Apa Itu Keeper Test? Cara Penilaian Karyawan dari Netflix

.

Newslater

Newsletter

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

Apa Itu Keeper Test? Cara yang Dikenalkan oleh Netflix
Isi Artikel

Salah satu alat penilaian atau evaluasi kinerja karyawan telah menarik perhatian dalam dunia bisnis saat ini adalah keeper test.

Alat penilaian ini pertama kali dikembangkan oleh Netflix dan telah diterapkan oleh berbagai bisnis lainnya.

Penilaian yang dilakukannya ini berfokus pada kinerja individu. Performa mereka adalah faktor utama penilaian kinerja yang dilakukan.

Oleh karena itu, mari simak artikel LinovHR ini untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari penilaian ini dan bagaimana dampaknya pada karyawan!

 

Apa Itu Keeper Test

Keeper test adalah sebuah metode penilaian bakat untuk membantu perusahaan dalam memprioritaskan karyawan berkinerja tinggi.

Metode ini dipelopori oleh salah satu penyedia layanan streaming populer, yaitu Netflix dan produsen serial terkenal seperti Stranger Things dan House of Cards.

Dalam metode ini, baik manajemen maupun karyawan didorong untuk saling mengevaluasi satu sama lain.

Para manajer akan diminta untuk mempertimbangkan siapa yang akan mereka pertahankan. Sementara itu, karyawan juga didorong untuk bertanya seberapa keras pemimpin dan manajer akan berjuang untuk mempertahankan mereka.

Secara keseluruhan, keeper test ini bertujuan untuk mendorong adanya umpan balik timbal balik antara karyawan dan manajemen.

Umpan balik ini akan memberikan karyawan rasa kepercayaan diri untuk mengevaluasi posisi mereka di tempat kerja.

Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mendorong keberanian manajemen dalam membuat keputusan yang strategis demi meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan.

 

Siapa yang Mengembangkan Keeper Test 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keeper test pertama kali dikembangkan oleh perusahaan layanan streaming Netflix.

Metode ini dikembangkan oleh salah satu pendirinya yang bernama Reed Hastings dan Patty McCord selaku mantan chief talent officer Netflix.

Tes ini mencakup kebijakan dan nilai-nilai perusahaan Netflix yang dituangkan dalam buku No Rules Rules karya Hastings dan Erin Meyer sebagai rekan penulis. Konsepnya ini diibaratkan seperti tim olahraga.

Misalnya, sebuah anggota tim olahraga tentunya memberikan performa yang terbaik. Mereka juga menerima konsekuensi untuk dicadangkan apabila performa mereka menurun.

Konsep tersebut sama dengan apa yang diterapkan oleh Netflix dalam keeper test.

Mereka harus beroperasi secara profesional layaknya tim olahraga dan setiap anggota memberikan yang terbaik dan mereka yang tidak sesuai standar harus beresiko untuk tersingkir.

Keeper test ini adalah sebuah tantangan bagi manajer untuk memilih pemain atau anggota terbaik berdasarkan kinerja mereka. Mereka kana mengesampingkan faktor lainnya yang bukan bagian dari kinerja.

 

Kelebihan Keeper Test

Metode keeper test ini mungkin terlihat sangat tegas. Tapi, di dalam penerapannya ada beberapa kelebihan dari metode ini antara lain:

 

1. Mempertahankan Karyawan Terbaik

Keeper test mendorong manajer untuk memberikan perhatian utama kepada karyawan yang unggul dalam kinerja.

Hal ini membantu memotivasi mereka untuk tetap bersama perusahaan.

Tes ini memastikan bahwa anggota tim yang memiliki kinerja terbaik mendapat prioritas.

Sementara itu, pemecatan karyawan dengan kinerja rendah memberi ruang bagi manajer untuk merekrut bakat baru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas keseluruhan tim.

 

2. Meningkatkan Kinerja Karyawan

Apabila berfokus pada kinerja terbaik, karyawan cenderung akan bekerja lebih keras dan memberikan yang terbaik dari diri mereka.

Kebijakan perusahaan Netflix mencatat bahwa mereka yang menunjukkan kinerja tinggi dalam jangka waktu yang lama akan diberikan kelonggaran jika terjadi kegagalan sesekali.

Penilaian karyawan ini dilakukan dengan mempertimbangkan sejarah prestasi mereka secara menyeluruh, bukan hanya berdasarkan kesalahan terakhir.

Karyawan yang performanya lebih rendah juga diberikan kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan kinerjanya.

Tes ini didasarkan pada komunikasi terbuka manajer terhadap timnya, sehingga karyawan yang berkinerja buruk tidak kaget jika pemecatan tak terduga terjadi.

 

3. Menghemat Finansial

Penerapan keeper test menghasilkan penghematan biaya yang sebelumnya digunakan untuk membayar karyawan yang tidak memenuhi standar.

Netflix sendiri telah menghapus proses kontrol seperti performance improvement plan (PIP).

Karena karyawan sudah menerima umpan balik secara berkala, mereka tidak memerlukan peringatan dari PIP untuk mengambil tindakan ketika diingatkan tentang kinerja buruk mereka.

Uang yang dihemat dari eliminasi PIP memberikan Netflix dana tambahan untuk memberikan paket pesangon yang besar kepada karyawan yang kinerjanya tidak memadai.

Hal ini untuk menghindari pemborosan pada karyawan yang tidak efisien.

 

4. Membantu Pengambilan Keputusan dalam Situasi Sulit

Berkaca pada apa yang dialami oleh Netflix, di mana setelah mengalami pertumbuhan yang pesat selama masa terburuk pandemi, Netflix harus melakukan pemutusan hubungan kerja yang signifikan.

Meskipun tidak pernah mudah untuk memutuskan di mana harus melakukan pemangkasan dalam bisnis, keeper test menawarkan metrik yang sederhana dan tampaknya objektif untuk mengevaluasi karyawan mana yang layak dipertahankan.

Saat perusahaan perlu melakukan pengurangan karyawan dalam masa-masa efisiensi karyawan, tentu hal yang masuk akal untuk fokus mempertahankan karyawan yang berkinerja tinggi.

 

Baca Juga: Cara Membentuk High Performance Culture

 

Kekurangan Keeper Test

Kekurangan Keeper Test dapat Mengurangi Kepuasan Kerja
Kekurangan Keeper Test dapat Mengurangi Kepuasan Kerja

Di balik beberapa kelebihan yang bisa dirasakan dari penerapannya. Nyatanya keeper test juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu Anda antisipasi, seperti berikut ini:

 

1. Menciptakan Budaya Ketakutan

Keeper test menciptakan budaya dimana karyawan termotivasi oleh rasa takut.

Rasa takut yang terus-menerus ini akan mengarah pada peningkatkan:

  • Tingkat stres yang tinggi
  • Moral rendah
  • Absenteeism
  • Penurunan produktivitas

Selain itu, sistem ini juga mengurangi kemampuan karyawan dalam melakukan kolaborasi. Mereka bisa cenderung berfokus pada individu dan tidak bekerja sama untuk memberikan hasil yang terbaik.

 

2. Mempengaruhi Keamanan Psikologis Karyawan

Selanjutnya, budaya ketakutan sebelumnya dapat menghambat keamanan dan kenyamanan psikologis karyawan.

Hambatan ini akan membuat mereka merasa tidak nyaman untuk berbagai ide, menyampaikan kekhawatiran, atau mengakui kesalahan. Karyawan pun menjadi tidak terbuka.

Hal ini tentunya bisa juga membuat perkembangan karyawan menjadi terhambat.

 

3. Mengurangi Kepuasan Kerja

Seorang karyawan cenderung memiliki kinerja yang tinggi apabila mereka merasa puas dengan pekerjaannya.

Berdasarkan survei kepuasan karyawan yang dilakukan oleh Glassdoor pada tahun 2019, faktor budaya dan nilai-nilai perusahaan menempati peringkat pertama, yaitu 22% sebagai faktor kepuasan karyawan.

Kemudian, diikuti dengan faktor kualitas kepemimpinan organisasi sebesar 21% dan faktor akses peluang karir internal sebesar 19%.

Metode tes ini cenderung membuat kepuasan kinerja karyawan menurun karena rasa ketakutan mereka sehingga bisa berdampak pada kinerja mereka.

 

4. Memperlakukan Karyawan Sebagai Barang Sekali Pakai

Karyawan bukanlah hanya sekedar angka. Mereka juga seorang manusia yang berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai.

Keeper test hanya melihat potensi karyawan berdasarkan kinerjanya tanpa memandang aspek lain. Hal ini tentunya dapat membuat karyawan memiliki rasa “tersingkirkan”.

Selain itu, perusahaan juga memiliki potensi mengalami penurunan reputasi.

Misalnya, Anda akan susah untuk merekrut talenta terbaik karena mereka telah mendengar pengalaman karyawan yang dipecat mengenai perusahaan Anda.

 

5. Mengarah Pendekatan Perekrutan dan Pemecatan Revolving Door

Tes ini memiliki sifat yang berkelanjutan. Artinya, karyawan harus terus bekerja untuk mempertahankan pekerjaan mereka.

Selain itu, recruiter manager juga sering mengganti karyawan berkinerja rendah dengan talenta baru.

Pendekatan ini tentunya tidak sehat jika dilihat dalam aspek finansial. Proses perekrutan memakan biaya, belum lagi ada orientasi dan pelatihan.

 

6. Tunduk pada Bias yang Tidak Disadari

Keeper test dapat dipengaruhi oleh bias bawah sadar dari manajer, seperti bias gender, etnis, atau orientasi seksual.

Misalnya, seorang manajer memperlakukan karyawan perempuan dengan lebih kritis ketika kinerja mereka menurun dibandingkan laki-laki.

Hal ini tentunya dapat membuat karyawan perempuan dipecat padahal sebenarnya mereka seharusnya tidak dipecat.

 

7. Merusak Keberagaman

Tes penjaga ini tidak sesuai dengan keberagaman dan inklusivitas yang ada.

Khususnya bagi seorang neurodiverse tes penjaga ini dianggap menakutkan karena mereka merasakan ketidakpastian dan merasa tertekan untuk bekerja setiap saat.

 

8. Mengabaikan Masalah Perusahaan yang Lebih Luas

Permasalahan utama dari keeper test adalah mereka hanya berfokus pada kinerja individu tanpa mempertimbangkan kemungkinan masalah perusahaan secara keseluruhan.

Tes penjaga ini gagal mempertimbangkan masalah organisasi yang lebih luas seperti budaya perusahaan, perilaku manajer, pelatihan staf, kohesi tim, dan kebijakan perekrutan.

Padahal, semua permasalahan di atas memiliki dampak langsung terhadap kinerja karyawan.

 

Pantau Kinerja Karyawan dengan Performance Management LinovHR

Memastikan bahwa setiap tim diisi oleh karyawan-karyawan yang berkinerja tinggi menjadi suatu hal positif yang mendukung perusahaan mencapai produktivitas maksimal.

Untuk mencapai hal tersebut, tentunya dibutuhkan pemantauan kinerja yang objektif dan berkelanjutan. Pemantauan ini juga akan membantu perusahaan dalam merencanakan peningkatan performa dan pelatihan.

Cara termudah untuk melakukan pemantauan kinerja karyawan adalah dengan solusi Performance Management System LinovHR.

Performance Management System LinovHR mempermudah proses penilaian kinerja, memastikan transparansi dalam komunikasi antara karyawan dan manajemen.

 

Fitur Individual Performance Appraisal - LinovHR
Fitur Individual Performance – LinovHR

 

Terdapat fitur Performance Review yang memungkinkan penilaian dan pemberian feedback dilakukan secara 360 derajat. Dengan fitur ini Anda dapat memanfaatkan template pertanyaan yang telah disediakan atau mengkustomisasi sendiri pertanyaan-pertanyaan sesuai kebutuhan.

Selain itu, Anda juga bisa memberikan penilaian pada tiap-tiap poin pertanyaan dan menjumlahkan poin tersebut di akhir. Dari sini akan terlihat mana karyawan yang berperforma tinggi maupun rendah.

Dengan demikian, Performance Management LinovHR membantu menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif, memotivasi, dan memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan keseluruhan perusahaan.

Tunggu apalagi? Ayo, segera ajukan demonya sekarang dan segera maksimalkan kinerja karyawan Anda!

Tentang Penulis

Picture of Lala
Lala

SEO Content Writer yang andal dengan kemampuan analisis tinggi terkait bidang HR dan mampu mengubahnya menjadi artikel informatif dan teroptimasi secara SEO.

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Newslater

Newsletter

Tentang Penulis

Picture of Lala
Lala

SEO Content Writer yang andal dengan kemampuan analisis tinggi terkait bidang HR dan mampu mengubahnya menjadi artikel informatif dan teroptimasi secara SEO.

Artikel Terbaru

Telusuri informasi dan solusi HR di sini!

Subscribe newsletter LinovHR sekarang, ikuti perkembangan tren HR dan dunia kerja terkini agar jadi yang terdepan di industri

Newsletter