Burnout merupakan salah satu kondisi yang kerap dialami oleh para pekerja, tak terkecuali rekruter. Bagi beberapa orang mungkin proses perekrutan terlihat biasa saja, namun nyatanya ada banyak tekanan yang dirasakan oleh para rekruter.
Mulai dari harus memenuhi target jumlah kandidat, menyaring ratusan CV, menjadwalkan interview dengan para kandidat, hingga memastikan bahwa kandidat cocok secara kualifikasi dan kultur perusahaan.
Tuntutan di atas lama kelamaan bisa memicu burnout di kalangan rekruter. Kondisi ini tentu tidak bisa dianggap sepele karena jika tidak diatasi dengan tepat, proses rekrutmen bisa terganggu karena rekruter mengalami penurunan produktivitas.
Yuk, simak artikel di bawah untuk memahami apa saja penyebab burnout pada rekruter dan bagaimana cara menanganinya!
Bagaimana Burnout Bisa Memengaruhi Rekruter?
Biasanya burnout pada rekruter bisa muncul ketika tekanan kerja semakin tinggi dan tidak sebanding dengan dukungan yang diberikan. Namun ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, berikut adalah alasan penyebab burnout pada rekruter:
1. Deadline yang ketat
Rekruter seringkali dituntut untuk mengisi posisi kosong secepat mungkin. Situasi ini lama kelamaan bisa membuat rekruter kelelahan secara fisik dan mental karena terus dikejar waktu. Terlebih jika mereka sampai harus lembur sehingga kekurangan waktu untuk istirahat.
2. Tingginya target
Beberapa perusahaan ada yang menetapkan target penempatan kandidat setiap bulannya, misal harus mengisi lima posisi dalam empat minggu. Namun, target seperti ini sering tidak disesuaikan dengan realita di lapangan.
Akibatnya, rekruter akan merasa terbebani, tertekan, bahkan merasa bersalah jika tidak bisa mencapainya meski sudah berusaha keras. Perasaan semacam ini menjadi salah satu pemicu burnout di kalangan rekruter.
3. Hasil yang tidak dapat diprediksi
Seperti yang kita semua tahu bahwa hasil dari proses rekrutmen sering kali sulit ditebak. Kandidat bisa tiba-tiba mengundurkan diri, menolak tawaran, atau justru hiring manager yang mengubah kriteria di tengah proses ini.
Hal ini mau tak mau membuat rekruter harus memulai semua dari awal yang tentunya melelahkan dan bisa menurunkan semangat kerja mereka.
Tanda-Tanda Rekruter Mengalami Burnout
Penting untuk dipahami bahwa burnout bukan hanya soal lelah fisik, namun juga lelah mental dan emosional. Oleh karena itu banyak rekruter yang tidak sadar ketika mengalami burnout karena tanda-tandanya sering dianggap wajar.
Untuk lebih memahami hal tersebut, berikut adalah beberapa tanda rekruter mengalami burnout:
1. Kelelahan terus menerus
Rasa lelah akibat burnout biasanya bukan menyangkut lelah fisik, namun rasa lelah yang tak kunjung hilang meski telah beristirahat. Rekruter yang burnout biasanya kehilangan energi untuk menyelesaikan tugas karena merasa berat.
2. Mudah tersinggung
Perubahan suasana hati juga bisa jadi salah satu tanda burnout. Rekruter bisa tiba-tiba jadi mudah marah, kesal, dan jadi lebih sensitif terhadap hal kecil lainnya. Hal ini bisa terjadi karena mereka sudah terlalu lelah mental sehingga sulit untuk merespons dengan tenang.
3. Sulit berkonsentrasi
Burnout juga bisa membuat rekruter jadi mudah terdistraksi dan kurang fokus saat proses rekrutmen berlangsung. Padahal fokus yang baik sangat diperlukan dalam pekerjaan ini yang sangat berkaitan dengan detail dan komunikasi antar pihak.
4. Gangguan tidur
Meski merasa lelah, rekruter yang burnout sering kali kesulitan tidur. Hal ini disebabkan karena pikiran mereka terus memikirkan beban kerja, target yang belum tercapai, juga kekhawatiran soal performa kerja.
Baca juga: Menguras Energi! Kenali Tanda Burnout di Tempat Kerja
Dampak Burnout pada Rekruter
Burnout tidak hanya berdampak pada kelelahan fisik dan mental, namun juga bisa memengaruhi banyak aspek dalam keseharian rekruter. Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi ini tentu bisa memperburuk kinerja tim HR.
Berikut adalah beberapa dampaknya:
1. Penurunan produktivitas
Rekruter yang mengalami burnout biasanya jadi sulit untuk menyelesaikan tugas secara tepat waktu sehingga proses screening, penjadwalan wawancara, hingga follow-up kandidat jadi terhambat.
2. Menurunnya kualitas rekrutmen
Akibat lelah mental yang dirasakan, rekruter cenderung kurang teliti saat memilih kandidat. Mereka bisa jadi melewatkan detail penting di CV, salah membaca karakter kandidat saat wawancara, dan menyaring kandidat secara asal agar proses cepat selesai.
Hal-hal di atas ini bisa menurunkan kualitas proses rekrutmen, lebih buruk lagi perusahaan bisa salah merekrut orang yang tidak cocok dengan posisi atau budaya kerja.
3. Merusak hubungan dengan kandidat dan tim
Rekruter yang burnout cenderung lebih emosional dan kurang sabar sehingga bisa memengaruhi cara mereka berkomunikasi, baik dengan kandidat atau rekan kerja lain. Hal ini tentu bisa menyinggung kandidat sementara rekan kerja mungkin merasa rekruter kurang kooperatif untuk bekerja sama.
Tips Menghindari Burnout pada Rekruter
Burnout bisa datang kapanpun, terlebih jika Anda bekerja di dunia rekrutmen yang penuh tekanan. Tapi jangan khawatir karena burnout bisa dicegah lewat hal-hal berikut ini:
1. Manajemen waktu sebaik mungkin
Biasakan memulai hari dengan menyusun daftar prioritas, atur pekerjaan mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Jika merasa kesulitan, Anda bisa manfaatkan kalender atau aplikasi to-do-list yang bisa membantu Anda untuk tetap teratur.
2. Ambil waktu untuk istirahat
Meskipun sibuk, pastikan Anda tetap menyempatkan istirahat sejenak di sela-sela jam kerja. Ini bisa dilakukan dengan sekadar peregangan ringan atau minum teh untuk menyegarkan pikiran. Hal sederhana tersebut secara tidak langsung bisa mengurangi stres kerja yang memicu burnout.
3. Tetapkan batasan
Hindari membawa pekerjaan ke rumah atau membalas pesan menyangkut pekerjaan di luar jam kerja. Setelah jam kerja selesai, fokuslah pada kehidupan pribadi agar pikiran Anda tetap sehat dan terhindar dari tekanan kerja.
4. Bangun hubungan dengan rekan kerja
Memiliki rekan kerja untuk bertukar cerita bisa membuat suasana kerja jadi lebih nyaman. Oleh karena itu, bangunlah hubungan yang baik dengan rekan kerja untuk berbagi cerita atau meminta bantuan ketika dibutuhkan.
5. Ciptakan work-life balance
Pastikan Anda memiliki waktu yang cukup untuk hal-hal di luar pekerjaan, seperti hobi, keluarga, atau me time. Semakin seimbang hidupmu, maka semakin kecil kemungkinan Anda merasa jenuh atau burnout.
Baca juga: Atasi Sindrom Burnout Karena Pekerjaan dengan 5 Cara Ini
Cegah Burnout Rekruter dengan Software Recruitment LinovHR!
Selain kelima tips di atas, ada satu hal yang tak kalah penting, yakni menggunakan tools kerja yang tepat! Karena sebaik apapun manajemen waktu hingga work-life balance yang Anda atur, burnout tetap bisa menghantui Anda kapanpun jika proses kerja masih serba manual.
Software Recruitment LinovHR hadir sebagai solusi untuk menyederhanakan proses pencarian dan perekrutan kandidat sehingga kerja rekruter jadi lebih mudah. Mulai dari pemantauan lamaran hingga seleksi otomatis berdasarkan kriteria tertentu bisa dikerjakan lewat sistem yang terintegrasi.
Dengan sistem yang terstruktur, rekruter jadi bisa fokus ke hal-hal yang lebih penting dan strategis. Software kami bisa membantu rekruter terhindar dari burnout karena data-data dan tahapan rekrutmen sudah diatur secara otomatis.
Yuk, lindungi produktivitas dan kesehatan mental rekruter Anda dengan Software Recruitment LinovHR! Tunggu apa lagi? Segera ajukan demo gratis sekarang juga!