Dalam mengembangkan karier, seorang karyawan dituntut untuk memiliki keterampilan dan keahlian yang dapat digunakan dalam bekerja.
Keterampilan tersebut dapat bermacam-macam, seperti keterampilan menulis, mendesain, mengelola data, dan lain sebagainya.
Namun, keterampilan dan keahlian saja tidak cukup. Seorang karyawan harus memiliki tujuan yang jelas untuk bisa mengembangkan kariernya di perusahaan.
Salah satu contoh pengembangan karier yang bisa diikuti oleh karyawan adalah career lattice atau biasa disebut dengan karier lateral.
Career lattice merupakan suatu jalur dalam perkembangan karier yang memungkinkan karyawan dapat berpindah departemen untuk mengembangkan keterampilan mereka.
Untuk itu, artikel dari LinovHR ini akan menjelaskan mengenai pengertian, perbedaan dengan career ladder dan jenis-jenis karir lateral. Simak ulasannya berikut ini ya!
Apa itu Career Lattice?
Career lattice adalah sebuah cara efektif yang digunakan perusahaan untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian karyawannya.
Hal ini merupakan suatu pembinaan terhadap karyawan yang dirasa perlu untuk meningkatkan keterampilan dan juga keahliannya dalam bidang tertentu.
Career lattice akan berfokus pada pengembangan karier karyawan dan peningkatan skill karyawan. Pengembangan karier ini tidak selalu berfokus pada peningkatan karier secara vertikal, tetapi bisa juga dalam peningkatan skill secara horizontal.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan performa dan kinerja karyawan sehingga perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kinerja dalam segi bisnis.
Baca Juga: Career Path: Pengertian dan Cara Memaksimalkannya
Kelebihan Career Lattice
Career lattice bersifat sangat opsional. Namun jika karyawan melakukannya, karyawan dapat berpindah departemen untuk mengembangkan skill yang mereka miliki tanpa menghambat pertumbuhan karier mereka.
Adapun kelebihan dari career lattice adalah sebagai berikut:
Meningkatkan Kolaborasi Lintas Departemen
Dengan career lattice, karyawan bisa berpindah dari satu departemen ke departemen yang lainnya dalam rangka mengembangkan keterampilan mereka.
Hal ini tentunya akan mendorong dan meningkatkan kolaborasi lintas departemen di perusahaan.
Mengurangi Tingkat Kebosanan Karyawan
Dengan kemudahan untuk berpindah departemen, karyawan dapat menemukan dan mempelajari hal-hal yang baru.
Hal tersebut tentunya akan mengurangi tingkat kebosanan mereka dalam bekerja, sehingga produktivitas karyawan dapat terjaga.
Menawarkan Perspektif Baru
Apabila seorang karyawan berada dalam posisi yang sama secara terus menerus, perspektif mereka akan sulit untuk berkembang.
Oleh karena itu, dengan career lattice, seorang karyawan dapat menemukan perspektif dan hal-hal yang baru. Bahkan, karyawan juga bisa memunculkan ide baru untuk keuntungan bisnis.
Baca juga: Mengenal Career Cushioning dan Apa yang Perusahaan Bisa Lakukan
Kelemahan Career Lattice
Adapun kelemahan career lattice adalah sebagai berikut:
Bisa Membuat Karier Karyawan Menjadi Stagnan
Berpindah departemen untuk mempelajari hal yang baru bisa membuat karyawan menjadi tidak fokus untuk menekuni sebuah keterampilan.
Hal ini akan membuat karyawan harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan sebuah promosi atau peningkatan posisi kerja di perusahaan.
Baca Juga: Jika Karir Anda Stagnan, Apa yang Harus Dilakukan?
Memulai Sesuatu yang Baru
Memulai suatu pekerjaan yang baru tentunya akan membuat seorang karyawan mendapatkan tugas yang baru. Hal ini tentunya akan membutuhkan waktu dan tenaga untuk sekadar mempelajari hal tersebut.
Jika karyawan tidak bisa beradaptasi, maka bisa jadi perkembangan karier mereka akan membutuhkan waktu yang lama.
Contoh Jalur Karier Lateral
Contoh jalur karir lateral adalah seorang akuntan yang sedang bekerja di salah satu perusahaan di bidang farmasi.
Akuntan tersebut bertugas untuk mengelola akuntansi internal perusahaan. Namun, ia berpindah ke posisi akuntan eksternal dengan gaji dan tugas yang sama.
Seorang akuntan tersebut berpindah posisi dari akuntan internal menjadi akuntan eksternal perusahaan dengan alasan kenyamanan bekerja.
Hal ini bisa dikatakan dengan career lattice, karena memungkinkan karyawan untuk berpindah posisi yang setara untuk mempelajari hal-hal yang baru.
Dengan menjadi akuntan eksternal, seorang akuntan dapat menambah keterampilan untuk menjalin komunikasi kepada setiap klien. Keterampilan ini merupakan suatu hal yang tidak bisa didapatkan ketika menjadi akuntan internal.
Perbedaan Antara Career Lattice dan Career Ladder
Perbedaan yang paling dasar antara career lattice dengan career ladder adalah pada tujuannya. Career lattice akan berfokus pada peningkatan keterampilan karyawan serta pengembangan karyawan.
Sedangkan, career ladder akan berfokus pada peningkatan karier dalam bentuk promosi karier untuk memotivasi kinerja karyawan.
Cara Perusahaan Mendorong Career Lattice
Seorang manajer perusahaan dapat secara aktif mendorong career lattice. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pada karyawan agar bisa mengembangkan kariernya.
Untuk itu, berikut adalah cara perusahaan mendorong career lattice, antara lain:
Berbagi Kesempatanย
Perusahaan harus mengomunikasikan posisi yang kosong kepada setiap karyawan. Hal ini akan membantu karyawan dalam mengetahui lowongan pekerjaan di departemen yang lain.
Memberikan Informasi Career Lattice kepada Karyawan
Mulailah untuk melakukan wawancara kepada setiap karyawan yang membahas tentang kinerja mereka di perusahaan. Setelah itu, tawarkan karyawan potensi untuk melakukan transisi dalam karier mereka.
Transparan dalam Informasi Gaji
Kisaran gaji, struktur bonus, dan peluang gaji lainnya dapat sangat bervariasi antardepartemen. Oleh karena itu, bersikaplah transparan mengenai perbedaan gaji yang ada untuk mendorong karyawan agar mau melakukan perpindahan karier lateral.
Selain itu, pastikan untuk mencatat apakah jabatan baru akan disertai dengan kenaikan gaji atau tidak.
Baca Juga:ย Cara HR Mendukung Career Progression Karyawan
Kelola Karier Karyawan dengan Modul Career Path LinovHR
Career lattice adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian karyawan di perusahaan.
Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi perusahaan, karena perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitasnya.
Namun, perlu diingat bahwa pengembangan karier karyawan akan sukses apabila perusahaan menggunakan sistem yang jelas dan tepat.
Ini karena apabila sistem tidak jelas, maka bisa jadi pengembangan karier karyawan tidak tepat sasaran. Hal ini tentunya akan merugikan perusahaan.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu menggunakan Modul Career Path yang ada di dalam Software HRIS LinovHR.
Dengan menggunakan modul Career Path dari LinovHR, perusahaan dapat mengelola manajemen karier karyawan dengan mudah dan praktis. Manajemen karier atau posisi karyawan menjadi semakin mudah serta tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Dalam modul Career Path, terdapat fitur-fitur menarik yang bisa mengelola pengembangan karier karyawan. Seperti fitur Role Match yang bisa melihat kecocokan karyawan dengan posisi yang setara. Hal ini bisa memudahkan karyawan untuk mengetahui potensi mereka yang sebenarnya.
Selain itu, ada pula fitur Path Builder untuk membentuk jenjang karier karyawan dan fitur Career Advice untuk membantu perusahaan dalam memberikan saran kepada karyawan mengenai bidang atau posisi apa yang cocok untuk mereka.
Segala kemudahan untuk pengembangan karier karyawan bisa dilakukan dengan Modul Career Path yang ada di dalam Software HRIS LinovHR.
Gunakan software-nya sekarang juga!