Apa Saja Teori-teori dalam Rekrutmen? Simak Selengkapnya!

Reviewer

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

Isi Artikel

Rekrutmen adalah salah satu aspek terpenting dalam manajemen sumber daya manusia. Proses ini bukan sekadar mencari kandidat untuk mengisi posisi, melainkan juga memastikan perusahaan mendapatkan talenta terbaik yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. 

Untuk mencapai hal tersebut, HR tidak bisa hanya mengandalkan intuisi, tetapi juga membutuhkan dasar teori yang bisa menjadi acuan dalam mengambil keputusan.

Key Takeaways

  • Rekrutmen yang berbasis teori membantu HR lebih objektif dalam menilai kandidat.
  • Ada berbagai teori rekrutmen yang bisa diterapkan sesuai konteks perusahaan. 
  • Penerapan teori yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas rekrutmen.
Mengajukan Demo

Mengapa Rekrutmen Perlu Dasar Teori?

Dalam praktiknya, banyak HR yang menyadari bahwa rekrutmen bisa menjadi proses yang kompleks dan penuh tantangan. Tanpa dasar teori yang jelas, keputusan perekrutan berisiko dipengaruhi oleh bias, asumsi, atau sekadar “feeling” semata. 

Teori dalam rekrutmen adalah kerangka konseptual yang menjelaskan bagaimana perusahaan dapat menarik, menyeleksi, dan mempertahankan kandidat yang tepat. Teori ini penting karena memberikan panduan lebih sistematis dan objektif dalam setiap tahap rekrutmen, mulai dari menentukan kriteria kandidat, proses seleksi, hingga keputusan akhir. 

Dengan memahami teori, HR bisa mengurangi potensi kesalahan dan meningkatkan kualitas keputusan perekrutan.

Baca juga: 6 Strategi Rekrutmen yang Efektif dan Inovatif untuk Perusahaan

Jenis Teori dalam Rekrutmen

Berbagai teori rekrutmen hadir untuk memberikan landasan dalam memahami bagaimana cara terbaik memilih dan menilai kandidat. Setiap teori memiliki fokus berbeda, ada yang menekankan kesesuaian kemampuan teknis, kecocokan budaya, hingga faktor motivasi kandidat. 

Dengan memahami teori-teori ini, HR dapat menyusun strategi rekrutmen yang lebih terarah dan terukur, sekaligus mengurangi risiko salah rekrut. 

1. Teori Person-Job Fit (Person Job-Fit Theory)

Teori ini menekankan pada kesesuaian antara keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman kandidat dengan tuntutan pekerjaan yang ada. Jika seseorang kandidat memiliki kompetensi yang sejalan dengan deskripsi pekerjaan, maka peluangnya untuk mencapai performa tinggi dan cepat beradaptasi jauh lebih besar. 

Dalam praktiknya, teori ini bisa diterapkan dengan cara menyusun job description yang detail, melakukan assessment berbasis kompetensi, serta mengukur skill teknis kandidat sejak awal. HR mengutamakan pendekatan ini biasanya fokus pada “Apakah kandidat mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik?”. 

2. Teori Person-Organization Fit (Person–Organization Fit Theory)

Selain kesesuaian dengan pekerjaan, penting juga melihat kecocokan kandidat dengan budaya dan nilai perusahaan. Teori ini beranggapan bahwa karyawan yang sejalan dengan visi, misi, serta budaya organisasi akan lebih loyal, memiliki tingkat engagement lebih tinggi, dan bertahan lebih lama di perusahaan. 

Contoh penerapan teori ini adalah melalui penekanan employer branding, wawancara berbasis nilai (value-based interview), atau melihat bagaimana kandidat berinteraksi dengan tim. Dengan begitu, HR bisa menilai apakah kandidat benar-benar cocok untuk menjadi bagian jangka panjang dalam perusahaan. 

3. Teori Signaling (Signaling Theory)

Dalam proses rekrutmen, bukan hanya HR yang menilai kandidat, tetapi kandidat juga menilai perusahaan. Teori signaling menjelaskan bahwa kandidat menangkap “sinyal” dari cara perusahaan menyampaikan informasi lowongan, kualitas komunikasi selama seleksi, hingga transparansi benefit yang ditawarkan. 

Jika sinyal yang diberikan positif, misalnya proses rekrutmen yang profesional, cepat, dan transparan, kandidat akan menilai perusahaan tersebut sebagai tempat kerja yang kredibel. Sebaliknya, sinyal negatif seperti keterlambatan feedback atau job description yang ambigu bisa menurunkan minat kandidat berkualitas.

Baca juga: Signaling Theory: Definisi, Fungsi, dan Strategi Penerapan yang Tepat 

4. Teori Expectancy (Expectancy Theory)

Teori ini berasal dari perspektif motivasi, yang menyatakan bahwa kandidat akan lebih tertarik bergabung apabila mereka melihat adanya peluang nyata untuk meraih ekspektasi pribadi mereka, baik berupa gaji yang kompetitif, jenjang karier yang jelas maupun kesempatan pengembangan diri.  

Dalam praktiknya, HR bisa menerapkan teori ini dengan menyusun sistem kompensasi dan benefit yang transparan, serta menyampaikan dengan jelas prospek karier saat interview. Dengan begitu, kandidat tidak hanya melihat pekerjaan sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai jalan untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional mereka. 

Tantangan Menerapkan Teori Rekrutmen di Era Modern 

Di era modern, perusahaan menghadapi dinamika yang lebih kompleks dalam menerapkan teori rekrutmen. Teknologi, globalisasi, hingga perubahan preferensi kandidat generasi baru membuat teori yang ada perlu disesuaikan dengan kondisi aktual. Meski teori rekrutmen memberikan landasan yang kuat, implementasinya tidak selalu berjalan mulus. 

teori rekrutmen

1. Perubahan Dinamika Tenaga Kerja 

Generasi muda seperti Gen Z lebih menekankan pada fleksibilitas, keseimbangan kerja-hidup atau mereka menyebutnya dengan work-life balance, dan makna pekerjaan. HR harus mampu menafsirkan teori rekrutmen dengan menambahkan elemen psikologis serta tren kebutuhan kandidat yang berubah cepat. 

2. Keterbatasan Teknologi dan Data

Meskipun ada banyak software rekrutmen modern, tidak semua perusahaan memiliki sumber daya untuk menggunakannya secara maksimal. Hal ini seringkali membuat penerapan teori berbasis data sulit dilakukan secara konsisten. 

3. Persaingan Talent Global 

Dengan adanya remote working, persaingan mendapatkan kandidat tidak hanya antar perusahaan lokal tetapi juga internasional. Ini menuntut HR agar lebih kreatif dalam menyelaraskan teori dengan praktik rekrutmen berbasis pasar global. 

Baca juga: 12 Aplikasi Rekrutmen Karyawan Terbaik untuk Digunakan HR

Meningkatkan Efektivitas Rekrutmen dengan LinovHR

Mengelola rekrutmen secara manual seringkali memakan waktu dan berisiko terjadi human error. Di sinilah teknologi HR seperti LinovHR hadir untuk membantu. Dengan fitur Recruitment, HR dapat mengotomatiskan proses screening CV, mengelola jadwal interview, hingga melakukan evaluasi kandidat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. 

Tak hanya itu, LinovHR juga mendukung penerapan teori rekrutmen dengan menyediakan data dan analitik yang memudahkan HR membuat keputusan lebih objektif. Hasilnya, proses perekrutan menjadi lebih cepat, efisien, dan berkualitas.  

Tingkatkan kualitas rekrutmen perusahaan Anda bersama LinovHR, ajukan demo gratis sekarang! 

Tentang Penulis

Picture of Diza Aulia Herdani
Diza Aulia Herdani

Diza Aulia Herdani adalah penulis konten dengan latar belakang komunikasi. Di LinovHR, ia membahas topik-topik HR, teknologi, dan dinamika dunia kerja modern.

Tentang Reviewer

aulyta-yasinta
Aulyta Yasinta

Aulyta Yasinta adalah seorang profesional HR dengan pengalaman dalam pengelolaan SDM dan pengembangan talenta. Di LinovHR, ia membahas strategi manajemen sumber daya manusia, tren HR terkini, serta praktik terbaik dalam membangun budaya kerja yang produktif dan berkelanjutan.

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Tentang Penulis

Picture of Diza Aulia Herdani
Diza Aulia Herdani

Diza Aulia Herdani adalah penulis konten dengan latar belakang komunikasi. Di LinovHR, ia membahas topik-topik HR, teknologi, dan dinamika dunia kerja modern.

Tentang Reviewer

aulyta-yasinta
Aulyta Yasinta

Aulyta Yasinta adalah seorang profesional HR dengan pengalaman dalam pengelolaan SDM dan pengembangan talenta. Di LinovHR, ia membahas strategi manajemen sumber daya manusia, tren HR terkini, serta praktik terbaik dalam membangun budaya kerja yang produktif dan berkelanjutan.

Artikel Terbaru