Beberapa orang menanggapi perubahan dengan cara yang berbeda. Tidak sedikit yang memiliki mindset surviving (bertahan) dan tetap berusaha menjalankan kewajiban seperti biasanya, namun ada juga yang memiliki mindset thriving (berkembang) dan menganggap proses perubahan tersebut untuk bertumbuh lebih baik.
Perbedaan mindset yang dimiliki oleh karyawan ini berpengaruh pada efektivitas kerja, loyalitas, dan semangat individu saat berkolaborasi dalam tim yang sama. Penting untuk HR mengetahui bagaimana proses identifikasi, pengarahan, sampai dengan perubahan mindset surviving menjadi thriving.
Baca juga : Pengantar Mindset dalam Karir: Jenis, Cara Mengembangkan, dan Contohnya
Simak lebih lanjut mengenai definisi dari surviving dan thriving, perbedaan keduanya, mengapa mindset thriving jauh lebih penting dalam perubahan, sampai dengan tips lengkapnya di bawah ini.
Definisi Surviving dan Thriving
Surviving adalah situasi saat karyawan berusaha untuk bertahan dalam kondisi penuh tekanan dan ketidakpastian tanpa mengimbanginya untuk berkembang. Karyawan dengan mindset surviving umumnya memiliki sikap yang pasif, menghindari risiko, dan cukup dengan tanggung jawab biasanya.
Sementara thriving adalah keadaan yang membuat karyawan tidak hanya bertahan saat merasakan tekanan dan perubahan, karyawan yang memiliki mindset tersebut mengambil kesempatan untuk berkembang dan bertumbuh. Mulai dari berkembang secara emosional maupun berkembang dalam hal yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Perbedaan Surviving dan Thriving
Setelah mengetahui definisi dari surviving dan thriving, Anda wajib mengenali perbedaan diantara keduanya. Berikut ini 6 perbedaan mindset surviving dan thriving saat perubahan terjadi di lingkup kerja.
1. Cara merespon perubahan
Surviving cenderung mudah merasa tertekan dan cemas terhadap segala bentuk perubahan, karyawan dengan mindset surviving hanya mengikuti arus dan mempertahankan posisi mereka tanpa melibatkan diri lebih jauh.
Sedangkan karyawan dengan mindset thriving memandang perubahan sebagai peluang bagi mereka untuk berkembang dan mempelajari hal baru. Hal ini juga memberikan dampak positif bagi rekan kerja mereka maupun perusahaan.
2. Motivasi kerja
Motivasi karyawan dengan mindset surviving umumnya bersifat reaktif dan melakukan mode bertahan karena dorongan dari luar, mereka bekerja hanya untuk memenuhi kewajiban dan mempertahankan pekerjaannya. Sementara karyawan dengan mindset thriving bersifat proaktif dengan dorongan penuh dari diri sendiri untuk mempelajari hal baru dan menemukan cara untuk berkembang saat perubahan terjadi.
3. Inisiatif
Karyawan dengan mindset surviving cenderung mempunyai inisiatif dan kreativitas yang sangat minim, mereka jarang menyuarakan pendapat dan saran, tidak berkeinginan mencoba hal baru, dan lebih memilih untuk berdiam di zona nyaman mereka saat bekerja.
Sementara karyawan dengan mindset thriving secara aktif mencari ide kreatif dan solutif untuk mengembangkan kompetensi individu maupun tim dengan tujuan berkelanjutan jangka panjang dalam pekerjaan mereka.
4. Hubungan sosial
Dalam hubungan sosial di tempat kerja, karyawan surviving lebih memilih untuk tidak ikut terlibat lebih dalam dan hanya berkomunikasi jika diperlukan. Hal ini tentu berdampak pada dinamika kerja tim dan kolaborasi dengan rekan kerja lainnya. Berbeda dengan thriving yang aktif menjalin komunikasi untuk keperluan kolaborasi dan menciptakan feedback yang positif.
5. Pengelolaan emosi
Surviving lebih mudah merasa lelah secara emosional dan sering kehilangan motivasi kerja saat mereka berhadapan dengan tantangan. Umumnya karyawan dengan mindset ini mengalami kesulitan untuk kembali bangkit dari kegagalan. Sedangkan thriving lebih mampu mengelola stres di lingkungan kerja dengan baik dan lebih cepat bangkit dari kegagalan.
6. Komitmen dengan perusahaan
Karyawan dengan pola pikir surviving memiliki loyalitas yang rendah dan lebih mudah memperitmbangkan untuk resign jika berhadap dengan tekanan khususnya saat perubahan terjadi di lingkup kerja. Sementara karyawan dengan pola pikir thriving memiliki loyalitas yang lebih bernilai dengan tujuan perusahaan dan berkontribusi secara aktif.
Pentingnya Mindset Thriving Saat Menghadapi Perubahan
Tim yang adaptif sangat diperlukan oleh perusahaan terutama jika perusahaan bertujuan untuk terus mengikuti arus perubahan teknologi dan pasar dengan cepat. Apabila sebagian besar karyawan di perusahaan tersebut masih memiliki mindset surviving, besar kemungkinan perubahan yang dijalankan mengalami kegagalan yang disebabkan oleh partisipasi aktif yang minim.
Akan tetapi, jika sebagian besar karyawan mempunyai pola pikir thriving maka besar kemungkinan perusahaan akan berhasil mencapai perubahan dengan cara yang tepat dan efisien. Pola pikir thriving tidak hanya membantu mengoptimalkan proses perubahan, namun juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan solusif.
Tips HR untuk Mengubah Mindset Surviving Menjadi Thriving
Mengubah mindset seseorang bukanlah hal yang mudah dan cepat, hal ini membutuhkan pendekatan strategis dan konsistensi tinggi oleh HR agar perubahan mindset tersebut mencapai hasil maksimal dan menyeluruh. Berikut ini 6 tips HR untuk mengubah mindset surviving menjadi thriving.
1. Komunikasi terbuka
Informasikan setiap ingin merencanakan perubahan kepada seluruh karyawan dengan menyediakan forum diskusi baik secara langsung maupun online untuk kemudahan akses kapanpun dan dimanapun. Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan merasa aman ketika proses perubahan tersebut berlangsung.
2. Dukungan emosional
Untuk mencegah karyawan terjebak dalam kondisi stres, tertekan, dan burnout. Sebaiknya HR wajib memberikan sesi konsultasi khusus untuk meningkat ketahanan mental seluruh karyawan. Hal ini juga berfungsi jika karyawan berhadapan dengan kegagalan apapun di lingkungan kerja dan membuat karyawan merasa dihargai oleh perusahaan.
3. Budayakan apresiasi
Berikan penghargaan kepada seluruh karyawan yang mampu beradaptasi dengan cepat, memiliki inisiatif saat perubahan berlangsung, dan kepada karyawan yang tidak ragu menyampaikan inovasi kreatif. Apresiasi tersebut bisa berupa ucapan secara langsung, bonus, atau peningkatan nilai karyawan.
4. Menyediakan training
Sediakan pelatihan soft skill seperti komunikasi, kepemimpinan, adaptasi, sampai keterampilan teknis yang dibutuhkan oleh seluruh karyawan untuk menghadapi perubahan di lingkup kerja agar karyawan tidak merasa tertinggal dan termotivasi untuk terus berkembang.
5. Menunjuk role model
Jika manajer atau leader tim memiliki sikap positif dan thriving mindset, maka karyawan cenderung akan mengikuti dan menirunya. Berikan ruang diskusi kepada seluruh divisi dan buat perencanan dengan manajer untuk menceritakan pengalaman mereka saat menghadapi perubahan dan tekanan di lingkup kerja.
6. Manfaatkan data karyawan
Gunakan survei yang melibatkan seluruh karyawan seperti penilaian budaya kerja dan data performa karyawan dan evaluasi perubahan tersebut untuk mengukur perilaku dan sikap karyawan selama proses perubahan berjalan.
Baca juga : Cara Membangun Growth Mindset di Lingkungan Kerja
Manfaatkan Software HRIS LinovHR untuk Memudahkannya!
Keberhasilan untuk mengubah mindset karyawan dari surviving menjadi thriving membutuhkan dukungan sistem digital HR untuk memonitoring, menganalisis, dan menyesuaikan pengelolaan manajemen SDM dengan fungsi berkepanjangan. Software HRIS milik LinovHR tentu memudahkan peran HR dalam perubahan mindset karyawan surviving menjadi thriving.Â
Mulai dari form diskusi online yang mudah diakses kapanpun, penyediaan training karyawan yang sesuai dengan data karyawan yang tersimpan dengan aman, dan menciptakan sistem feedback untuk mendorong thriving mindset. Coba dengan demo gratis sekarang dan rasakan perbedaanya!