Alasan Mengapa Banyak Leader Gagal di Tahun Pertamanya?

.

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

Alasan Mengapa Banyak Leader Gagal di Tahun Pertamanya?
Isi Artikel

Leader atau pemimpin adalah peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Beban berat ini dipercayakan kepada seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi. Namun, baik pemimpin perusahaan maupun pemimpin suatu divisi, umumnya melakukan kesalahan dan gagal dalam tahun pertama mereka.

Meski begitu, kegagalan tersebut dapat dijadikan evaluasi dan meningkatkan kinerja mereka di tahun-tahun berikutnya. Lantas, apakah alasan dibalik kegagalan tersebut? Artikel ini akan membahas kesalahan umum seorang leader dan cara mengatasinya. Simak selengkapnya!

Peran Penting Seorang Leader

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab dan pengaruh untuk mengarahkan, membimbing, dan menginspirasi orang lain dalam mencapai tujuan bersama, baik dalam konteks organisasi, tim, komunitas, maupun kelompok sosial lainnya.

Dalam konteks dunia kerja, pemimpin yang dimaksud umumnya adalah pemimpin perusahaan seperti seorang CEO atau direktur operasional, dan pemimpin divisi tertentu.  

Seorang pemimpin bertanggung jawab memantau kinerja para karyawan dan memastikan tugas mereka dapat diselesaikan dengan baik. Mereka jugalah yang memberi arahan mengenai apa yang harus dilakukan dan dikerjakan. Kehadiran seorang leader juga diharapkan dapat menyatukan suatu tim agar tercipta harmoni dan kerja sama yang baik di antara pekerjanya.

Alasan Seorang Leader Sering Gagal di Tahun Pertamanya

1. Kesulitan Beradaptasi dengan Perubahan Peran

Meskipun kebanyakan seseorang yang dipromosikan menjadi pemimpin adalah orang yang ditunjuk karena memiliki kualifikasi dan jiwa leadership, namu umumnya mereka akan merasa kesulitan di awal karena perubahan posisi. Mereka mungkin akan menemui beberapa kesulitan seperti segan memberi perintah dan tidak bisa merangkul bawahannya.

2. Kesulitan Membangun Chemistry

Umumnya seseorang yang baru menjadi pemimpin akan merasa kesulitan untuk menyatukan dan membangun bonding dengan tim karena tidak terbiasa. Namun seiring berjalannya waktu, ikatan tersebut akan terbentuk dengan setelah sang leader beradaptasi dengan perannya yang baru.

3. Kemampuan Komunikasi Buruk

Komunikasi yang buruk adalah akar dari banyak kegagalan kepemimpinan. Pemimpin baru mungkin terlalu banyak memberi perintah tanpa menjelaskan alasan di baliknya, atau justru terlalu pasif hingga tim merasa kebingungan dan kehilangan arah. 

4. Takut Membuat Keputusan

Terkadang, seseorang yang baru menjadi pemimpin mungkin akan merasa ragu atau takut untuk membuat keputusan karena terlalu banyak mempertimbangkan keputusan tersebut. Banyak dari mereka yang merasa takut keputusan yang mereka buat justu tidak membawa hasil yang sesuai dengan apa yang diekpektasikan.

5. Minim Kecerdasan Emosi (EQ)

Penguasaan dan pengendalian emosi yang kurang matang mungkin akan menyebabkan perasaan tidak nyaman, segan, dan sulit menyatukan tim. Bagi seorang pemimpin, kemampuan memahami dan meyakinkan bawahan adalah sifat yang wajib dimiliki.

6. Terlalu Memaksakan Diri

Tanggung jawab besar yang diberikan kepada seorang pemimpin memicu berbagai tuntutan bagi mereka. Mereka cenderung ingin menjadi sempurna dan ingin terus membawa perubahan positif bagi tim sehingga mereka berusaha terlalu keras. Dengan memaksakan diri, mereka justru mulai melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak mereka sadari. Padahal, melakukan kesalahan merupakan hal yang wajar.

Baca juga: Pengertian Leadership: Sikap, Manfaat dan Cara Membangunnya

Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Seorang Pemimpin

  1. Tidak Membangun Kredibilitas dan Kepercayaan: Beberapa orang berpikir bahwa menjadi pemimpin hanya sekadar memberi arahan memandu tim untuk melaksanakan tugasnya. Padahal yang paling utama adalah membangun rasa kepercayaan di antara anggota tim sehingga mereka akan mudah bersatu dan menghormati serta mengikuti arahan secara optimal.
  2. Selalu Ingin Terlibat dalam Segala Hal: Pada masa awal menjadi pemimpin, banyak dari mereka yang memiliki sifat micromanaging, yakni sifat yang terlalu mengontrol pekerjaan tim, sehingga menurunkan kemandirian dan kepercayaan diri anggota dan menciptakan lingkungan kerja yang kaku.
  3. Tidak Konsisten dalam Memberi Keputusan: Seorang kandidat terkadang memberi keputusan yang berbeda-beda di kesempatan tertentu. Hal ini menimbulkan kesan labil dan membingungkan bagi bawahan.
  4. Kurang Mendengarkan: Jadwal yang padat seringkali menyebabkan pemimpin kurang memperhatikan dan mendengarkan bawahannya. Seperti tidak menanyakan pendapat, kurang banyak berbicara dan berdiskusi sehingga tim merasa tidak dekat dengan pemimpinnya.
  5. Bias dan Favoritisme: Seorang leader harus bersikap adil terhadap seluruh timnya. Namun, beberapa pemimpin justru menunjukan perhatian dan dukungan yang berlebihan kepada karyawan tertentu dan mengabaikan yang lainnya.
  6. Kurang Memberi Apresiasi: Beberapa pemimpin terkadang lupa atau jarang mengakui usaha tim. Padahal, apresiasi kecil seperti “terima kasih” bisa sangat memotivasi mereka.
  7. Mengabaikan Perkembangan Tim: Pemimpin cenderung fokus untuk mengejar target tetapi kurang memperhatikan pertumbuhan karier dan kompetensi tim.
  8. Tidak Memberikan Contoh yang Baik: Seorang pemimpin yang baik harus bisa memberikan motivasi dan dorongan positif untuk bawahannya. Namun nyatanya, banyak leader yang tidak dapat menjadi contoh yang baik seperti tidak disiplin, suka melanggar peraturan perusahaan, tidak mengerjakan tugas dan lainnya.

Meningkatkan Jiwa Leadership

Meningkatkan jiwa leadership dapat dilakukan dengan memperkuat kemampuan komunikasi, memperluas wawasan melalui membaca dan belajar dari pengalaman pemimpin lain, serta aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang menumbuhkan jiwa kepemimpinan. 

Seorang calon pemimpin juga perlu melatih empati, kemampuan mendengarkan, serta keterampilan manajemen waktu dan konflik agar dapat memimpin dengan bijak dan adil. Selain itu, refleksi diri secara rutin sangat penting untuk mengevaluasi kemampuan kita sebagai seorang pemimpin. 

Dengan meningkatkan jiwa leadership tentu akan mendorong terciptanya lingkungan kerja atau komunitas yang lebih produktif, harmonis, serta berkembangnya potensi orang-orang di dalam tim untuk ikut tumbuh dan berkontribusi secara maksimal.

Tentang Penulis

Picture of Luna
Luna

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Tentang Penulis

Picture of Luna
Luna

Artikel Terbaru