan penjualan tentang efektivitas pelatihan. 

Hasil penilaian digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan atau keterampilan yang mungkin perlu diperbaiki. 

Selain itu, perbandingan antara jumlah penjualan perwakilan sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan secara keseluruhan. 

Hasil evaluasi digunakan untuk membuat modifikasi pada pelatihan jika diperlukan agar program pelatihan tetap relevan dan bermanfaat.

 

Baca Juga: Mengenal GRPI Model untuk Membangun Tim yang Efektif

 

Jalankan Pelatihan Karyawan yang Efektif dengan Software LMS LinovHR

 

Banner Keunggulan LMS LinovHR
Keunggulan LMS LinovHR

 

Model ADDIE adalah salah satu metode yang mendukung perusahaan untuk menciptakan pelatihan yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan.

Dengan penggunaan model ini, perusahaan bisa mengidentifikasi dan menjalankan pelatihan sesuai dengan kebutuhan karyawan.

Penerapan metode ini, akan semakin sempurna ketika perusahaan didukung dengan software learning management system yang mampu mengakomodir semua fase dalam ADDIE.

Inilah yang akan Anda dapatkan dalam Learning Management System LinovHR.

 

Didukung dengan berbagai fitur dan fungsi yang unggul dan terintegrasi, Anda dapat merencanakan, menyusun, dan menjalankan program pelatihan karyawan dengan komprehensif.

Pada tahap analisis kebutuhan pelatihan, LMS LinovHR terintegrasi dengan modul Competency Management, dengan modul ini Anda dapat melakukan skill gap analysis, untuk mengetahui mana kompetensi karyawan yang perlu ditingkatkan.

Lalu, Anda bisa melakukan desain pelatihan dengan membuat kategori, silabus materi, menyusun evaluasi pelatihan dengan memanfaatkan fitur Topic, Course, serta Test Template.

Tersedia juga fitur Learning Plan yang membantu Anda mengatur dan merencanakan lebih jauh program pelatihan dengan mengatur periode pelaksanaan, mengatur tes, sampai pemberian sertifikat.

Dalam tahap implementasi, karyawan dapat mengakses materi pelatihan melalui smartphone mereka menggunakan aplikasi ESS. Setelah menyelesaikan pelatihan mereka pun akan secara otomatis mendapatkan e-sertifikat. 

Untuk menjalankan pelatihan karyawan yang efektif, LMS (Learning Management System) LinovHR adalah solusi yang tepat. 

 

Dengan menggunakan LMS LinovHR, perusahaan dapat dengan mudah mengatur, melacak, dan mengelola pelatihan karyawan dengan efektif. 

Bantuan LMS LinovHR, mendukung perusahaan menyediakan program pelatihan dan pengembangan karyawan yang lebih efektif dan efisien untuk setiap karyawan.

Segera ajukan demonya sekarang secara gratis dan jadikan pelatihan karyawan Anda semakin efektif dengan LMS LinovHR!

 

Tentang Penulis

Picture of Sella Melati
Sella Melati

Cuma senang menulis, yang suka nonton sama traveling
Follow them on Linkedin

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Newslater

Newsletter

Tentang Penulis

Picture of Sella Melati
Sella Melati

Cuma senang menulis, yang suka nonton sama traveling
Follow them on Linkedin

Artikel Terbaru

Telusuri informasi dan solusi HR di sini!

Subscribe newsletter LinovHR sekarang, ikuti perkembangan tren HR dan dunia kerja terkini agar jadi yang terdepan di industri

Newsletter