Dalam proses rekrutmen, perusahaan biasanya lebih mudah menilai hard skill karena dapat dibuktikan melalui sertifikat, pengalaman kerja, atau portofolio. Namun, hal yang sering menjadi tantangan adalah bagaimana menilai soft skill kandidat hany dari CV yang mereka kirimkan.
Soft skill sendiri adalah kemampuan non-teknis yang berkaitan dengan cara seseorang berinteraksi, berkomunikasi, berempati, hingga beradaptasi di lingkungan kerja. Contoh soft skill meliputi komunikasi, kerja sama tim, kepemimpinan, manajemen waktu, hingga kemampuan memecahkan masalah. Walaupun tidak selalu tercantum secara eksplisit di CV, soft skill memainkan peran besar dalam kesuksesan karyawan di perusahaan.
Mengapa Soft Skill Penting dalam Rekrutmen?
Sebelum membahas bagaimana cara menilai soft skill dari CV, penting untuk memahami terlebih dahulu peran besarnya dalam keberhasilan rekrutmen. Perusahaan tidak hanya membutuhkan karyawan dengan kemampuan teknis, tetapi juga individu yang mampu berkolaborasi, beradaptasi, dan berkontribusi positif pada budaya kerja.
Soft skill menjadi faktor penentu dalam menilai apakah seorang kandidat dapat beradaptasi dengan budaya perusahaan serta bekerja sama dengan tim. Bahkan banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa karyawan dengan soft skill yang kuat cenderung memiliki produktivitas lebih tinggi, loyalitas lebih besar, dan berkontribusi pada iklim kerja yang positif. Dengan kata lain, soft skill bukan hanya “tambahan” dalam CV, melainkan salah satu kriteria utama yang membedakan kandidat unggulan dari kandidat lainnya.
Tantangan Menilai Soft Skill dari CV
Menilai soft skill dari CV memang tidak semudah mengevaluasi hard skill. Ada beberapa kendala membuat HR perlu lebih teliti dalam membaca sinyal yang tersirat.
1. Tidak terlihat langsung
Soft skill jarang ditulis secara eksplisit di CV. Kandidat biasanya menonjolkan pengalaman kerja dan pencapaian, sehingga HR perlu menginterpretasikan apakah ada soft skill di balik pengalaman tersebut.
2. Subjektivitas penilaian
Setiap HR bisa memiliki sudut pandang berbeda saat menafsirkan sinyal soft skill. Misalnya, pengalaman “memimpin proyek kecil” mungkin dianggap sebagai bukti kepemimpinan oleh satu HR, namun dianggap belum cukup signifikan oleh HR lain.
3. Bahasa CV yang manipulatif
Kandidat bisa saja menuliskan daftar soft skill seperti “komunikatif, teamwork, problem solver” tanpa bukti konkret. Hal ini membuat HR kesulitan membedakan mana klaim asli dan mana sekadar hiasan di CV.
Indikator Soft Skill yang Bisa Dilihat dari CV
Walaupun sulit, soft skill tetap bisa dideteksi melalui beberapa indikator di CV. HR perlu memperhatikan detail kecil yang secara tidak langsung menggambarkan kualitas non-teknis kandidat.
1. Konsistensi Pengalaman Kerja
Riwayat kerja yang stabil, dengan masa kerja yang tidak terlalu singkat, bisa menjadi indikator tanggung jawab dan komitmen. Sebaliknya, terlalu sering berpindah tanpa alasan yang jelas bisa menimbulkan pertanyaan terkait daya tahan atau kedisiplinan kandidat.
2. Pencapaian yang Diukur (Achievement-oriented)
Kandidat yang menuliskan pencapaian berbasis data, seperti “meningkatkan penjualan sebesar 30% dalam 6 bulan”, menunjukkan keterampilan analitis, kepemimpinan, atau problem solving. Ini menandakan soft skill yang kuat di balik prestasi kerja.
3. Keterlibatan dalam Organisasi Atau Kegiatan Sosial
Pengalaman di organisasi non-profit, komunitas, atau kegiatan kampus dapat menjadi bukti kemampuan kerja sama tim, empati, dan keterampilan interpersonal. Hal ini menunjukkan kandidat tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga mampu berkontribusi untuk orang lain.
4. Urutan Penyusunan CV yang Rapi dan Jelas
CV yang terstruktur dengan baik mencerminkan perhatian pada detail, manajemen waktu, serta kemampuan komunikasi tertulis. Sebaliknya, CV yang acak-acakan dapat menjadi sinyal kurangnya keterampilan organisasi
Baca Juga: Mengenal Curriculum Vitae dan Cara Membuat CV yang Menarik
Tips HR dalam Menilai Soft Skill dari CV Secara Efektif
Agar tidak salah langkah, HR perlu memiliki strategi dalam menilai soft skill dari CV. Dengan pendekatan yang tepat, proses seleksi bisa lebih jadi objektif dan akurat.
1. Fokus pada Bukti Konkret
Jangan hanya percaya pada daftar soft skill yang ditulis kandidat. Carilah pengalaman, pencapaian, atau aktivitas yang bisa menjadi bukti nyata dari keterampilan tersebut.
2. Gunakan Competency Framework
Sebelum mulai menilai, tentukan dulu soft skill apa yang paling relevan untuk posisi yang dilamar. Dengan kerangka kompetensi ini, HR dapat menilai kandidat dengan lebih konsisten dan terukur.
3. Bandingkan dengan Data Lain
Jangan hanya mengandalkan CV. Periksa juga profil LinkedIn, portofolio online, atau rekomendasi dari pihak ketiga untuk melihat konsistensi informasi yang ditulis kandidat.
4. Lanjutkan dengan Metode Lanjutan
CV hanya langkah awal, untuk validasi lebih lanjut, HR bisa menggunakan tes psikometri, asesmen kompetensi, atau wawancara berbasis perilaku yang menggali bukti nyata soft skill dari pengalaman.
Mempermudah Proses Rekrutmen dengan LinovHR
Menilai soft skill dari CV memang menantang dan rawan subjektivitas. Untuk membantu HR melakukan proses ini lebih cepat dan objektif, perusahaan bisa memanfaatkan Rekrutmen Management System dari LinovHR.
Mulai gunakan Rekrutmen Management System dari LinovHR untuk membantu perusahaan Anda dalam pengelolaan rekrutmen secara optimal. Coba LinovHR sekarang dengan demo gratis dan rasakan perbedaannya!