Pencitraan adalah strategi komunikasi yang kuat yang digunakan oleh individu, organisasi, atau merek untuk membentuk dan mengelola persepsi yang diinginkan di mata publik.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan penuh dengan informasi, citra yang diproyeksikan memiliki peran yang krusial dalam membentuk opini dan pandangan orang terhadap suatu entitas.
Untuk membantu Anda memahami lebih jauh mengenai pencitraan, mari simak artikel LinovHR berikut ini!
Pengertian Pencitraan Menurut Ahli
Pencitraan adalah upaya sadar untuk mengendalikan citra yang ingin dihadirkan di hadapan publik. Ini melibatkan penggunaan strategi komunikasi yang cermat untuk memengaruhi bagaimana orang lain melihat dan mempersepsikan entitas tertentu.
Citra yang dihasilkan melalui pencitraan tidak selalu harus mencerminkan realitas yang sebenarnya, hal ini memang karena tujuannya adalah menciptakan persepsi yang positif dan menguntungkan.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai apa itu pencitraan menurut beberapa ahli:
Huddleston
Huddleston (dalam Buchari Alma, 2008:55) mendefinisikan citra sebagai rangkaian keyakinan yang kemudian dikaitkan dengan gambaran yang dimiliki atau diperoleh dari pengalaman.
Bill Canton
Bill Canton (dalam S. Soemirat dan E. Ardianto, 2007:111) mengartikan pencitraan sebagai kesan, perasaan, atau pandangan publik terhadap perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari objek, individu, atau organisasi tertentu.
Philip Kotler
Philip Kotler (2009:299) menjelaskan pencitraan sebagai kumpulan keyakinan, gagasan, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek tertentu.
Frank Jefkins
Frank Jefkins (dalam S. Soemirat dan E. Ardianto, 2007:114) menggambarkan citra sebagai kesan yang dibentuk oleh individu mengenai suatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Suharta Abdul Majid
Suharta Abdul Majid (2009:70) mengartikan citra sebagai representasi yang terbentuk dalam masyarakat, terutama di kalangan konsumen atau pelanggan, tentang citra baik atau buruk suatu perusahaan.
Melalui definisi-definisi ini, kita dapat memahami bahwa pencitraan adalah hasil dari persepsi, kesan, dan keyakinan yang terbentuk dalam pikiran individu atau masyarakat terhadap suatu objek, entitas, atau individu.
Pencitraan sering kali dipengaruhi oleh pengalaman, informasi yang diterima, dan upaya yang sengaja dilakukan untuk membentuk kesan yang diinginkan. Pemahaman akan hal ini penting dalam konteks komunikasi dan branding, karena citra yang positif dapat mempengaruhi cara orang memandang dan berinteraksi dengan entitas yang bersangkutan.
Perbedaan Pencitraan dan Personal Branding
Walaupun keduanya berkontribusi dalam membentuk persepsi publik, nilai yang terkandung dalam personal branding dan pencitraan memiliki perbedaan yang mencolok.ย
Personal branding lebih menitikberatkan pada penonjolan kompetensi individu, sementara pencitraan seringkali terkait dengan penyampaian informasi yang terkadang dilebih-lebihkan dan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Selain aspek nilai, perbedaan signifikan juga terletak pada waktu yang dibutuhkan dalam membangun keduanya.
Proses pembangunan personal branding umumnya memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pencitraan. Konsistensi dalam upaya yang dilakukan menjadi kunci utama untuk mencapai hasil yang terlihat nyata dan terencana.
Tujuan dari Pencitraan
Di bawah ini terdapat berbagai tujuan dari pencitraan:
-
Memprediksi Hasil
Melalui pencitraan, dapat membantu dalam berpikir dan mengatasi masalah dengan kemampuan memproyeksikan hasil tindakan.
-
Menalar
Tujuan lainnya adalah meningkatkan kemampuan dengan cara memvisualisasikan diri dalam melakukan suatu tindakan yang mengarah pada tindakan yang diinginkan.
-
Mendeskripsikan Suasana
Kemampuan untuk membayangkan juga membantu individu dalam memberikan gambaran verbal tentang objek atau situasi tertentu.
-
Mengenang Kembali
Pencitraan juga digunakan sebagai alat untuk mengenang kembali informasi visual. Sebagai contoh, seseorang bisa mengingat kembali makan malam yang diadakan sehari sebelumnya.
-
Menghafal Informasi
Individu juga dapat menghafal informasi. Sebagai contoh, daya ingat seseorang mungkin meningkat ketika dia membayangkan objek dan memberi nama kepada objek-objek tersebut seolah-olah mereka saling berinteraksi.
-
Meningkatkan Kemampuan
Tujuan berikutnya adalah membantu meningkatkan keterampilan. Hal ini bisa terjadi karena seseorang akanย menggambarkan diri melakukan tindakan tertentu, serta mengarahkan individu ke arah aksi yang diperlukan.
-
Memberikan Ide atau Wawasan
Setiap pencitraan yang dilakukan oleh seseorang dapat membangkitkan wawasan penting atau memberikan ide baru yang bermanfaat.
Baca Juga:ย 7 Alasan Penting Mengapa Self Confidence Dibutuhkan dalam Karir
Jenis-jenis Pencitraan
Pencitraan ini dapat diuraikan menjadi berbagai jenis yang berbeda. Berikut adalah beberapa jenisnya:
- Citraan Visual:ย Citraan visual merupakan jenis yang muncul karena rangsangan visual yang diterima melalui indra penglihatan.
- Citraan Auditori:ย Citraan auditori adalah bentuk yang timbul melalui imajinasi pendengaran, membangkitkan suasana tertentu berdasarkan suara atau bunyi tertentu.
- Citraan Olfaktori:ย Citraan olfaktori adalah pencitraan yang dilakukan dengan melibatkan indera penciuman, mengubah ide abstrak menjadi representasi konkret yang berhubungan dengan bau atau aroma.
- Citraan Emosional:ย Citraan emosional adalah bentuk yang muncul melalui rangsangan emosi, mengarahkan pikiran seseorang untuk merasakan situasi seolah-olah indera perasaannya mengalami sensasi tertentu.
- Citraan Taktil:ย Jenis ini yang muncul melalui rangsangan sentuhan, menghasilkan sensasi seolah-olah seseorang disentuh atau terlibat dalam interaksi kulit.
- Citraan Gerak:ย Citraan gerak adalah pencitraan yang bertujuan untuk memberikan kesan bahwa suatu objek diam seolah-olah sedang bergerak, memberikan dinamika pada gambaran tersebut.
Hubungannya dengan Konsep Diri Lainnya
Istilah citra diri dalam ranah psikologi berhubungan erat dengan apa yang seseorang lihat saat ia merenungkan dirinya sendiri di cermin. Namun, makna dari citra diri jauh lebih mendalam daripada sekadar pandangan fisik tersebut.
Citra diri merujuk pada cara seseorang memandang dirinya dalam konteks yang lebih luas, baik dari sisi internal maupun eksternal.
Menurut definisinya citra diri, menggambarkan cara individu mempersepsikan dirinya sendiri. Ini mencakup sejumlah impresi diri yang terbentuk seiring waktu. Hal ini juga saling berhubungan dengan aspek-aspek lain dari diri individu. Berikut adalah hubungan antara citra diri dan beberapa aspek diri lainnya:
-
Konsep Diri (Self Concept)
Citra diri erat kaitannya dengan konsep diri yang dimiliki oleh seseorang. Konsep diri merujuk pada pengetahuan pribadi kita tentang identitas diri kita, termasuk pandangan, pemikiran, dan perasaan terhadap diri sendiri dalam konteks fisik, personal, dan sosial.
Meskipun keduanya saling terkait, namun mereka tidak identik. Konsep diri memiliki cakupan yang lebih luas daripada citra diri. Ini melibatkan bagaimana individu melihat dirinya, berpikir tentang dirinya, dan merasakan dirinya.
Konsep diri dapat mengembangkan berbagai jenis pandangan diri. Citra diri sendiri adalah satu komponen yang membentuk konsep diri, menurut Mc Leod (2008).
-
Harga Diri (Self Esteem)
Citra diri memiliki keterkaitan dengan self esteem. Ini karena pandangan kita terhadap diri sendiri sangat mempengaruhi harga diri. Namun, harga diri memiliki dimensi yang lebih mendalam daripada citra diri.
Self esteem mencakup rasa penghargaan yang dimiliki terhadap diri sendiri, termasuk sejauh mana perasaan ini positif atau negatif. Citra diri yang negatif dapat sangat mempengaruhi harga diri dan aspek-aspek psikologi lainnya.
Harga diri yang rendah cenderung berhubungan dengan citra diri yang negatif, dan sebaliknya.
-
Identitas (Identity)
Identitas berkaitan erat dengan citra diri dalam psikologi, namun identitas memiliki lingkup yang lebih besar dan menyeluruh. Identitas mencakup pandangan menyeluruh tentang siapa diri kita, seperti yang diungkapkan oleh Roy Baumeister, identitas mengacu pada definisi yang kita bentuk dan terapkan pada diri kita (1997:681).
Oleh karena itu, identitas dapat dianggap sebagai gambaran komprehensif tentang diri kita yang kita yakini atau percayai. Identitas adalah identifikasi yang lebih luas, sedangkan citra diri merupakan bagian dari gambaran tersebut.
Dengan demikian, citra diri dalam psikologi yang sehat didasarkan pada persepsi dan perspektif individu yang bersifat pribadi. Ini berarti bahwa seseorang tidak lagi dipengaruhi oleh pandangan orang lain atau harapan sosial terhadap diri mereka.
Sebaliknya, individu ini menentukan pandangan mereka sendiri tentang aspek internal dan konsep diri mereka.
Baca Juga: Apa Itu Self Acceptance dan Pengaruhnya di Tempat Kerja
Contoh Pencitraan
Pencitraan sering kali hadir dalam karya seni sastra. Selain itu, juga umum terjadi dalam aktivitas keseharian manusia. Berikut beberapa contohnya:
-
Dalam Karya Sastra
“Rasa damai hati menyelimuti saat matahari terbit dengan gemilang.” Kalimat ini menggambarkan citra cahaya matahari yang menawan pada pagi hari dalam karya sastra.
-
Dalam Konteks Politik
Pencitraan juga sering digunakan dalam konteks politik. Sebagai contoh, Jokowi digambarkan sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, Prabowo digambarkan sebagai tokoh tegas, dan Anies Baswedan digambarkan sebagai sosok yang santun.
-
Di Media Sosial
Media sosial menjadi platform yang paling kentara untuk pencitraan. Di sini, kita sering melihat individu menciptakan citra mengenai diri mereka sendiri atau orang lain. Contohnya, Anniesa Hasibuan dan Andika Surachman membangun citra sebagai pengusaha sukses di media sosial. Namun, pada kenyataannya, mereka menggunakan dana jemaah First Travel untuk menciptakan ilusi kemakmuran.
Kesimpulan
Pencitraan dan personal branding, meskipun memiliki tujuan komunikasi yang serupa, memiliki pendekatan yang sangat berbeda.
Pencitraan mungkin lebih fokus pada penciptaan citra yang diinginkan tanpa harus sepenuhnya mencerminkan realitas individu atau organisasi, sementara personal branding menekankan pada autentisitas, konsistensi, dan pembangunan identitas yang kuat.
Keduanya memiliki tempatnya masing-masing dalam dunia modern yang terhubung secara digital, tetapi penting bagi individu dan organisasi untuk memahami perbedaan ini dan memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai mereka.