Belakangan banyak karyawan memilih downshifting untuk terhindar dari sibuk kerja yang padat. Secara sadar, mereka memilih posisi ringan untuk melakukan tanggung jawab yang lebih kecil meski gaji kecil jadi konsekuensinya.
Namun tren downshifting terjadi bukan karena karyawan malas atau kehilangan ambisi. Mereka ingin menjaga work-life balance, menghindari burnout, bahkan menemukan kembali makna kerja.
Inilah saat yang tepat bagi HR untuk mengambil peran strategis dengan tetap menjaga produktivitas tim tanpa mengorbankan kebutuhan work-life balance karyawan.
Untuk lebih memahami hal tersebut, simak artikel di bawah yang akan membahas bagaimana cara HR menyikapi tren downshifting secara bijak agar tetap mendukung kebutuhan karyawan!
Apa itu Downshifting dan Mengapa Karyawan Memilih Downshifting?
Downshifting adalah sebuah fenomena di mana seseorang memilih untuk pindah ke pekerjaan yang lebih sederhana dengan tanggung jawab lebih ringan meski harus menerima penurunan gaji atau jabatan.
Bagi beberapa orang mungkin downshifting terdengar seperti ‘kemunduran’, namun bagi yang menjalaninya justru ini merupakan sebuah langkah maju untuk kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.
Lantas, apa alasan yang mendasari seseorang untuk melepas jabatan tinggi atau gaji besar dari kariernya?
- Untuk mengurangi stres mental dan mendapatkan kembali keseimbangan hidup
- Menemukan kepuasan baru dalam kariernya
- Ingin memiliki lebih banyak waktu dengan keluarga, teman, atau hobi
- Memperbaiki gaya hidup
Manfaat Downshifting bagi Karyawan
Bagi sebagian orang mungkin tren downshifting terdengar aneh dan tidak masuk akal. Namun, di balik keputusan tersebut justru karyawan bisa menemukan manfaat besar yang berdampak langsung pada keseharian mereka.
Berikut adalah beberapa manfaat dari downshifting:
1. Meningkatkan kesejahteraan
Saat seseorang memilih jabatan yang lebih ringan, ritme kerja mereka juga akan jadi lebih tenang. Ini bisa memberi ruang untuk tubuh dan pikiran beristirahat dari tekanan terus-menerus sehingga mereka jadi lebih bisa menikmati hidup.
2. Mengurangi lelah kerja (burnout)
Burnout adalah kondisi yang kerap menyerang para pekerja. Dengan downshifting karyawan bisa mengurangi beban tanggung jawab yang selama ini jadi sumber stres utama sehingga mereka memiliki ruang untuk bernapas dan mengembalikan motivasi kerja.
3. Kepuasan pribadi
Terkadang kebahagiaan dalam bekerja bukan datang dari jabatan yang tinggi atau angka gaji yang besar, namun dari pekerjaan yang terasa lebih bermakna dan selaras dengan nilai hidup.
Dengan downshifting, karyawan bisa mengejar pekerjaan yang mereka sukai dan merasa puas karena lebih terhubung dengan pekerjaannya. Ini juga memungkinkan mereka untuk menyeimbangkan waktu dengan hal lain yang penting dalam hidup.
Tantangan yang HR Hadapi Akibat Tren Downshifting
Tren downshifting mungkin membawa banyak manfaat bagi karyawan, namun jika dilihat dari sudut pandang HR ini justru jadi tantangan baru yang semakin kompleks. Berikut adalah beberapa tantangan yang HR hadapi akibat fenomena downshifting:
1. Menjaga kestabilan produktivitas
Salah satu tantangan utama bagi HR akibat tren ini ialah menjaga produktivitas agar tetap stabil. Karena ketika karyawan yang sebelumnya menempati posisi strategis mundur ke posisi yang lebih ringan, perusahaan bisa kehilangan kontribusi dari orang tersebut.
Di saat itulah HR harus sigap mencari pengganti atau meredistribusi beban kerja agar tidak menumpuk di tim lainnya.
2. Kesenjangan kompetensi dan posisi
Downshifting seringkali meninggalkan celah baik dari sisi skill ataupun jabatan. Jika karyawan senior turun posisi, maka perusahaan akan kehilangan pemimpin tim yang berpengalaman.
Tantangannya adalah, apakah ada orang lain yang siap mengisi kekosongan tersebut dan apakah proses pergantiannya bisa berjalan mulus?
3. Penyesuaian struktur karier dan kompensasi
HR juga dihadapkan pada penyesuaian struktur gaji dan jenjang karier. Ketika seseorang turun jabatan secara sukarela, sistem kompensasi dan insentif yang selama ini ada bisa jadi kurang relevan dan HR harus bisa menyusun rencana dengan tetap adil dan transparan.
Baca juga: 9 Tantangan yang Dihadapi Tim HR Masa Kini
Tips Menghadapi Fenomena Downshifting di Kalangan Karyawan
Fenomena downshifting menunjukkan bahwa banyak karyawan lebih mengutamakan kualitas hidup daripada sekadar naik jabatan atau mengejar gaji yang lebih besar. Tapi, alih-alih menganggap fenomena ini sebagai masalah, HR baiknya melihat ini sebagai tanda bahwa ada yang perlu dibenahi dari sistem mengelola karyawan.
Berikut adalah beberapa strategi bijak yang bisa diterapkan HR dalam menghadapi tren downshifting:
1. Buka diskusi sehat dengan karyawan
Saat ada karyawan yang ingin pindah ke posisi lebih ringan, segeralah ajak diskusi secara personal. Tanyakan apa alasan utamanya, apakah karena beban kerja, kondisi kesehatan, atau ingin memiliki waktu luang lebih banyak dengan keluarga.
Dengan memahami alasan-alasan di baliknya, Anda sebagai HR bisa memberi solusi yang lebih relevan.
2. Sediakan rotasi karier internal
Downshifting tidak melulu berarti resign. Banyak karyawan tetap ingin berkontribusi, namun dalam kapasitas kerja yang lebih ringan. Ketika mendapati situasi ini, HR bisa membuka peluang rotasi internal seperti pindah ke divisi lain dengan beban kerja yang lebih seimbang tanpa harus kehilangan karyawan sepenuhnya.
3. Berikan opsi kerja yang fleksibel
Selain itu, cobalah untuk menyediakan opsi kerja fleksibel seperti sistem hybrid atau jam kerja yang fleksibel. Karena terkadang keinginan downshifting muncul bukan karena jabatan namun karena ritme kerja yang terlalu padat.
Dengan fleksibilitas, banyak karyawan bisa tetap bertahan di posisinya tanpa merasa kewalahan.
4. Bangun budaya kerja yang sehat
Karyawan akan lebih nyaman ketika budaya kerja di perusahaan mengutamakan work-life balance. HR bisa memulai ini dengan program well-being, cuti tambahan, atau pelatihan manajemen stres sehingga bisa mengurangi keinginan untuk downshifting.
Baca juga: 5 Ciri Work Environment Positif dan Cara Membangunnya
Atasi Fenomena Downshifting di Kalangan Karyawan dengan Software HRIS LinovHR!
Fenomena downshifting memang sulit dihindari, terlebih saat ini karyawan semakin sadar pentingnya work-life balance dan kesehatan mental. Salah satu tantangan dari tren ini ialah menyelaraskan kebutuhan pribadi karyawan dengan struktur dan produktivitas perusahaan.
Namun, HR tidak perlu khawatir untuk menghadapi tantangan tersebut! Dengan bantuan Software HRIS LinovHR, perusahaan bisa tetap menjaga stabilitas tim sambil mendukung kebutuhan karyawan yang ingin mengutamakan work-life balance.
Dengan sistem HRIS yang terintegrasi, HR bisa memantau pergerakan karier karyawan, memahami preferensi kerja mereka, dan mengelola rotasi internal secara lebih terstruktur. Tak hanya itu, sistem kami juga bisa membantu menyusun ulang beban kerja, mengatur sistem kompensasi, dan memastikan setiap penyesuaian tetap adil dan transparan.
Siap menghadapi fenomena downshifting dengan lebih efektif dan efisien? Gunakan software HRIS LinovHR untuk kelola kebutuhan karyawan dengan tetap jaga performa bisnis tetap stabil.
Tunggu apa lagi? Kunjungi laman website kami dan ajukan demo gratis hari ini!