Menjadi seorang tenaga HRD bukanlah sesuatu yang mudah.
Dalam perekrutan karyawan baru harus ada tahapan seleksi ketat supaya perusahaan bisa memperoleh tenaga yang kompeten dengan pemberian gaji seminim mungkin.
Minim dalam hal ini bukan berarti di bawah standar, tetapi lebih ditekankan pada efisiensi aspek keuangan untuk menggunakan biaya sehemat mungkin dalam menghargai karyawan.
Baca Juga: Proses Rekrutmen Yang Ideal Untuk Perusahaan
Jadi, pada salah satu fase interview pasti dibutuhkan sebuah negosiasi gaji. Permintaan gaji pada umumnya tertera pada formulir saat pendaftaran.
Dari sini HRD akan bisa melihat tingkat kebutuhan calon karyawan terhadap pekerjaan tersebut. Semakin tinggi tingkat kebutuhannya, dan ditambah lagi jika yang bersangkutan sedang tidak bekerja di tempat lain maka penawarannya lebih mudah.
Karakterisitik Calon Karyawan dalam Tahap Negosiasi
Ada 2 jenis calon karyawan. Karakteristik calon karyawan pertama yaitu sengaja menuliskan jumlah nominal secara jelas atau minimal range nya supaya perusahaan bisa mengetahui berapa keinginan persis dari yang bersangkutan.
Karakteristik kedua yaitu menuliskan pendapat secara mengambang seperti “mengikuti kebijakan perusahaan”.
Mana yang lebih baik diantara keduanya?
Tentu saja yang pertama. Karena pengisian kolom calon karyawan dengan karakter kedua sangat mengambang. Seberapa besar keikutsertaan yang bersangkutan dalam sebuah kebijakan perusahaan adalah pertanyaan yang bisa jadi belum terpikirkan bahkan oleh calon karyawan itu sendiri.
Sebuah negosiasi gaji hanya bisa dilakukan dua pihak yang polar.
Dalam artian ada pendapat yang sudah berada dalam kepala sebelum proses tawar menawar. Inilah yang menjadi strategi bagi para HRD untuk bisa menilai mana calon karyawan yang pandangannya detail dan tidak labil.
Tugas HRD adalah memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk memperoleh karyawan dengan skill di atas rata – rata tetapi bisa digaji seminim mungkin sesuai titik ekuilibrium penawaran dan permintaan.
Oleh karena itu, strategi berikutnya adalah menanyakan apakah jumlah yang ditulis negoitiable atau tidak. Dalam fase ini pun, ada 2 tipe calon karyawan yang dapat dianalisis.
Tipe pertama mengatakan bahwa jumlah tersebut negotiable, tetapi sebenarnya bersikeras untuk mendapatkan gaji tersebut.
Baca Juga: Mengenal Tugas HRBP dan Tanggung Jawabnya di Perusahaan
Saat melakukan negosiasi gaji dengan orang ini, sebenarnya akhir diskusi sudah ketahuan. Jika HRD tidak memberikan gaji sesuai maka tidak akan ada proses dealing.
Mungkin tipe pertama ini adalah orang yang sedang bekerja di suatu tempat dengan kualifikasi mirip dan gaji setidaknya sama dengan tulisan di formulir.
Dengan kata lain, mengapa tipe pertama cenderung bersikeras mempertahankan keinginan gaji yang diharapkan? Karena yang bersangkutan tahu persis berapa range gaji untuk karyawan di posisi tersebut dengan segala skill dan potensinya.
Hal ini disebabkan oleh faktor pengalaman kerja dan analisis secara komprehensif yang dilakukan sebelumnya.
Ada lagi faktor lain penyebab hal ini terjadi, yaitu karena masih bekerja di sebuah perusahaan lain yang gajinya berada minimal di range yang sama.
Tentunya jika seseorang masih punya pegangan yang memberikan gaji dalam nominal tertentu rencana untuk berpindah ke perusahaan baru akan diurungkan. Apalagi jika jumlah pendapatan kurang dari tempat yang ditingkalkan setelah proses negosiasi gaji.
Tipe yang kedua adalah orang yang sedang menganggur, tidak bekerja dan lebih mudah menyetujui sebuah angka sebagai gaji awal.
Padahal bisa jadi dari latar belakang pendidikan ditambah skill tipe kedua ini lebih unggul. Tetapi karena kurangnya referensi dan sikap polos maka tidak terjadi proses analisis komprehensif sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan proses negosiasi gaji menjadi lebih empuk dan kemungkinan bersatunya kedua kutub polar antara HRD dan calon karyawan akan terwujud.
HRD memiliki peran yang cukup sentral dalam melakukan proses penawaran gaji. Terutama pada beberapa perusahaan yang menerapkan standar gaji yang baku melalui sistem payroll atau regulasi yang mereka miliki. HRD harus bisa mengakomodir keinginan perusahaan dan juga keinginan calon karyawan.